Liputan6.com, Jakarta - Kini media sosial telah menjadi salah satu wadah yang digunakan untuk meningkatkan kesadaran (awareness) terkait berbagai hal. Salah satunya dilakukan oleh Belva Faristha untuk menceritakan perjalanannya dengan sindrom Tourette.
Bagi beberapa orang, salah satu penyakit gangguan saraf mungkin masih terdengar asing. Masih banyak masyarakat yang tidak mengetahui soal kondisi satu ini. Hal tersebutlah yang mendorong Belva untuk membagikan kisahnya.
Baca Juga
"Hai, gue Belva Faristha, umur gue 16 tahun, dan gue baru didiagnosis Tourette sekitar tujuh sampai 10 hari yang lalu. Ini benar-benar jalan sekitar dua bulan," ujar Belva mengutip video yang diunggah pada akun TikTok pribadinya @be.lv, Selasa (30/8/2022).
Advertisement
"Intinya Tourette itu sebuah gangguan saraf yang bikin gue punya reflek tertentu. Kayak motorik gue tiba-tiba noleh sana sini, gerakan kayak gitu, atau verbal yang tiba-tiba gue manggil mami mami,"Â dia menambahkan.
Dalam beberapa video miliknya, cukup banyak warganet masih belum memercayai kondisi Belva. Belva pun menjelaskan lebih lanjut bahwa sindrom Tourette yang dialaminya masih bisa untuk ditahan dalam beberapa waktu tertentu.
Sehingga dirinya masih bisa untuk menjelaskan ceritanya dengan lancar pada video-video yang diunggahnya. Menurut Belva, tindakan tersebut dilakukannya untuk membagikan awareness pada masyarakat terkait sindrom Tourette.
"Gue bikin video tic itu buat awareness, bukan buat tenar. Jadi kalian mau percaya atau enggak, ambil baiknya saja. Tujuan gue itu biar kita interaksinya lebih baik. Biar kalau kalian ketemu orang yang Tourette kalian enggak usah ngeliatin lagi dan kita bisa lebih nyaman saja gitu," kata Belva.
Bukan Penyakit Menular
Pada video berbeda, Belva menunjukkan bagaimana kondisi saat sindrom Tourette yang dialaminya kambuh. Dalam video tersebut, Belva terlihat mengeluarkan suara dan tindakan berulang di luar kendali.
"Ini kalau enggak ditahan sama sekali. Malu dilihatin orang, enggak nyaman ke tempat umum. Mengganggu banget. Pengin berhenti. Kadang sakit, capek juga," ujar Belva.
"Agak ga nyaman post video ini tp biar makin banyak orang tau. --- Gue tau hal ini aneh dan asing tp tolong ketika kalian ketemu yg kyk gini jangan diliatin karena itu bikin ga nyaman dan memperparah tics (gerakan2 tersebut). Tourettes ga menular jd kalian ga perlu jauhi orangnya," tambahnya melalui keterangan.
Belva menjelaskan bahwa tic merupakan gerakan atau ucapan yang berulang dan terjadi di luar kendali. Menurutnya, orang dengan sindrom Tourette sudah pasti mengalami tic.
"Orang-orang itu mikirnya kalau gue Tourette enggak bisa berfungsi seperti orang normal," kata Belva.
"Iya kan enggak 24/7 dan cuma terjadi kalau gue lagi bengong, diam, enggak fokus. Kalau lagi konsen ya bisa, enggak gimana-gimana kecuali tics-nya lagi parah hari itu,"Â dia menambahkan.
Advertisement
Gejala Sindrom Tourette yang Dialami
Belva mengungkapkan bahwa gejala awal sindrom Tourette yang dialaminya hanya tic di sekitaran mulut. Ia pun masih dapat tertidur setiap harinya dengan normal tanpa tic yang kambuh.
Namun seiring berjalannya waktu, tic berkembang ke area muka dan tangga. Tic yang dialaminya bisa kambuh pada momen-momen tertentu saja.
"Gejalanya tic di sekitaran mulut doang jadi enggak terlalu dipikirin. Soalnya enggak mikir bakalan jadi gimana-gimana. Terus lama-lama lingkupnya ke muka terus mulai ke tangan," ujar Belva.
Usai banyaknya video yang diunggah, tak sedikit warganet yang menanyakan pada Belva terkait penyebab sindrom Tourette. Menurut Belva, sindrom Tourette yang terjadi pada tubuhnya merupakan takdir Tuhan lantaran tidak ada anggota keluarga yang memiliki riwayat sindrom tersebut.
"Kata dokter sih genetik. Kalau genetik juga keluarga gue enggak ada yang punya riwayat sih. Dokter gue juga bilang orang yang punya kecemasan (anxiety) itu memang punya chance yang lebih tinggi buat punya Tourette, punya tic," kata Belva.
Penyebab Sindrom Tourette
Mengutip laman KlikDokter, penyebab terkait sindrom Tourette memang belum diketahui secara pasti. Namun para ahli menduga bahwa sindrom satu ini disebabkan oleh multifaktorial.
Faktor-faktor tersebut adalah genetik, senyawa kimiawi dalam otak yang menyebabkan adanya ketidakseimbangan hormon dopamin dan serotonin di otak. Serta, faktor lingkungan seperti tekanan pada masa kanak-kanak, paparan rokok saat kehamilan, dan stres saat kehamilan.
Kurangnya oksigen pada saat kehamilan yang menyebabkan kondisi hipoksia pada janin dan infeksi juga diduga berkontribusi pada sindrom Tourette.
Sindrom Tourette sendiri memang dapat menyebabkan gerakan tic motorik yang berulang seperti kedipan mata, mengangkat bahu, tiba-tiba menangis, atau menggeleng-gelengkan kepala.
Sedangkan sindrom Tourette yang berat dapat menyebabkan pasiennya menirukan gerakan orang lain. Gangguan tic secara vokal atau verbal juga bisa terjadi.
Advertisement