Larangan Potong Rambut dan Kuku Bagi yang Berkurban, Ketahui Asal Mula Hukumnya

Larangan potong rambut dan kuku sebelum berkurban sudah menjadi perdebatan ulama sejak lama.

oleh Laudia Tysara diperbarui 29 Jul 2020, 18:15 WIB
Diterbitkan 29 Jul 2020, 18:15 WIB
Ilustrasi memotong kuku / Sumber: iStockphoto.com
Ilustrasi memotong kuku / Sumber: iStockphoto.com

Liputan6.com, Jakarta Idul Adha adalah bentuk perayaan hari raya haji yang jatuh setiap tanggal 10-13 Zulhijjah. Pada peringatan hari raya ini, berkurban menjadi satu tradisi yang sunnah dilakukan. Namun sayangnya, belum banyak yang mengetahui bahwa ada larangan potong rambut dan kuku sebelum berkurban.

Berkurban biasanya diamalkan dengan menyembelih sapi, kambing, dan unta. Amalan ini termasuk sunnah yang sangat dianjurkan, terutama bagi umat Islam yang mampu. Sama halnya dengan larangan potong rambut dan kuku sebelum berkurban, sunnah yang sangat dianjurkan.

Meski sebenarnya masih ada perdebatan mengenai larangan potong rambut dan kuku sebelum berkurban ini. Namun menurut Imam Malik dan Syafi’i, memotong rambut dan kuku setelah berkurban dihukumi sunnah. Sementara memotongnya sebelum berkurban dihukumi makruh.

Berikut penjelasan mengenai larangan potong rambut dan kuku bagi yang berkurban seperti Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Rabu (29/7/2020).

Hukum Larangan Potong Rambut Dan Kuku Sebelum Berkurban

Ilustrasi Potong Rambut
Ilustrasi potong rambut. (iStockphoto)

Hukum mengenai larangan potong rambut dan kuku sebelum berkurban sebenarnya sudah menjadi perdebatan lama para ulama. Pendapat Imam Malik dan Syafi’i menghukumi sunnah pemotongan rambut dan kuku setelah berkurban. Sementara pemotongan rambut dan kuku sebelum berkurban dihukumi makruh.

Namun, ada pendapat dari Abu Hanifah yang menghukumi pemotongan rambut dan kuku sebelum berkurban mubah/boleh dilakukan. Hal ini memiliki arti, pemotongan kuku tidak makruh dan tidak sunnah. Sementara ada pendapat dari Imam Ahmad yang mengharamkannya.

Imam Nawawi dalam Al-Majmu’ menegaskan bahwa disunnahkannya larangan pemotongan rambut dan kuku berkaitan erat dengan pahala. Apabila seorang muslim mengamalkannya, maka seluruh anggota tubuhnya akan diselamatkan dari api neraka karena kesaksiannya. Sebagaimana melaksanakan kurban yang bisa menyelamatkan seseorang dari siksa api neraka.

Larangan Potong Rambut dan Kuku Sebelum Berkurban Sama dengan Ihram Haji

Ilustrasi Haji | @HajMinistry dari Twitter
Ilustrasi Haji | @HajMinistry dari Twitter

Selain karena pahala dan kesaksian seluruh anggota tubuh di akhirat, amalan ini juga disamakan dengan ihram haji. Hal ini berarti pada sepuluh hari pertama bulan Zulhijah, seseorang yang akan berihram tidak diperbolehkan memotong kuku.

إذا دخل العشر من ذي الحجة وأراد أحدكم أن يضحي فلا يمس من شعره ولا بشره شيئا حتى يضحي

"Apabila pada sepuluh hari pertama bulan Zulhijjah telah masuk dan seorang di antara kamu hendak berkurban, maka janganlah menyentuh rambut dan kulit sedikitpun, sampai (selesai) berkurban.” (HR Ibnu Majah, Ahmad, dan lain-lain).

Pendapat ini mengatakan bahwa pemotongan rambut dan kuku hendaknya dilakukan setelah pemotongan hewan kurban selesai dilakukan. Tepatnya dimulai sejak sepuluh hari pertama bulan Zulhijah. Meski begitu, Imam Nawawi membantah dengan mengatakan adanya kesaksian seluruh anggota tubuh yang akan diselamatkan dari api neraka.

Larangan Potong Rambut dan Kuku Sebelum Berkurban untuk Hewan

Ilustrasi kambing | Maria Tyutina dari pexels.com
Ilustrasi kambing | Maria Tyutina dari pexels.com

Setelah mengetahui pendapat yang pertama dan kedua, kini saatnya mengetahui pendapat ketiga. Pendapat ketiga ini memang tidak cukup populer dalam kitab Fikih Klasik. Hal inilah yang membuat Mula Al-Qari menyebut pendapat ketiga ini cukup unik dan asing.

Pendapat ketiga mengatakan bahwa larangan potong rambut dan kuku sebelum berkurban sebenarnya untuk hewan itu sendiri. Tepatnya larangan untuk memotong bulu, kuku, dan kulit yang dimiliki hewan kurban.

Aisyah RA mendengar Rasulullah SAW pernah bersabda:

“Tidak ada amalan anak adam yang dicintai Allah pada hari Idhul Adha kecuali berkurban. Karena ia akan datang pada hari kiamat bersama tanduk, bulu, dan kukunya. Saking cepatnya, pahala kurban sudah sampai kepada Allah sebelum darah hewan sembelihan jatuh ke tanah. Maka hiasilah diri kalian dengan berkurban.” (HR Ibnu Majah)

Keunikan dari pendapat ketiga ini kemudian dipertegas dengan adanya riwayat yang dibawa Aisyah Ra. Rasulullah SAW mengatakan bahwa tidak ada amalan yang lebih dicintai oleh Allah SWT pada hari kiamat selain berkurban. Tanduk, bulu, dan kuku dari hewan kurban inilah yang nantinya akan bersaksi pada hari kiamat. Pahala berkurban juga sudah sampai kepada pemilikinya setelah darah sembelihan jatuh ke tanah.

لصاحبها بكل شعرة حسنة

Artinya:

“Bagi orang yang berkurban, setiap helai rambut (bulu hewan kurban) adalah kebaikan.” (HR At-Tirmidzi)

Amalan Sunnah Saat Idul Adha

Ilustrasi salat
Ilustrasi salat (iStock)

Takbir

Pada malam Hari Raya Idul Adha, seluruh umat Islam dianjurkan untuk mengumandangkan takbir di setiap masjid, mushalla, dan rumah-rumah. Dikumandangkannya takbir dimulai sejak terbenamnya matahari hingga imam naik ke mimbar untuk khutbah pada saat shalat Idul Adha dan berakhir pada hari tasyrik tanggal 13 Dzulhijjah.

Mandi

Sebelum datang ke masjid atau lapangan, umat Islam dianjurkan untuk mandi dan bebersih terlebih dahulu. Hal ini boleh dilakukan mulai pertengahan malam, sebelum waktu subuh, dan yang lebih utama adalah sesudah waktu subuh. Hal ini dikarenakan tujuan dari mandi adalah membersihkan anggota badan dari bau yang tidak sedap, dan membuat badan menjadi segar bugar, maka mandi sebelum waktu berangkat adalah yang paling baik.

Pakaian Bersih

Saat Hari Raya Iduladha, juga dianjurkan untuk memakai pakaian terbaik yang kita miliki. Dianjurkan unyuk memakai pakaian yang berwarna putih. Sementara bagi lelaki dianjurkan mengenakan wawangian dan wanita tidak.

Dalam Kitab Raudlatut Thalibin dijelaskan:

"Disunnahkan memakai pakaian yang paling baik, dan yang lebih utama adalah pakaian warna putih dan juga memakai serban. Jika hanya memiliki satu pakaian saja, maka tidaklah mengapa ia memakainya. Ketentuan ini berlaku bagi kaum laki-laki yang hendak berangkat salat Id maupun yang tidak. Sedangkan untuk kaum perempuan cukuplah ia memakai pakaian biasa sebagaimana pakaian sehari-hari, dan janganlah ia berlebih-lebihan dalam berpakaian serta memakai wangi-wangian."

Berjalan Kaki

Saat menuju ke masjid untuk melaksanakan salat, dianjurkan untuk berjalan kaki. Tujuannya, agar sesama umat muslim saling bertegur sapa dijalan sehingga mempererat tali silaturahmi. Selain itu, juga dianjurkan untuk berangkat lebih awal menuju tempat salat id dilaksanakan.

Tidak Makan

Pada perayaan Hari Raya Iduladha, disunahkan untuk makan setelah selesai melaksanakan salat Id. Jika pada Hari Raya Idul Fitri disunahkan untuk makan sebelum melaksanakan shalat, pada perayaan Idul Adha umat Islam justru dianjurkan untuk berpuasa sebelum salat Id.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya