Thailand Tegaskan Tidak Akan Bergabung dengan Program COVAX

Thailand akan menjadi satu-satunya negara di Asia Tenggara yang tidak akan bergabung dengan COVAX.

oleh Liputan6.com diperbarui 15 Feb 2021, 07:51 WIB
Diterbitkan 15 Feb 2021, 07:40 WIB
Thailand di Tengah Rekor Tertinggi Kasus Harian Covid-19
Seorang delivery man yang mengenakan jaring rambut dan masker berjalan di Bangkok, Thailand pada Senin (4/1/2021). Pejabat kesehatan di Thailand pada Senin mencatat 745 kasus virus corona baru, rekor tertinggi harian di negara itu sejak dimulainya pandemi COVID-19. (Jack TAYLOR / AFP)

Liputan6.com, Bangkok - Pemerintah Thailand pada Minggu, 14 Februari 2021, menegaskan keputusannya untuk tidak bergabung dalam program distribusi vaksin COVID-19 yang dikembangkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), COVAX Facility atau Fasilitas COVAX.

Thailand disebut tidak ingin mengeluarkan biaya berlebih untuk membayar vaksin COVID-19 dari COVAX yang memiliki ketidakpastian terkait waktu pengirimannya.

Dengan keputusan tersebut, Thailand akan menjadi satu-satunya negara di Asia Tenggara yang tidak akan bergabung dengan COVAX.

COVAX sendiri merupakan program yang dirancang WHO, aliansi vaksin GAVI, Koalisi untuk Inovasi Kesiapsiagaan Epidemi, dan Dana Anak-anak PBB.

Program ini bertujuan untuk menyatukan upaya negara-negara anggotanya, dan menjamin kesetaraan akses secara global terhadap vaksin COVID-19. Sehingga nantinya tidak hanya negara kaya, tapi negara berpenghasilan rendah juga dapat mendapat vaksin.

COVAX telah mengalokasikan setidaknya 330 juta dosis vaksin COVID-19 untuk negara-negara miskin dan bertujuan untuk memberikannya dan jutaan lainnya pada paruh pertama tahun 2021. Secara keseluruhan, 190 negara telah bergabung dengan program ini.

Simak Video Berikut Ini

Tidak Memenuhi Syarat Dapat Vaksin Gratis dan Murah dari COVAX

Juru bicara pemerintah Thailand Anucha Buraphachaisri mengatakan, sebagai negara berpenghasilan menengah, Thailand tidak memenuhi syarat untuk mendapatkan vaksin gratis atau murah di bawah program tersebut.

"Membeli vaksin langsung dari pabriknya adalah pilihan yang tepat, karena lebih fleksibel," ujar Anucha dikutip laman Channel News Asia.

"Jika Thailand ingin bergabung dengan program COVAX, ia harus membayar vaksinnya sendiri dengan anggaran tinggi dan juga ada risikonya," katanya.

Anucha menjelaskan, jika Thailand bergabung dengan COVAX, maka negara dengan berpenduduk 66 juta jiwa itu harus melakukan pembayaran di muka tanpa mengetahui sumber dan pengiriman vaksin, tanggal pengiriman, dan rincian biayanya.

Untuk diketahui, Thailand sejauh ini belum menerima atau memproduksi vaksin apa pun. Berbeda dari negara-negara tetangganya yang telah memulai vaksinasi.

Berdasarkan data dari WHO, per Minggu (14/02/2021) pukul 11.02, total kasus positif COVID-19 di Thailand adalah 24.571 kasus, dengan diikuti 80 kasus kematian.

Meski jumlah kasus dan kematian tergolong rendah, negara tersebut tengah menghadapi gelombang infeksi COVID-19 kedua.

Pemerintah Thailand juga tengah dikritik oleh politisi dari oposisi dan pengunjuk rasa lainnya karena dianggap kurang transparan dan terlalu lambat dalam pengadaan vaksin

 

 

(Penulis: Rizki Febianto)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya