Terus Bertambah, Ada 10 Kasus Cacar Monyet Terdeteksi di Singapura

Sejauh ini, sudah terdapat 10 kasus cacar monyet yang terdeteksi di Singapura.

oleh Diviya Agatha diperbarui 27 Jul 2022, 10:40 WIB
Diterbitkan 27 Jul 2022, 10:40 WIB
Cacar Monyet
Ilustrasi virus penyebab cacar monyet atau monkeypox. Credits: pixabay.com by Geralt

Liputan6.com, Jakarta Singapura kembali melaporkan adanya tambahan kasus cacar monyet (monkeypox). Kementerian Kesehatan Singapura mengumumkan bahwa total pasien cacar monyet di sana genap menjadi 10 kasus.

Berdasarkan laporan Kementerian Kesehatan Singapura dalam laman situs resminya, pasien tersebut merupakan seorang pria asal Taiwan berusia 28 tahun yang tinggal di Singapura.

Pria tersebut diketahui mengalami gejala sejak Jumat, 22 Juli 2022 lalu. Gejalanya mencakup demam, sakit kepala, serta nyeri otot. Dirinya juga melaporkan munculnya ruam pada tubuhnya.

Saat mengalami gejala, pria yang baru saja kembali dari Kanada ini mengunjungi pihak medis dan langsung dirawat di National Centre for Infectious Diseases (Pusat Nasional untuk Penyakit Menular) pada hari yang bersamaan dengan laporan dibuat.

Mengutip laman Channel News Asia pada Rabu (27/7/2022), pria tersebut berada dalam kondisi stabil dan pelacakan kontak sedang berlangsung. Infeksi yang terjadi pada dirinya juga tidak berkaitan dengan kasus cacar monyet yang tengah muncul sebelumnya di Singapura.

Dari total 10 kasus cacar monyet yang terdeteksi di Singapura sejak Juni lalu, lima kasus termasuk kasus impor dan lima kasus merupakan lokal. Dari seluruh kasus tersebut, tidak ada satupun yang berkaitan satu sama lain.

Diketahui, cacar monyet merupakan penyakit yang dapat sembuh dengan sendirinya. Pasien dapat pulih dalam waktu 14 hingga 21 hari kedepan.

Kebanyakan pasien cacar monyet biasanya akan mengalami demam, sakit kepala, nyeri otot, sakit punggung, pembengkakan pada kelenjar getah bening, menggigil, lesu, dan ruam.

Menkes Singapura Tidak Rekomendasi Vaksinasi Massal untuk Cacar Monyet

Virus Cacar Monyet
Ilustrasi ilmuwan sedang meneliti virus cacar monyet. Credits: pexels.com by Anna Shvets

Merespons munculnya kasus cacar monyet di Singapura, Menteri Kesehatan Singapura, Ong Ye Kung memberikan pendapatnya pada Senin, 25 Juli 2022.

Sejauh ini, dirinya menuturkan bahwa pihaknya tidak merekomendasikan adanya vaksinasi massal untuk menghadang cacar monyet.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) belum lama ini menyatakan bahwa cacar monyet menjadi darurat kesehatan global. Namun di Indonesia sendiri, Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan bahwa cacar monyet juga belum masuk kategori pandemi.

"Cacar monyet sebenarnya kategorinya masih di bawah pandemi. Jadi, belum masuk pandemi," kata Budi usai peluncuran platform SatuSehat di Jakarta pada Selasa, 26 Juli 2022.

Menurut Budi, upaya untuk melacak kasus cacar monyet di RI lebih mudah ketimbang COVID-19. Hal tersebut lantaran cacar monyet memiliki gejala spesifik yang bisa dilihat secara fisik.

"Jadi saya bilang, surveilans-nya mudah, karena itu gejalanya fisik. Tes-nya secara bakteriologis dilakukan PCR, Kemenkes sudah ada alat PCR dan reagen," kata Budi mengutip Antara.

Perbedaan Cacar Monyet dan COVID-19

Ilustrasi Cacar Monyet (Istimewa)
Ilustrasi Cacar Monyet (Istimewa)

Meski sama-sama menular, namun cacar monyet dan COVID-19 tentu memiliki perbedaan.

Menurut pria yang akrab disapa BGS, salah satu perbedaan cacar monyet dengan COVID-19 adalah monkeypox baru menular ketika sudah ada gejala, sedangkan COVID-19 menular walaupun sebelum ada gejala timbul.

"Mereka (monkeypox) menular setelah ada gejala. COVID kan enggak ada gejala langsung sudah bisa menularkan. Monkeypox itu kan harus ada gejalanya dulu, lesi-lesi, ruam-ruam, itu baru dia menular sehingga surveilansnya lebih mudah," ujar Budi.

Selain itu, virus cacar monyet juga lebih besar daripada virus Corona yang menjadi biang kerok COVID-19. Tes yang digunakan untuk deteksi cacar monyet juga dilakukan dengan PCR dengan reagen berbeda.

"Jadi kalau SARS-CoV-2 itu cuman 30.000 basis DNA-nya, ini (monkeypox) ratusan ribu. Jadi, tesnya dengan PCR biasa cuma reagennya berbeda dan kita sudah dapat reagen ini dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sekitar 500 tes dan kita sudah beli dan mudah-mudahan akan datang minggu ini dari Cina," katanya.

98 Persen Kasus pada Gay dan Pria Biseksual

Orang Sakit
Ilustrasi orang yang merasakan gejala cacar monyet. Credits: pexels.com by Andrea Piacquadio

Dalam studi oleh The New England Journal of Medicine yang terbit pada 21 Juli 2022, para peneliti menemukan bahwa cacar monyet yang terdiagnosis pada 27 April sampai 27 Juni di 16 negara, 98 persennya terjadi pada gay atau pria biseksual.

Hasil lain menemukan bahwa rata-rata yang terinfeksi berusia sekitar 38 tahun dan 75 persen berkulit putih. Data lain yang terungkap dalam studi ini adalah sekitar 41 persen adalah orang dengan infeksi HIV yang rerata terkontrol dengan baik.

Studi tersebut juga menyebutkan bahwa 95 persen kasus cacar monyet yang terjadi diduga lewat hubungan seksual. Selain itu, cacar monyet juga bisa menular lewat kontak fisik yang dekat.

"Penting untuk ditekankan bahwa cacar monyet bukanlah penyakit infeksi menular seksual. Bisa tertular dari segala jenis kontak yang dekat," kata salah satu penulis studi, John Thornhill.

Infografis Ragam Tanggapan Cacar Monyet Sebagai Darurat Kesehatan Global. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Ragam Tanggapan Cacar Monyet Sebagai Darurat Kesehatan Global. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya