Kanker Serviks Akibat Faktor Genetik, Memangnya Bisa?

Umumnya, kanker serviks dapat terjadi karena virus HPV yang menular dari hubungan seksual. Lalu, bagaimana dengan infeksi akibat faktor genetik?

oleh Diviya Agatha diperbarui 24 Des 2022, 17:00 WIB
Diterbitkan 24 Des 2022, 17:00 WIB
Perdarahan Setelah Hubungan Seksual Bisa Jadi Tanda Kanker Serviks. Foto: Freepik
Perdarahan Setelah Hubungan Seksual Bisa Jadi Tanda Kanker Serviks. Foto: Freepik

Liputan6.com, Jakarta Anda mungkin salah satu yang sudah cukup sering mendengar tentang penyebab kanker serviks. Umumnya, kanker satu ini disebabkan oleh infeksi Human Papillomavirus (HPV) yang terjadi lewat hubungan seksual.

Namun, bagaimana dengan infeksi akibat faktor genetik atau riwayat keluarga? Bisakah orangtua yang mengalami kanker serviks ikut menurunkannya pada anak?

Dokter spesialis kebidanan dan kandungan RS EMC Sentul, Ruswantriani mengungkapkan bahwa penelitian yang ada sejauh ini menemukan jikalau kanker serviks hanya dapat terjadi karena infeksi HPV.

"Untuk penelitiannya memang saat ini penyebab kanker serviks karena infeksi HPV, yang memang penularannya banyak melalui hubungan seksual," ujar dokter yang akrab disapa Tria dalam acara Healthy Monday bersama Liputan6.com dan EMC Healthcare ditulis Sabtu, (24/12/2022).

"Jadi bukan karena keturunan atau kadang-kadang makan. Itu murni (penularannya) karena infeksi HPV," tegasnya.

Seperti diketahui, kanker serviks sendiri dapat dicegah dengan melakukan vaksin HPV. Menurut Tria, kemunculan vaksin HPV sebenarnya relatif baru yakni ditemukan sekitar 20 tahun lalu di dunia. Namun, efektivitasnya tetap cukup tinggi untuk mencegah kanker serviks.

"Secara penelitian, efektivitasnya cukup tinggi. Jadi memang dia direkomendasikan untuk perempuan. Apalagi sekarang, direkomendasikan untuk anak perempuan. Anak 9-10 tahun, dia sudah boleh vaksin HPV," kata Tria.

Vaksin HPV untuk anak saat ini sudah masuk dalam bagian Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN). Bahkan, sudah masuk pula dalam rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Sekilas tentang Vaksin HPV

Ketahui Waktu yang Tepat untuk Vaksin HPV demi Cegah Kanker Serviks
Cegah Kanker Serviks, Vaksinasi HPV Perlu Diberikan pada Anak Sejak Dini. (pexels/artempodrez).

Sehingga sebenarnya saat ini anak sekolah yang berada di bangku kelas 5 sudah bisa mendapatkan vaksin HPV secara gratis lewat program BIAN tersebut. Terlebih lagi, saat diberikan pada usia anak, vaksin HPV hanya membutuhkan dua dosis.

"Dan memang dibawah 13 tahun itu cukup dua kali dosis. Efektivitasnya cukup oke, dan kalau untuk vaksin HPV pada anak sudah masuk rekomendasi IDAI," ujar Tria.

"Jadi kalau punya anak, ada kayak chart-nya kapan kita harus vaksin, itu sudah masuk," tambahnya.

Dosis vaksin HPV pada anak dibawah 13 tahun dapat diberikan dengan jarak enam sampai 12 bulan antara dosis pertama dan kedua. Sedangkan pada orang dewasa, vaksin HPV bisa diberikan sebanyak 3 dosis dengan periode enam bulan.


Vaksin HPV untuk Orang Dewasa

Vaksin HPV
Ilustrasi vaksin HPV yang diperuntukkan bagi perempuan demi mencegah kanker serviks. Credit: pexels.com by Gustavo Fring

Lebih lanjut vaksin HPV pun sebenarnya akan tetap efektif bila diberikan untuk orang dewasa. Namun khusus orang dewasa terutama yang sudah aktif berhubungan seksual, sebaiknya jangan lupa untuk melakukan pap smear lebih dulu.

"Kita tidak boleh melupakan pap smear dulu ya. Hasilnya baik, kita lanjutkan untuk vaksin HPV. Sehingga pencegahan kanker serviks kita paripurna. Secara kita melakukan deteksi dini terus dan tetap kita membuat badan kita punya kekebalan tubuh terhadap si virus HPV," kata Tria.

Bagi wanita yang telah aktif secara seksual, pap smear cukup dilakukan setiap satu tahun sekali. Menurut Tria, hubungan seks pun tidak bisa untuk dicegah karena merupakan kebutuhan biologis manusia.

Itulah mengapa deteksi dini kanker serviks melalui pap smear menjadi penting. Mengingat potensi penularan akan selalu ada.

"Gimanapun, hubungan seks enggak mungkin bisa kita cegah karena itu adalah kebutuhan biologis dari manusia. Jadi memang pasti (potensi) penularan akan berjalan terus," kata Tria.


Pap Smear Bukan untuk Atasi Keputihan

Ilustrasi Kesehatan Reproduksi Wanita
Ilustrasi Kesehatan Reproduksi Wanita. (pexels/cottonbro).

Penting pula untuk mengingat bahwa pap smear bukanlah upaya yang dilakukan untuk membersihkan organ reproduksi. Tria mengungkapkan bahwa masih ada yang salah kaprah soal pap smear.

"Ini yang orang suka salah kaprah. Orang bilang pap smear itu bentuk bersih-bersih. Jadi kadang-kadang datang ke tempat praktek kita 'Aduh, keputihan banyak. Kita mau pap smear dibersihin'. Nah itu yang suka salah kaprah," ujar Tria.

Tria menuturkan bahwa perjalanan kanker serviks terbilang lama. Virus HPV yang terdeteksi lebih awal tentu dapat membuat penanganannya menjadi lebih cepat dan tak perlu menyebar ke seluruh rahim pasien.

"Seorang perempuan, dia sehat dan kemudian terinfeksi virus HPV, sampai dia menjadi kanker serviks itu perjalanan penyakitnya sebenarnya lama. Tiga sampai 17 tahun dan virus HPV ini 80 persen ditularkan dari hubungan seksual," ujar Tria.

"Makanya setiap perempuan yang telah aktif secara seksual sebenarnya dia tetap berisiko untuk terkena kanker serviks."

INFOGRAFIS JOURNAL_ Beberapa Gejala Permasalahan Kesehatan Mental pada Anak
INFOGRAFIS JOURNAL_ Beberapa Gejala Permasalahan Kesehatan Mental pada Anak (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya