Virus Marburg di Equatorial Guinea Telan 10 Korban Jiwa, Apa Berpotensi Pandemi?

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengonfirmasi wabah virus Marburg di Equatorial Guinea, Afrika Tengah. Sejauh ini, 10 orang telah meninggal.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 15 Feb 2023, 10:00 WIB
Diterbitkan 15 Feb 2023, 10:00 WIB
ilustrasi investgasi virus marburg
ilustrasi investgasi virus marburg. Foto: DCstudio from Freepik.

Liputan6.com, Jakarta Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengonfirmasi wabah virus Marburg di Equatorial Guinea, Afrika Tengah. Sejauh ini, 10 orang telah meninggal.

Sementara, lebih dari 200 orang di karantina dan pembatasan pergerakan telah diberlakukan.

Menurut epidemiolog Dicky Budiman, virus Marburg adalah salah satu virus dalam daftar virus berpotensi pandemi.

Otoritas kesehatan diberitahu setelah temuan kasus mencurigakan terhadap klaster penyakit oleh pejabat kesehatan distrik pada 7 Februari lalu.

“Marburg memiliki spektrum klinis yang tumpang tindih alias mirip dengan virus Ebola. Saat ini vaksinnya sedang dalam pengembangan,” kata Dicky kepada Health Liputan6.com melalui pesan tertulis.

Penyakit virus Marburg adalah penyakit yang sangat mematikan yang menyebabkan demam berdarah dengan rasio kematian hingga 88 persen.

Virus Marburg ini adalah kelompok filovirus yang sangat menular dan mematikan (mirip dengan virus Ebola). Pertama kali, virus Marburg ditemukan pada 1967 di Marburg dan Frankfurt, Jerman, dan Beograd, Serbia, setelah wabah demam berdarah parah di kalangan pekerja laboratorium saat itu.

Cara Penularan

Penyakit ini ditularkan melalui kontak dengan cairan tubuh atau jaringan hewan atau manusia yang terinfeksi.

Penyakit ini memiliki masa inkubasi dua hingga 21 hari dan menimbulkan gejala seperti demam, sakit kepala, nyeri otot, dan muntah. Dapat menyebabkan perdarahan, kegagalan banyak organ, dan kematian.

Sekitar hari kelima setelah timbulnya gejala, dapat timbul ruam dengan benjolan-benjolan di badan tepatnya di perut, dada, dan punggung.

Saat ini tidak ada pengobatan khusus untuk Marburg. Wabah jarang terjadi, relatif kecil, tetapi sangat fatal, dengan tingkat fatalitas kasus berkisar antara 25 persen hingga 90 persen.

Berpotensi Pandemi?

Lantas apakah virus ini berpotensi pandemi? Dicky menilai sejauh ini virus Marburg belum berpotensi pandemi.

“Saat ini menurut saya belum, tapi pada gilirannya, cepat atau lambat bila strategi pengendalian lemah, vaksin dan obat tidak tersedia maka ancaman makin besar untuk dunia.”

Peneliti global health security Griffith University Australia itu pun berpesan, sudah saatnya dunia dan Indonesia menerapkan pendekatan One Health, pengembangan vaksin dan obat mandiri serta penguatan program kesehatan masyarakat.

“Suatu hal yang memang tidak mudah dilakukan dan tidak murah,” katanya.

Investigasi Sedang Berlangsung

Sebelumnya, otoritas kesehatan Equatorial Guinea mengirim sampel ke laboratorium referensi Institut Pasteur di Senegal dengan dukungan dari WHO untuk menentukan penyebab penyakit tersebut setelah peringatan oleh pejabat kesehatan distrik pada 7 Februari.

Dari delapan sampel yang diuji di Institut Pasteur, satu ternyata positif virus. Per 13 Februari, sembilan kematian dan 16 kasus suspek dengan gejala termasuk demam, kelelahan, dan muntah berlumuran darah serta diare telah dilaporkan.

Investigasi lebih lanjut sedang berlangsung. Tim lanjutan telah dikerahkan di distrik yang terkena dampak untuk melacak kontak, mengisolasi, dan memberikan perawatan medis kepada orang yang menunjukkan gejala penyakit tersebut.

Upaya juga sedang dilakukan untuk meningkatkan tindakan tanggap darurat yang lebih cepat. WHO mengerahkan pakar darurat kesehatan di bidang epidemiologi, manajemen kasus, pencegahan infeksi, laboratorium dan komunikasi risiko untuk mendukung upaya tanggap nasional dan mengamankan kolaborasi masyarakat dalam pengendalian wabah.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya