Kelewat Populer, Bubble Tea di Kedai Ini Dijual Calo Rp 800 Ribu Per Gelas

Saking populernya bubble tea di Machi Machi ii dijual Rp 800 per gelas dan Rp 99 ribu untuk foto bersama.

oleh Afifah Cinthia Pasha diperbarui 09 Jan 2020, 19:05 WIB
Diterbitkan 09 Jan 2020, 19:05 WIB
Bubble tea
Ilustrasi bubble tea

Liputan6.com, Jakarta Siapa yang tak tahu minuman hits saat ini, Bubble Tea? Bubble tea sekarang ini sudah  menjadi minuman terhits beberapa tahun terakhir. Buktinya, minuman asal Taiwan yang terbuat dari teh susu dengan isian bubble hitam kenyal ini sudah menjamur di mana-mana. 

Tak hanya di negara asal, bubble tea ini juga sangat populer di Indonesia, Singapura, Malaysia dan China. Hampir setiap pusat perbelanjaan modern di berbagai kota terdapat sebuah gerai mungil yang menjual bubble tea aneka rasa.

Cita rasa milk tea yang manis dan creamy ditambah bola-bola kenyal bernama boba di dalamnya memang menjadi daya tarik. Tak heran jika banyak penjual bubble tea yang berlomba-lomba membuat kreasi rasa yang enak.

Tak ketinggalan pula para artis yang juga ikut menjadikan bubble tea sebagai bisnis. Seperti aktor China, Jay Chou yang membuka kedai bubble tea dan selalu ramai. Bahkan kedai bubble tea aktor 40 tahun ini bisa dibilang sangat populer di China.

Laris Manis hingga Banyak Calo

Machi Machi (sumber: smartshanghai)
Machi Machi (sumber: smartshanghai)

Ternyata calo tidak hanya berurusan dengan tiket konser atau transportasi. Saking larisnya, kedai bubble tea pemain ‘The Viral Factor’ ini sampai dipenuhi dengan calo. Kedai bubble tea bernama Machi Machi ini memang sudah populer di Jepang, seperti yang Liputan6.com lansir dari World of Buzz, Kamis (9/1/2020).

Kini mereka membuka kedai terbarunya di Shanghai, China. Saking populernya, banyak orang penasaran dengan sensasi rasa bubble tea dari kedai ini. Machi Machi semakin membuat heboh setelah gerainya dijadikan lokasi syuting video klip musisi Taiwan Jay Chou yang berjudul "Won't Cry" belum lama ini.

Alhasil, ratusan orang yang antre bubble tea bukan hanya dari kalangan foodies melainkan dari para penggemar Jay Chou. Di tengah hebohnya antusiasme masyarakat, ternyata kesempatan ini dimanfaatkan oleh para calo untuk mengeruk keuntungan. Di tengah antrean ini ada banyak calo yang membeli minuman dengan maksud dijual kembali dengan harga tinggi.

Sejak dibuka pada 26 September, setiap hari memang terlihat antrean mengular di sekitar gerai. Kebanyakan orang rela antre demi bisa mencicipi cheese tea yang jadi menu andalan kafe ini.

Dijual Rp 800 Ribu Per Gelas

Machi Machi (sumber: smartshanghai)
Machi Machi (sumber: smartshanghai)

Diketahui para calo ini menjual 1 gelas bubble tea seharga 58 USD atau setara Rp 803 ribu. Padahal, aslinya, minuman tersebut hanya seharga Rp 30 ribu sampai 84 ribu. Tak hanya itu, calo yang sudah berhasil mendapatkan bubble tea juga akan menetapkan tarif Rp 99 ribu untuk orang yang ingin berfoto sambil memegang minuman.

Walaupun mahal, ada saja pembeli yang berminat foto dengan minuman hingga membelinya dengan harga selangit. Pembeli dari calo ini bahkan terbilang banyak karena dalam sehari kafe ini membatasi penjualan hanya 200 gelas minuman saja.

Untuk mendapatkan minuman ini hits ini, para calo sudah antre sejak pagi hari sementara toko baru buka siang. Seorang calo mengaku sengaja antre agar bisa mendapatkan uang. Ia juga mengatakan ada 300 temannya yang juga berprofesi sama dengannya. Artinya dari antrean yang mengular ini, 90 pesennya adalah calo.

Antisipasi Kecurangan Dari Pihak Kedai

Ilustrasi bubble tea
Ilustrasi bubble tea (Foto: Instagram/ anaghaf00d)

Melihat fenomena yang tidak wajar ini, pihak kedai Machi Machi kemudian memasang tanda larangan membeli bagi calo namun hal ini tak digubris. Hingga akhirnya pihak toko meminta bantuan pihak kepolisian untuk menertibkan calo.

Petugas polisi juga berpatroli di pintu masuk untuk mengusir para gelandangan. Seorang petugas kepolisian distrik Shanghai Huangpu mengatakan bahwa peraturan itu secara efektif membatasi kegiatan calo.

Langkah lain yang dilakukan pihak gerai untuk menekan jumlah calo adalah membatasi pembelian take away sehingga pembeli harus menikmatinya langsung di area kafe. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya