Liputan6.com, Jakarta Mengumpulkan barang bekas atau memulung sering kali dianggap pekerjaan yang kotor dan dipandang sebelah mata oleh banyak orang. Namun, memulung sampah tetaplah pekerjaan yang halal dan jauh lebih terhormat daripada mendapatkan uang dari mencuri, menipu ataupun merampok.
Baca Juga
Advertisement
Menjadi pemulung merupakan salah satu profesi yang dipilih oleh beberapa orang untuk membiayai hidup. Meski hasilnya relatif lebih sedikit dari pekerjaan lainnya, namun jika dilakukan dengan tekun hasilnya juga dapat memenuhi berbagai kebutuhan penting.
Seperti biaya dapur, pakaian yang layak, bahkan hingga membiayai pendidikan anak. Seperti kisah mengharukan seorang ibu asal Malaysia ini. Rahimah Dollah adalah seorang single parent atau orangtua tunggal yang sudah menjalani profesinya sebagai pemulung sejak tahun 2003 silam.
Rahimah bekerja dengan tekun dan tidak pernah merasa malu meski sempat ada yang mencemooh profesinya sebagai pemulung sampah. Ia memilih untuk mengabaikan orang yang menghina dirinya tersebut dan tetap berusaha tegar menjalani semuanya. Rahimah Dollah mengatakan awal mula ia melakukan pekerjaan itu adalah untuk membantu almarhum suaminya yang hanya bekerja di desa.
"Pada waktu itu, saya sangat ingin membeli susu karena anak-anak saya lapar. Saya harus menunggu suami saya pulang pada malam hari untuk memberi saya uang untuk membeli susu, tetapi kadang-kadang, ia tidak punya cukup uang, ”kata Rahimah seperti dikutip Liputan6.com dari World of Buzz, Minggu (5/01/2020).
Mendapatkan Rp 170.000 dari mengumpulkan barang bekas
Berawal dari membantu sang suami untuk menambah pendapatan, Rahimah rela memungut barang bekas untuk dijual kembali. Sejak 2003 ia mulai mengumpulkan beberapa barang bekas di sekitar lingkungan tempat tinggalnya. Pendapatan dari menjual barang bekas ia dapatkan sekitar Rp 170.000 dalam datu hari.
"Saya mulai mengumpulkan barang bekas seperti botol, kaleng dan lain-lain di sekitar lingkungan rumah. Saya berhasil menjualnya seharga hampir Rp 170.000 dan menggunakan uang itu untuk membeli susu serta makanan untuk anak-anak saya pada waktu itu,” Ungkapnya
Tidak mudah bagi Rahimah membesarkan anak-anaknya, apalagi semenjak kepergian sang suami untuk selamanya. Suami Rahimah, Che Hassan Mohamed meninggal dunia pada tahun 2010 karena menderita kanker tiroid. Kepergian sang tulang punggung keluarga menjadi pukulan besar bagi Rahimah. Ia harus berjuang lebih keras lagi untuk menafkahi keluarganya.
Dalam semua kesulitan yang ia hadapi, Rahimah tetap tegar dan berusaha memberi yang terbaik untuk ketiga anaknya termasuk pendidikan yang baik. Ia bekerja keras, terlepas dari orang-orang yang memandang rendah pekerjaannya. Setiap hari, Rahimah berjalan sejauh 30 km untuk mengumpulkan barang-barang bekas menggunakan gerobak dorong. Terkadang ia juga mengendarai sepeda karena kini fisiknya sudah tak sekuat dulu.
Advertisement
Membesarkan anak-anaknya hingga sukses
Perjuangan dan usaha keras Rahimah berbuah manis, ia berhasil mengantarkan anak-anaknya untuk menempuh pendidikan yang sangat baik. Anak sulungnya, Zainal Abidin Che Hassan yang berusia 25 tahun, kini tengah menempuh pendidikan di Universitas Kuala Lumpur (UniKL) pada bidang Mekatronik. Sedangkan anak keduanya Siti Zaitun yang berusia 18 tahun sedang melanjutkan pendidikannya di Majlis Amanah Rakyat (Mara) Kuala Nerang, Kedah.
Anak bungsu Rahimah, Zainal Asyraf Che Hassan yang baru berusia 16 tahun meraih prestasi yang membanggakan, ia memperoleh hasil ujian yang sangat gemilang. Ia mengatakan tidak pernah merasa malu dengan profesi ibunya dan bangga kepadanya karena mencari rezeki dengan cara yang jujur.
Remaja itu bercerita bahwa ia terkadang juga ikut membantu ibunya agar mendapatkan uang yang lebih banyak untuk menafkahi keluarganya. Pengalaman Rahimah bersama ketiga anak-anaknya dapat menjadi contoh bagi semua orang, sejatinya tidak perlu malu menjalani profesi apapun selama pekerjaan itu jujur dan tetep berusaha yang terbaik walau dalam segala kesulitan yang ada.