Penjelasan Ilmiah Stres yang Picu Keinginan Makanan Manis

Secara ilmiah, stres terjadi karena hipoccampus yang terdapat di otak melepaskan hormon kortisol.

oleh stella maris diperbarui 27 Sep 2021, 22:17 WIB
Diterbitkan 27 Sep 2021, 22:17 WIB
Makanan Manis
Ilustrasi Makanan Manis Credit: pexels.com/Igor

Liputan6.com, Jakarta Tanpa disadari keinginan untuk mengonsumsi makanan manis terjadi ketika stres tengah melanda. Ya, nggak sedikit orang melakukannya karena mereka merasa cemas, sedih, tertekan, atau perasaan lain yang berkaitan dengan stres.

Nah, semua hal di atas terjadi bukan tanpa alasan. Ada penjelasan ilmiahnya lho. Secara ilmiah, stres terjadi karena hipoccampus yang terdapat di otak melepaskan hormon kortisol.

Pelepasan kortisol ini dapat meningkatkan denyut jantung, tekanan darah, gula darah, pernapasan hingga fungsi otot. Sebenarnya mekanisme tersebut secara alami, bermanfaat untuk meningkatkan kesigapan diri kala menghadapi situasi penuh tekanan.

Hanya saja, ketika jumlah kortisol terlalu tinggi, maka dapat menyebabkan stres, rasa cemas, hingga gejala depresi. Berdasarkan penelitian yang diterbitkan Harvard University pada 2015 mengungkapkan bahwa makanan manis atau gula dapat menurunkan jumlah kortisol dan aktivitas hipoccampus. Hal ini membuat respon otak dalam menanggapi stres juga ikut membaik.

Hanya saja, para peneliti sepakat perlu melakukan lebih lanjut, karena asupan gula bukan satu-satunya faktor yang bisa memengaruhi kinerja hipoccampus maupun menurunkan stres secara langsung.

 

Bikin Happy dan Bantu Suplai Energi ke Otak

Ilustrasi orang bahagia
Ilustrasi orang bahagia. Sumber foto: pexels.com/Andre Furtado.

Sebagian besar otak orang dewasa menggunakan 20% energi total dalam tubuh untuk menjalankan fungsinya dengan baik. Ketika stres melanda, setidaknya otak membutuhkan energi tambahan sebanyak 12%.

Suplai energi ini pun bisa diperoleh dari asupan gula, maupun makanan manis. Terlebih makanan manis ini sebagian besar komposisinya selain karbohidrat. Di dalam tubuh karbohidrat akan dipecah menjadi gula sederhana atau glukosa yang kemudian diproses menjadi energi.

Apabila stres terjadi bersamaan dengan kondisi lapar, akibat kurang asupan karbohidrat, maka fungsi otak juga akan ikut menurun. Padahal, otak berperan dalam mengatur metabolisme tubuh, pencernaan, dan kemampuan berpikir.

Otak pun akan kesulitan menjalankan fungsinya dengan baik karena terhalang sejenis saraf dalam hipotalamus, ketika tubuh kekurangan glukosa. Hal inilah yang kemudian membuat keinginan makan manis saat stres melanda lebih besar.

Selain itu makanan manis juga dapat membantu pelepasan serotonin, hormon yang bisa memberikan efek menenangkan. Serotonin inilah yang bisa meredakan stres akibat tingginya kortisol yang dilepaskan dalam tubuh.

Meski demikian perlu digarisbawahi jika kaitan antara stres dan konsumsi gula maupun makanan manis belum terbukti 100%, sehingga masih diperlukan penelitian lebih lanjut.

Walau makanan manis ini bisa memicu efek positif, seperti meredakan stres bagi sebagian orang, tetapi tetap tak dianjurkan mengonsumsinya berlebihan. Bagaimanapun terlalu banyak makanan manis tetap berbahaya bagi kesehatan.

Akan tetapi jika sekali dua kali atau sekadar untuk menurunkan stres yang tengah melanda, tentunya dengan porsi secukupnya, maka tak ada salahnya dicoba. Apalagi pesan makanan manis kini juga bisa dilakukan dengan mudah dari rumah. Salah satunya dengan pre-order lewat manisdansedap.com.

Bagi yang belum tahu, manisdansedap.com merupakan platform yang menjadi bagian dari KLY (KapanLagi Youniverse) sebagai Digital Media Network yang juga menaungi Liputan6.com, Merdeka.com, KapanLagi.com, Dream.co.id, Brilio.id, Fimela.com, Bola.com, Bola.net, dan Otosia.com.

Yuk PO Sekarang di ManisdanSedap!

(*)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya