Liputan6.com, Jakarta - Nasi uduk adalah salah satu menu sarapan yang digemari oleh banyak orang di Indonesia. Dengan rasa gurih khas dari santan, hidangan ini biasanya disajikan bersama berbagai lauk pendamping yang menggugah selera.
Namun, banyak orang cenderung memilih lauk pendamping seperti gorengan dibandingkan opsi yang lebih sehat seperti semur telur, tahu, atau tempe. Hal ini menimbulkan pertanyaan: apakah nasi uduk dapat meningkatkan kolesterol? Dan, apakah aman bagi penderita kolesterol untuk mengonsumsinya?
Baca Juga
Ahli Gizi dan Nutritionist lulusan Cornell University, Muhammad Rizal SGZ MS menjelaskan bahwa secara umum, nasi uduk tidak mengandung kolesterol. "Santan yang digunakan dalam nasi uduk merupakan produk nabati, sehingga mengandung fitosterol, bukan kolesterol," kata Rizal saat dihubungi Health Liputan6.com pada Senin, 20 Januari 2025.
Advertisement
Meski demikian, Muhammad Rizal juga mengingatkan bahwa nasi uduk tidak bisa dikategorikan sebagai makanan 'anti kolesterol'. Hal ini disebabkan oleh tingginya kandungan lemak jenuh dalam santan.
"Semakin kental santan yang digunakan, semakin tinggi pula kandungan lemak jenuhnya, yang dikaitkan dengan peningkatan LDL," tambahnya.
Untuk menyiasati hal ini, Muhammad Rizal menyarankan menggunakan santan encer atau santan instan rendah lemak, mengurangi volume santan, serta menambahkan sayuran seperti lalapan, timun, atau tomat.
Saran serupa juga disampaikan oleh Dosen di Universitas Negeri Surabaya, Desty Muzarofatus Sholikhah, S.K.M., M.Kes., Menurutnya, nasi uduk memang tidak mengandung kolesterol karena adanya fitosterol dari santan.
Namun, Desty menyoroti bahwa lauk pendamping nasi uduk cenderung digoreng, seperti ayam goreng, orek tempe, dan telur dadar, sementara sayurannya minim. "Untuk menjadikan nasi uduk sebagai sarapan yang baik, tambahkan sayuran, perhatikan porsi, minum air putih, dan pilih lauk yang minim digoreng," kata Desty.
Â
Â
Perhatikan Cara Memasak dan Mengolah Makanan
Lebih lanjut, Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah, Dr. dr. Vito Anggarino Damay, SpJP (K), M.Kes, AIFO-K, Dr. dr. Vito Anggarino Damay, SpJP (K), M.Kes, AIFO-K, menekankan pentingnya memperhatikan cara memasak dan mengolah makanan.
"Kolesterol dibutuhkan tubuh, tapi jika kadar LDL darah berlebihan, risiko serangan jantung meningkat," ujarnya dalam konten video yang diunggah di akun Instagram pribadinya, @doktervito.
Dia juga mengingatkan untuk menghindari gorengan, terutama yang dimasak dengan minyak bekas. "Minyak bekas mengandung radikal bebas yang memicu inflamasi dan mempercepat penumpukan plak kolesterol," katanya.
ÂÂÂView this post on Instagram
Advertisement
Jika Minyak Goreng Digunakan Berkali-Kali, Apakah Memiliki Dampak yang Buruk?
Lebih lanjut, Vito, mengatakan, kadar kolesterol yang berlebihan dapat menyebabkan pembuluh darah menyempit dan meningkatkan risiko serangan jantung. "Kolesterol yang berlebihan itu bikin telak, bikin tembul darah menyempit, dan bikin risiko serangan jantung meningkat. Itu sudah jelas, banyak studinya," katanya.
Menurut Vito, salah satu kebiasaan yang perlu dihindari adalah konsumsi makanan yang digoreng, terutama jika minyak yang digunakan sudah dipakai berulang kali. Berikut beberapa dampak buruk dari penggunaan minyak goreng bekas:
1. Memicu Inflamasi di Tubuh
Minyak goreng bekas mengandung zat radikal bebas yang memicu peradangan pada jaringan tubuh, termasuk pembuluh darah. Peradangan ini dapat menjadi awal dari berbagai masalah kesehatan serius.
2. Oksidasi Lemak yang Merusak
Proses penggorengan menggunakan minyak bekas menghasilkan lemak teroksidasi yang mempercepat kerusakan sel-sel tubuh dan pembuluh darah. Hal ini meningkatkan risiko berbagai gangguan kesehatan.
Advertisement
3. Melukai Dinding Pembuluh Darah
Senyawa beracun yang dihasilkan dari minyak bekas dapat menyebabkan inflamasi dan perlukaan pada lapisan pembuluh darah. Akibatnya, risiko gangguan kardiovaskular menjadi lebih tinggi.
4. Mempercepat Penumpukan Plak Kolesterol
Kerusakan pembuluh darah akibat inflamasi dan oksidasi memberi jalan bagi kolesterol jahat (LDL) untuk menempel. Hal ini memicu pembentukan plak yang dapat menghambat aliran darah.
Advertisement
5. Meningkatkan Risiko Serangan Jantung
Kombinasi antara peradangan, kerusakan pembuluh darah, dan penumpukan plak secara signifikan meningkatkan risiko serangan jantung.
"Sedapat mungkin hindari dampak dari makan makanan yang digoreng apalagi hingga minyak menghitam karena dipakai ulang ulang," ujarnya.