Bukan tentang Persaingan, Kesetaraan Gender Memiliki Arti Saling Melengkapi

Di era modern isu kesetaraan gender semakin maju pada titik terang. Hal ini ditandai dengan banyaknya perempuan yang ikut andil dalam berbagai aspek kehidupan salah satunya di bidang bisnis.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 29 Apr 2021, 07:00 WIB
Diterbitkan 29 Apr 2021, 07:00 WIB
Ilustrasi Kesetaraan Gender
Ilustrasi Kesetaraan Gender. Foto oleh RODNAE Productions dari Pexels.

Liputan6.com, Jakarta Di era modern isu kesetaraan gender semakin maju pada titik terang. Hal ini ditandai dengan banyaknya perempuan yang ikut andil dalam berbagai aspek kehidupan salah satunya di bidang bisnis.

Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati mengatakan bahwa kesetaraan gender nyatanya memberikan dampak positif di bidang bisnis. Menurutnya, ketika terjadi kesetaraan gender di mana porsi perempuan di suatu perusahaan meningkat, maka juga terjadi peningkatan performa perusahaan.

“Sudah saatnya laki-laki memberi kesempatan agar perempuan bisa bekerja bermitra dengan mereka. Kesetaraan artinya ‘to complete’ bukan ‘to compete’. Perempuan bukan ancaman, tapi laki-laki dan perempuan bisa saling melengkapi,” ujar Nicke dalam keterangan pers Kementerian Pemberdayaan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) dikutip Selasa (27/4/2021).

Dalam keterangan yang sama, Pendiri Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga (PEKKA), Nani Zulmarini mengatakan kesetaraan gender merupakan suatu bentuk hak.

Kaum laki-laki harus sadar bahwa di dalam hak yang mereka miliki terdapat hak perempuan, katanya. Kesetaraan gender juga harus ditanamkan mulai dari keluarga.

“Di dalam rumah tangga lah sebenarnya basis penerapan relasi kuasa antara perempuan dan laki-laki terjadi. Afirmasi harus diikuti dengan transformasi, yakni ketika perempuan terjun ke ranah publik, maka seluruh tanggung jawabnya di ranah domestik juga harus diambil alih oleh laki-laki,” katanya.

“Kesetaraan gender tidak bisa dicapai dengan hanya memperkuat perempuan, namun juga harus mengubah perspektif laki-laki bahwa perempuan adalah manusia,” tegas Nani.

 

Simak Video Berikut Ini

Dari Kacamata Laki-Laki

Sejalan dengan pernyataan Nani, Dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo, Semarang, Jawa Tengah, sekaligus Co-Founder Aliansi Laki-laki Baru, Nur Hasyim mengatakan masih ada nilai-nilai yang diyakini sebagian laki-laki bahwa posisi pimpinan adalah otoritas kaum laki-laki.

Oleh karenanya, transformasi terhadap nilai atau pemahaman tersebut menjadi penting untuk diterapkan oleh kaum laki-laki, katanya.

“Transformasi nilai atau pemahaman kepada laki-laki berarti mendorong laki-laki agar memiliki empati, terutama dari keuntungan atau kenyamanan, baik secara biologis maupun sosial yang dimiliki kaum laki-laki,” ujar Hasyim dalam keterangan yang sama.

Selain transformasi nilai dan pemahaman para laki-laki terkait kesetaraan gender, ada poin-poin lain yang perlu diterapkan mulai dari berbagi ruang hingga berbagi peran.

“Kedua adalah berbagi ruang, dalam arti berbagi kekuasaan dengan kaum perempuan, baik di sektor ekonomi, politik, dan sosial. Ketiga, laki-laki harus berhenti memonopoli ruang. Keempat, berbagi peran dan tanggung jawab, baik di sektor publik maupun domestik,” tutupnya.

 

Infografis Ketok Palu RUU Penghapusan Kekerasan Seksual Masuk Prolegnas 2021

Infografis Ketok Palu RUU Penghapusan Kekerasan Seksual Masuk Prolegnas 2021. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Ketok Palu RUU Penghapusan Kekerasan Seksual Masuk Prolegnas 2021. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya