Liputan6.com, Jakarta Belakangan penyakit campak kembali ramai dibicarakan. Hal tersebut menyusul laporan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI soal kenaikan kasus campak sepanjang tahun 2022.
Campak sendiri merupakan penyakit yang sudah begitu lama muncul di dunia. Sama seperti penyakit lainnya, virus campak pun memiliki proses khusus saat memasuki tubuh manusia.
Baca Juga
Lalu, bagaimanakah proses masuknya virus campak pada tubuh?
Advertisement
Ketua Unit Kerja Koordinasi Penyakit Infeksi Tropik Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Dr dr Anggraini Alam, SpA(K) mengungkapkan bahwa virus campak mulanya masuk ke tubuh dan berada di dalam darah.
"Kalau terinfeksi campak, dia akan masuk ke tubuh kita, kemudian dia akan ke darah kita, dan dia cuma tidak hanya di kulit. Tetapi ke mata, ke jantung, paru, kemudian ke saluran pencernaan, yang paling buruk juga ke sistem imun," ujar dokter yang akrab disapa Anggi tersebut dalam media briefing bersama IDAI ditulis Sabtu, (21/1/2023).
Anggi menambahkan, jika dilihat dari gejala fisik, campak akan memunculkan ruam kulit. Namun biasanya, ruam kulit akan muncul setelah seseorang demam atau mengalami gejala 3C (cough/batuk, coryza/pilek, dan conjunctivitis/mata merah berair).
"Dia (ruam) yang terlihat mulainya biasa di antara rambut dengan kulit, muncul merahnya. Paling mudah bisa terlihat di belakang telinga," ujar Anggi.Â
"Kemudian dia mulai di muka, barulah ke batang tubuh, berkumpul, kemudian akhirnya menghitam, dan hilang."
Komplikasi yang Mungkin Timbul Akibat Campak
Lebih lanjut Anggi mengungkapkan bahwa campak merupakan penyakit yang bisa menimbulkan komplikasi pada banyak bagian tubuh. Komplikasi itu kemudian bisa turut menyebabkan pneumonia.
"Komplikasi campak itu kemana-mana. Mulai dari mata, bisa ke jantung, paling sering pneumonia. Kemudian mulutnya luka, belum lagi dia ada diarenya," kata Anggi.
"Karena bayangkan kalau dia merah-merah di kulit kayak begitu, di saluran cerna ususnya juga seperti itu, dan juga bisa ke otak. Bisa keluar cairan juga dari telinganya," tambahnya.
Anggi menambahkan, campak sebenarnya bisa menyebabkan kematian pula. Terutama jika yang terinfeksi mengalami penyebaran virus hingga ke paru, dan mengalami pneumonia.
"Kematian tertinggi apabila campak itu sampai ke paru, ini menyebabkan kematian. Lebih dari 50 persen mendekati 90 persen kematian campak akibat pneumonia," ujar Anggi.
Advertisement
Campak Bisa Merusak Otak
Tak berhenti pada penjabaran di atas, menurut Anggi, campak pun bisa menyebabkan kerusakan pada otak anak. Kerusakan itu bisa terjadi dalam waktu beberapa minggu setelah terinfeksi.
"Yang paling menyedihkan dari campak yang suka dianggap enteng, dari seribu yang kena campak satu diantaranya otaknya rusak. Kapan kejadiannya? Beberapa hari sampai beberapa minggu setelah campak," kata Anggi.
"Dalam setahun, ini virus campaknya bisa ditemukan di otak. Tentu ini menyebabkan kematian dan yang paling sedih dari 10-100 ribu, satu diantaranya akan mengalami subacute sclerosing panencephalitis (SSPE)," jelasnya.
Penurunan Fungsi Otak Usai SSPE
SSPE tersebut bisa mulai muncul beberapa tahun setelah terkena campak. Anggi mengungkapkan bahwa biasanya SSPE akan ditandai dengan menurunnya kemampuan fungsi otak.
"Biasanya pada saat sekolah, yang tadinya pintar, kok enggak pintar ya. Penurunan kemampuan. Pegang pulpen biasanya bisa, jatuh. Lama-lama duduk saja enggak bisa, dia akan merosot. Kemudian muncul gerak-gerakan dan enggak bisa diapa-apain sampai akhirnya meninggal," ujar Anggi.
"Jeleknya dari semua itu, meninggalnya lama. Kalau ini dia menderitanya bisa satu sampai tiga tahun," pungkasnya.
Advertisement