Liputan6.com, Jakarta - Topik perselingkuhan kerap kali mencuat. Beberapa hari belakangan, muncul beberapa nama di kalangan publik figur yang terkena isu perselingkuhan.
Tak sedikit orang memperhatikan bahwa orang yang menjadi selingkuhan kerap kali secara fisik maupun hal lain tak semenarik pasangan resmi.
Baca Juga
Tampaknya, hal tersebut bukan sepenuhnya opini publik semata. Situs kencan asal Amerika Serikat (AS), Victoria Milan, pernah melakukan penelitian terhadap sekitar 4.000 orang yang berselingkuh, seperti melansir Cosmopolitan.
Advertisement
Survei mengungkap bahwa mayoritas pria dan wanita yang berselingkuh menganggap pasangan asli lebih menarik daripada selingkuhan mereka.
Untuk wanita, lebih dari 60 persen wanita yang berselingkuh mengatakan bahwa pasangan lebih menarik secara fisik daripada selingkuhan mereka.
Sedangkan untuk pria, hanya 26 persen yang mengatakan bahwa sang selingkuhan lebih menarik secara fisik. Lebih lanjut, hanya 25 persen yang mengatakan bahwa wanita selingkuhan mereka punya tubuh lebih indah dari pasangan asli.
Tak sampai di situ, survei itu juga mengungkap, hanya 30 persen pria selingkuh yang mengatakan bahwa usia selingkuhan mereka lebih muda dari pasangan asli.
Jika pemikiran mayoritas laki-laki yang tak setia memang demikian, lantas mengapa mereka berselingkuh?
Selingkuhan Biasanya Lebih Mampu Memenuhi Kebutuhan Emosional dan Biologis
Survei yang sama mengungkap, alih-alih melihat fisik yang lebih cantik atau tampan, selingkuhan umumnya dianggap lebih sanggup untuk memenuhi ekspektasi kebutuhan emosional dan biologis.
Dalam arti, selingkuhan dianggap lebih perhatian, lebih mampu jadi pendengar yang baik, dan memberikan pengalaman hubungan seks yang lebih baik dibandingkan pasangan asli.
Pendiri situs Victoria Milan, Sigurd Vedal, merasa bahwa temuan ini masuk akal.
"Gagasan lama bahwa para pelaku selingkuh hanya menginginkan wanita muda yang cantik untuk dipamerkan sudah tidak benar lagi," katanya.
"Faktanya, berdasarkan pengalaman kami di Victoria Milan, pria berselingkuh untuk memenuhi hasrat emosional dan fisik mereka, tapi lebih sedikit yang selingkuh untuk hasrat dangkal seperti ketampanan dan tubuh seksi,” lanjut pria yang mengklaim dirinya “ahli dalam hubungan” tersebut.
Advertisement
Korban Selingkuh Tak Perlu Salahkan Diri Sendiri
Jelas bahwa pasangan berselingkuh lantaran kurang puas dalam hubungan, hal tersebut bukan merupakan salah pasangan yang diselingkuhi.
Alih-alih menyalahkan diri sendiri, korban perselingkuhan dapat menilik lebih jauh apa yang membuat kurangnya cinta dalam hubungan. Sebab, sering kali, cinta yang diberikan sudah dirasa cukup, tetapi memang pasangan yang tidak merasa puas.
Situasi yang Dirasa di Luar Kontrol Bisa Picu Perselingkuhan
Faktanya, ada beberapa kondisi di luar sadar yang membuat seseorang selingkuh. Misalnya, saat pasangan sedang di bawah pengaruh alkohol.
Situasi seperti ini cenderung mendorong seseorang untuk selingkuh, jadi sama sekali bukan salah korban selingkuh. Meskipun begitu, perselingkuhan dengan alasan apa pun tak dapat dibenarkan.
Cara Kerja Otak Pasangan yang Berselingkuh Berbeda dengan Pasangan Setia
Selain yang sudah disebut di atas, salah satu alasan orang berselingkuh ialah lantaran cara kerja otak orang yang berselingkuh berbeda dengan otak pada umumnya, seperti melansir Amen Clinics.
Hal tersebut diungkapkan sebuah studi dari University of Texas at Austin, Amerika Serikat. Menurut studi tersebut, saat pria melihat gambar pasangan romantis, terjadi aktivasi otak yang berbeda antara pria yang setia dan yang tidak.
Otak pria yang setia menunjukkan aktivitas saraf yang berkaitan dengan reward atau kesenangan, sedangkan yang tidak setia tidak menunjukkan aktivitas otak serupa.
Oleh sebab itu, korban selingkuh tak sepatutnya membenci diri sendiri untuk hal yang berada jauh di luar kontrolnya.
Advertisement
Efek Buruk Selingkuh untuk Pasangan yang Tak Setia
Tak hanya kerugian untuk korban, seorang terapis pernikahan Todd Creager, membeberkan bagaimana perselingkuhan dapat memengaruhi kesehatan pelaku selingkuh pula.
Menurut Todd, salah satunya adalah gangguan kecemasan akibat stres, terutama ketika perilakunya belum ketahuan.
“Menyembunyikannya sangatlah membuat stres. Itu tidak mudah, dan membuat fisik seseorang jadi lebih tua,” katanya.
Tak hanya takut ketahuan pasangan, mereka juga frustrasi karena takut diketahui orang terdekat, seperti keluarga.
Lebih lanjut, Todd menyebut kondisi ini terjadi karena mereka harus menjalani "kehidupan ganda" yang harus berpura-pura. “Menjalani kehidupan ganda ini sangat berat,” pungkasnya.