Kemenkes: Konversi Oksigen Industri ke Medis Bisa Penuhi Kebutuhan hingga 575 Ribu Ton

Kemenkes mengatakan, konversi tabung oksigen industri ke medis hingga 80 persen bisa penuhi kebutuhan hingga 575 ribu ton

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 16 Jul 2021, 17:01 WIB
Diterbitkan 16 Jul 2021, 17:01 WIB
Imbas kasus COVID-19 Melonjak, Permintaan Pengisian Tabung Oksigen Meningkat
Sebuah tabung terlihat di tempat pengisian Oxygen Medical di kawasan Jalan Minang Kabau, Jakarta, Senin (28/6/2021). Permintaan pengisian oksigen di agen tabung oksigen di Jakarta alami peningkatan seiring lonjakan kasus COVID-19 yang terjadi dalam satu pekan terakhir. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta Konversi oksigen industri ke medis menjadi salah satu strategi yang dilakukan pemerintah dalam rangka mengatasi lonjakan kasus COVID-19 di Indonesia.

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengatakan, strategi yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan oksigen adalah dengan menambah pasokan, serta mengupayakan penyaluran ke wilayah-wilayah dengan kasus COVID-19 tinggi.

"Dan ini harus dilakukan percepatan," kata Siti Nadia Tarmizi, Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kemenkes, dalam konferensi pers harian PPKM darurat pada Rabu (14/7/2021).

Nadia mengungkapkan, konversi oksigen industri ke medis dapat membantu memenuhi pasokan oksigen di Tanah Air hingga 575 ribu ton.

"Kami telah mendapatkan komitmen tentunya dari Kementerian Perindustrian agar konversi oksigen industri ke medis diberikan sampai dengan angka 80 persen," ujarnya. 

Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini

Bisa Penuhi 575 Ribu Ton

Nampak ratusan tabung oksigen bantuan kepada Pemprov Jabar siap didistribusikan ke seluruh wilayah Jawa Barat.
Nampak ratusan tabung oksigen bantuan kepada Pemprov Jabar siap didistribusikan ke seluruh wilayah Jawa Barat. (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

"Melalui konversi ini, maka jumlah oksigen yang didapatkan untuk memenuhi kebutuhan nasional mencapai 575 ribu ton," kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kemenkes ini.

Selain itu, Nadia melanjutkan, pemerintah juga memperoleh bantuan oksigen dari sejumlah perusahaan, serta dari luar negeri.

"Bantuan oksigen ini akan didistribusikan, terutama ke daerah-daerah dengan angka kasus-kasus yang tinggi," kata Siti Nadia.

 

Rencana Penggunaan Konsentrator Oksigen

Menkes Budi Gunadi Sadikin tentang pengadaan vaksin COVID-19. (Foto: jabarprov.go.id)
Menkes Budi Gunadi Sadikin tentang pengadaan vaksin COVID-19. (Foto: jabarprov.go.id)

Di kesempatan berbeda, Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menyebut bahwa pemerintah juga akan mempersiapkan konsentrator oksigen (oxygen concentrator), demi memenuhi kebutuhan oksigen pasien COVID-19.

"Dulu semua oksigen ini dipenuhi dengan tabung atau jaringan oksigen, tapi dengan melihat kebutuhannya yang berbeda, kita melihat tempat tidur isolasi bisa dipenuhi oleh oxygen consentrator," kata Menkes, Senin (13/7/2021).

Dalam Rapat Kerja dengan Komisi IX DPR RI, Budi Gunadi mengatakan bahwa konsentrator oksigen tidak bergantung pada logistik, produksi, serta tak harus memakai truk besar yang harus diangkut setiap hari.

"Karena asalkan ada colokan listrik kita bisa pasang dan menghasilkan oksigen," kata Budi Gunadi.

Menkes menjelaskan, kapasitas konsentrator oksigen ada yang 5 liter per menit, serta 10 liter per menit. "Ini bisa dipakai untuk meng-address kebutuhan oksigen di ruang isolasi."

 

Konsentrator Oksigen untuk Pasien Isoman

ilustrasi isolasi mandiri
ilustrasi isolasi mandiri (sumber: freepik)

Namun, konsentrator oksigen tidak bisa digunakan bagi pasien COVID-19 yang sudah masuk ICU yang membutuhkan ventilator atau HFNC, karena kebutuhannya jauh lebih tinggi daripada kapasitas alat tersebut.

Menurut Menkes, apabila ada sumbangan konsentrator oksigen dalam jumlah besar, selain ditaruh di rumah sakit, peralatan tersebut juga mungkin dapat digunakan di rumah-rumah untuk pasien isolasi mandiri.

"Kalau saya dapat 10 ribu-20 ribu ada yang menyumbang, kita nanti pakai ada relawan yang mengurus. Ini bisa dipakai di Jakarta dulu," kata Budi Gunadi.

"Jadi orang yang sakit, butuh, tidak ada akses oksigen, sudah susah, sudah sesak. Bisa pinjam dari sini," ujarnya.

Menkes mengatakan, alat itu bisa dikirim dengan ojek daring atau layanan telemedicine, lalu digunakan pasien. "Mudah-mudahan 10 hari sembuh, oxygen concentratornya ditarik kembali, kemudian bisa kita kasih yang lain.

Infografis Peta Produksi dan Solusi Krisis Oksigen

Infografis Peta Produksi dan Solusi Krisis Oksigen. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Peta Produksi dan Solusi Krisis Oksigen. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya