Fenomena War Takjil Nonis, Bukti Kerukunan Umat Beragama di Indonesia seperti Tercantum di Al-Quran

War Takjil Nonis, Bukti Indah Toleransi Umat Beragama di Indonesia

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 27 Mar 2024, 12:50 WIB
Diterbitkan 27 Mar 2024, 12:50 WIB
War Takjil Nonis Gambarkan Kerukunan Antar Umat Beragama Seperti Diperintahkan Allah dalam Surat Al-Mumtahanah Ayat 8. (Liputan6.com/Herman Zakharia)
War Takjil Nonis Gambarkan Kerukunan Antar Umat Beragama Seperti Diperintahkan Allah dalam Surat Al-Mumtahanah Ayat 8. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Istilah 'war takjil' tengah jadi tren di media sosial dalam Ramadhan kali ini. Meski disebut war, tapi tren ini bukan berarti perang. Alih-alih memiliki konotasi negatif, war takjil lebih mengarah pada kerukunan antar umat beragama di Indonesia.

Seperti diketahui, setiap memasuki bulan suci Ramadhan, sebagian warga mencoba peruntungan untuk berdagang takjil atau kudapan untuk berbuka puasa. Makanan yang beragam dengan rasa lezat dan harga murah nyatanya tak hanya jadi incaran warga Muslim yang menjalankan puasa, tapi juga nonis atau warga yang tidak beragama Islam.

Tren ini pun mulai ramai dibuat parodi di TikTok termasuk oleh para TikToker kenamaan. Hal ini menjadi hiburan tersendiri sekaligus menambah rasa kerukunan di Indonesia.

"Di mana-mana lagi rame banget war takjil antara yang puasa sama non Islam. Dan sumpah enggak tahu kenapa tren war takjil ini benar-benar bikin hati adem dan ngerasa deket aja satu sama lain. Kebetulan gua juga kerja di lingkungan yang orang Islamnya itu paling lima persen dari total karyawan, tapi soal urusan takjil mereka bener-bener paling terdepan," kata TikToker @laskar___ dalam videonya.

Fenomena war takjil nonis menjadi penanda bahwa kerukunan antar umat beragama di Indonesia masih terjalin dengan baik. Sebagaimana Al-Quran mengajarkan pentingnya hidup berdampingan secara damai dengan penganut agama lain.

War Takjil dan Firman Allah Soal Kerukunan Antar Umat Beragama

War Takjil Nonis Gambarkan Kerukunan Antar Umat Beragama Seperti Diperintahkan Allah dalam Surat Al-Mumtahanah Ayat 8. (Liputan6.com/Herman Zakharia)
War Takjil Nonis Gambarkan Kerukunan Antar Umat Beragama Seperti Diperintahkan Allah dalam Surat Al-Mumtahanah Ayat 8. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Terkait kerukunan antar umat beragama, Allah berfirman dalam surat Al-Mumtahanah ayat 8. Dalam surat ini umat Islam diperintahkan untuk berbuat baik dan berlaku adil kepada orang-orang non Islam.   

لَا يَنْهٰىكُمُ اللّٰهُ عَنِ الَّذِيْنَ لَمْ يُقَاتِلُوْكُمْ فِى الدِّيْنِ وَلَمْ يُخْرِجُوْكُمْ مِّنْ دِيَارِكُمْ اَنْ تَبَرُّوْهُمْ وَتُقْسِطُوْٓا اِلَيْهِمْۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِيْنَ  

Artinya:

"Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu dalam urusan agama dan tidak mengusir kamu dari kampung halamanmu. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil," (QS Al-Mumtahanah: 8).  

Lewat ayat ini Allah tidak melarang seorang muslim untuk bersikap adil dan bermuamalah dengan orang non Muslim.

"Sebaliknya, Islam mendorong untuk menjalani kehidupan sosial yang baik dan berlaku adil terhadap semua orang, terlepas dari keyakinan agama yang dianut," tulis Pegiat Kajian Islam Ustaz Zainuddin Lubis mengutip NU Online, Rabu, 27 Maret 2024.

Islam menekankan pentingnya bekerja sama dalam kehidupan yang memang membutuhkan kolaborasi demi terwujudnya kehidupan yang harmonis dan sejahtera.  

Dipraktikkan Langsung oleh Nabi Muhammad SAW

Berbuat baik dan berlaku adil kepada non Muslim, dipraktikkan langsung oleh Nabi Muhammad SAW.

Dalam riwayat, Nabi SAW senantiasa berbuat baik kepada tetangga, bahkan kepada tetangganya yang non-Muslim.

Nabi SAW selalu menyapa mereka dengan ramah, membantu mereka yang membutuhkan, dan terkadang bermuamalah dengan kaum non Muslim. Sebagaimana dalam hadits riwayat Imam Al-Bukhari berikut:

حَدَّثَنَا يُوسُفُ بْنُ عِيسَى حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ عَنْ إِبْرَاهِيمَ عَنْ الْأَسْوَدِ عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ اشْتَرَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ يَهُودِيٍّ طَعَامًا بِنَسِيئَةٍ وَرَهَنَهُ دِرْعَهُ  

Artinya:

"Telah menceritakan kepada kami Yusuf bin Isa, telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah, telah menceritakan kepada kami Al-A'mash dari Ibrahim dari Al-Aswad dari Aisyah radhiyallahu anha, beliau berkata: ‘Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pernah membeli makanan dari seorang Yahudi dengan pembayaran angsuran dan beliau menggadaikan baju besinya." (HR Al-Bukhari).  

Kerukunan Terlihat dari War Takjil

Kerukunan antar umat beragama di Indonesia kini tergambar dari war takjil. Menurut Zainuddin, keindahan war takjil terletak pada toleransi yang terjalin.

"Kita melihat orang-orang dari berbagai latar belakang saling membantu, berbagi, dan menikmati hidangan bersama,"

"Hal ini menjadi bukti bahwa perbedaan tidak menjadi halangan untuk bersatu dan menjalin hubungan baik," katanya.  

War takjil merupakan tren positif yang patut diapresiasi. Semangat kebersamaan dan toleransi yang terjalin menjadi pengingat bahwa perbedaan bukanlah halangan untuk bersatu dan membangun bangsa yang lebih harmonis, tutup Zainuddin.

infografis Kebiasaan Saat Puasa Ramadan di Indonesia
Kebiasaan Saat Puasa Ramadan di Indonesia (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya