Kuning Telur vs. Gorengan, Mana yang Lebih Mematikan bagi Pasien Kolesterol Tinggi? Ini Kata Ahli Gizi

Kuning telur dan gorengan sering dianggap pantangan bagi pasien kolesterol tinggi. Menurut dr. Marya Haryono, kuncinya adalah kontrol porsi, frekuensi, dan cara pengolahan untuk mencegah risiko kesehatan.

oleh Aditya Eka Prawira diperbarui 29 Jan 2025, 06:10 WIB
Diterbitkan 29 Jan 2025, 06:05 WIB
Telur di Rumah Makan Padang (Foto: Aditya Eka Prawira/Liputan6.com)
Kuning telur dan gorengan tak sepenuhnya dilarang untuk pasien kolesterol tinggi. dr. Marya Haryono menekankan pentingnya membatasi porsi, frekuensi, dan memilih cara pengolahan yang sehat. (Foto: Aditya Eka Prawira/Liputan6.com)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Banyak masyarakat salah paham terkait kolesterol. Salah satu mitos yang banyak dipercayai adalah jika seseorang memiliki kadar kolesterol tinggi, wajib hukumnya untuk berhenti makan telur dan gorengan. Padahal, pada praktiknya tidak sesederhana itu.

Menurut Dokter Gizi di Siloam Hospitals Kebon Jeruk, dr. Marya Haryono, M.Gizi, Sp.GK, FINEM, yang perlu diperhatikan adalah sumber kolesterol dalam makanan, seperti kuning telur, seafood (udang, cumi, kerang, kepiting), dan makanan yang tinggi lemak jenuh seperti santan dan gorengan.

"Sebenarnya, yang harus dibatasi adalah asupan sumber kolesterol, termasuk kuning telur yang terlalu banyak. Apakah boleh dimakan? Boleh, hanya kita harus tahu porsinya," kata Marya kepada Health Liputan6.com dalam sebuah kesempatan baru-baru ini.

Sebagai contoh, jika dalam satu hari seseorang mengonsumsi empat kuning telur, empat bungkus gorengan, dan makanan lain yang tinggi kolesterol seperti jeroan, hal itu akan meningkatkan risiko kolesterol tinggi.

"Dokter biasanya akan menyarankan stop kuning telur dalam situasi seperti ini karena asupan teman-teman yang lain sudah banyak sumber kolesterolnya," tambah Marya.

Namun, bukan berarti pasien kolesterol tinggi harus berhenti makan telur sama sekali. Yang perlu diperhatikan adalah porsi dan frekuensi konsumsi. "Kadang sebenarnya bukan enggak boleh, tapi lebih ke arah portion size," ujarnya.

Oleh sebab itu, perlu diingat bahwa tidak ada satu pun makanan yang secara spesifik 'mematikan' untuk pasien kolesterol tinggi. Baik kuning telur maupun gorengan memiliki risiko masing-masing.

 

Kolesterol Tinggi Apakah Boleh Makan Gorengan?

Gorengan, Menu Buka Puasa, Tahu Isi, Tempe Goreng, Lontong Isi, Makanan (Foto: Aditya Eka Prawira/Liputan6.com)
Kuning telur dan gorengan tak sepenuhnya dilarang untuk pasien kolesterol tinggi. dr. Marya Haryono menekankan pentingnya membatasi porsi, frekuensi, dan memilih cara pengolahan yang sehat. (Foto: Aditya Eka Prawira/Liputan6.com)... Selengkapnya

Lalu bagaimana dengan gorengan? Menurut dr. Marya, gorengan juga memiliki risiko tersendiri. "Gorengan, walaupun dibuat dari bahan seperti sayur atau kentang yang tidak mengandung kolesterol karena berasal dari tumbuhan, tetap berbahaya jika dikonsumsi berlebihan. Ini disebabkan tingginya kadar lemak jenuh dari proses penggorengan," katanya.

Jadi, meskipun hanya makan satu kuning telur tetapi mengonsumsi lima bungkus gorengan, itu tetap tidak sehat.

Penting juga untuk memahami bahwa cara pengolahan makanan sangat memengaruhi dampaknya terhadap kesehatan. "Kalau cari makanan bergizi itu gampang ya, informasinya banyak. Tapi mungkin banyak juga yang lupa kalau cara masuk juga memengaruhi nilai gizi," kata Marya.

Dengan demikian, pasien kolesterol tinggi tidak hanya perlu memperhatikan jenis makanan yang dikonsumsi, tapi juga porsinya dan cara pengolahannya. Pastikan untuk selalu bijak memilih makanan dan berkonsultasi dengan ahli gizi untuk penanganan yang tepat.

Berapa Kolesterol Normal Dewasa? Simak Penjelasan Menkes Budi

Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Budi Gunadi Sadikin (Foto: Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kemenkes RI)
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan kadar kolesterol LDL ideal di bawah 100 mg/dL. Rutin pemeriksaan kesehatan penting untuk deteksi dini penyakit dan meraih harapan hidup 74 tahun. (Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kemenkes RI)... Selengkapnya

Menjadi sehat dimulai dari deteksi dini. Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin, menargetkan harapan hidup warga Indonesia meningkat hingga 74 tahun melalui pemeriksaan kolesterol, gula darah, dan tekanan darah secara rutin.

Dengan kadar kolesterol LDL ideal di bawah 100 mg/dL, risiko penyakit jantung koroner dapat ditekan. Program pemeriksaan kesehatan gratis pemerintah kini hadir untuk seluruh masyarakat, termasuk wilayah terpencil, guna mendukung deteksi dini dan pengobatan efektif penyakit kronis.

Masih Sedikit yang Rutin Cek Kolesterol dan Gula Darah

Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Budi Gunadi Sadikin (Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kemenkes RI)
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan kadar kolesterol LDL ideal di bawah 100 mg/dL. Rutin pemeriksaan kesehatan penting untuk deteksi dini penyakit dan meraih harapan hidup 74 tahun. (Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kemenkes RI)... Selengkapnya

Data menunjukkan bahwa masih banyak masyarakat Indonesia yang belum rutin memeriksakan kesehatannya. Sebanyak 60 persen masyarakat belum pernah memeriksa kadar kolesterol mereka, sementara 62 persen belum pernah melakukan pengukuran gula darah.

Padahal, menurut Budi, pemeriksaan sederhana ini dapat mencegah komplikasi serius. "Jika kita bisa mendeteksi masalah kesehatan lebih awal, biaya pengobatan bisa ditekan, dan kualitas hidup masyarakat akan jauh lebih baik," ujarnya.

Budi juga menyoroti pentingnya peran pemerintah daerah dalam mendukung keberhasilan program ini. Berdasarkan pengalaman pelaksanaan program vaksinasi COVID-19, dukungan dari kepala daerah terbukti krusial untuk menjangkau masyarakat secara luas.

Oleh karena itu, koordinasi dengan bupati dan wali kota di seluruh Indonesia terus dilakukan untuk memastikan pelaksanaan program berjalan lancar.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya