Pakar ITB: WHO Sebut Bahaya Mikroplastik bagi Tubuh Belum Bisa Dibuktikan Secara Medis dan Kimia

WHO dan pakar sebut dampak mikroplastik terhadap kesehatan belum bisa dibuktikan

oleh Aditya Eka Prawira diperbarui 11 Jun 2024, 08:40 WIB
Diterbitkan 31 Mei 2023, 20:06 WIB
Pakar ITB Menjawab Keresahan di Masyarakat Terkait Penggunaan Mikroplastik Apakah Berbahaya untuk Kesehatan atau Tidak credit: Freepik.com
Pakar ITB Menjawab Keresahan di Masyarakat Terkait Penggunaan Mikroplastik Apakah Berbahaya untuk Kesehatan atau Tidak credit: Freepik.com

Liputan6.com, Jakarta - Pakar Polimer dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Ir Akhmad Zainal Abidin MSc PhD menyoroti ketakutan masyarakat akan bahaya mikroplastik yang masuk ke dalam tubuh.

Dari kacamata keilmuannya, Zainal, mengatakan, pada dasarnya mikroplastik bersifat inert. Sehingga tidak mengherankan apabila banyak ditemukan kemasan makanan dan minuman yang terbuat plastik.

"Peluruhan mikroplastik dari kemasan makanan dan minuman ke dalam produknya sama sekali tidak mengganggu kesehatan konsumen," katanya dikutip dari keterangan resmi yang diterima Health Liputan6.com pada Rabu 31 Mei 2023.

"Begitu juga kalau berada di dalam tubuh, mikroplastik sama sekali tidak akan mengganggu kesehatan karena tidak bisa diserap oleh usus masuk ke dalam darah sehingga akan keluar lagi dari dalam tubuh," dia menambahkan.

Dia lalu mengatakan bahwa sejauh ini belum pernah ada satu penelitian yang membuktikan mikroplastik berbahaya bagi kesehatan tubuh manusia.

"Tapi kalau ukurannya nano, itu baru bisa dipertanyakan apakah bisa diserap oleh darah, lalu bisa menumpuk di jaringan-jaringan tertentu di dalam tubuh kita. Jadi, yang masih diperdebatkan sekarang itu menurut saya adalah bahaya untuk nanoplastik. Tapi ini juga masih diperdebatkan dalam arti masih dipelajari," katanya.

Apa Kata WHO Soal Bahaya Mikroplastik?

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sendiri, lanjut Zainal, masih belum menyatakan apa-apa soal bahaya mikroplastik ini. Hal itu disebabkan memang belum bisa dibuktikan baik secara medis dan kimia.

"Jadi, belum ada faktanya secara medis dan secara kimia. Dan sampai sekarang masih belum ada yang bisa menggantikan kemasan berbahan plastik sebagai wadah untuk makanan dan minuman," katanya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Risiko Mikroplastik dalam Air Minum Sangat Rendah

Lebih lanjut, Koordinator Air dan Sanitasi WHO, Bruce Gordon, menyatakan bahwa tingkat mikroplastik dalam air minum belum begitu berbahaya bagi kesehatan manusia.

Dalam penelitian dampak paparan mikroplastik dalam air keran dan kemasan, WHO bahwa risiko mikroplastik dalam air minum itu sangat rendah.

"Untuk meyakinkan konsumen air minum di dunia, kami menyampaikan bahwa berdasarkan penelitian ini, kami menemukan risiko mikroplastik dalam air minum adalah rendah," ujarnya.

Meski minim risiko, WHO tetap merekomendasikan beberapa langkah yang bisa diambil untuk mencegah dampak mikroplastik terhadap kesehatan manusia.

"Langkah-langkah harus diambil pembuat kebijakan dan masyarakat untuk mengelola plastik dengan lebih baik. Masyarakat juga perlu mengurangi penggunaan plastik jika memungkinkan," ujar Gordon.

 

 


Bahaya Mikroplastik Butuh Penelitian Lebih Lanjut

Dikatakan Bruce, WHO menyebut bahwa data mengenai keberadaan mikroplastik dalam air minum yang tersedia saat ini sangat terbatas. Tak banyak studi yang meneliti hal tersebut. Hal itu membuat pihaknya kesulitan untuk menganalisis hasilnya.

Oleh sebab itu, WHO meminta para peneliti untuk melakukan evaluasi lebih mendalam tentang dampak potensial plastik terhadap kesehatan manusia.

WHO juga mendesak penekanan angka polusi sampah plastik untuk lingkungan yang lestari.

"Kami sangat perlu mengetahui lebih banyak tentang dampak kesehatan dari mikroplastik, karena mereka ada di mana-mana," ujar Direktur Departemen Kesehatan Masyarakat WHO, Maria Neira.

 


Begini Kata BPOM RI

Sebelumnya, Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Penny K Lukito juga mengakui belum ada standar kadar aman kandungan mikroplastik dalam minuman.

Sebab, WHO sebagai organisasi kesehatan dunia belum mengeluarkan batasan kandungan mikroplastik dalam standar air minum.

"Terkait dengan standar air minum, kami merujuk pada WHO. Karena kajian tentang itu belum ada, WHO pun baru mengeluarkan pernyataan untuk mencermati kembali temuan tersebut," katanya.

Peneliti kimia Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Andreas bahkan mengutarakan pihaknya sama sekali belum pernah melakukan penelitian terkait dampak mikroplastik terhadap kesehatan manusia.

"Kalau terkait dengan dampak mikroplastik terhadap kesehatan di dalam darah itu belum pernah kita lakukan," Andreas menjelaskan.

Sementara itu, dosen dan profesor yang menekuni bidang Food Process and Engineering Laboratory di Institut Pertanian Bogor (IPB), Purwiyatno Hariyadi, mengatakan, semua kemasan termasuk plastik mempunyai peranan sangat penting dalam melindungi produk yang dikemas.

Baik terhadap kerusakan fisik (benturan, gesekan, goresan, dan lain-lain) maupun kerusakan kimia (karena bereaksi dengan oksigen dan air) dari lingkungan.

Kemasan pangan juga berfungsi mencegah terjadinya kontaminasi, baik kontaminasi karena mikroorganisme, serangga, binatang pengerat, ataupun bahan-bahan kimia pada produk pangan yang dikemas.

Oleh sebab itu, pemilihan bahan pengemas yang tepat serta proses pengemasan yang baik sangat penting untuk menentukan masa kadaluarsa produk pangan yang dikemas.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya