Liputan6.com, Gorontalo - Akhir pekan menjadi waktu yang ideal untuk menjelajahi cita rasa kuliner Nusantara, termasuk mencicipi Pare Kuah Pilitode yang artinya santan, salah satu makanan tradisional khas Gorontalo yang mulai populer, khususnya di kalangan milenial dan pencinta makanan rumahan.
Pare Kuah Pilitode merupakan olahan berbahan dasar pare yang dimasak dengan kuah santan kelapa, menghasilkan rasa pahit dan gurih yang khas.
Baca Juga
Dahulu, makanan ini umum disajikan di acara keluarga dan jamuan adat. Kini, hidangan ini kembali dilirik karena keunikannya.
Advertisement
“Rasa pahit dari pare yang berpadu dengan gurihnya santan menjadi ciri khas yang membuat makanan ini berbeda,” kata Nurlina (42), warga Gorontalo, saat ditemui di rumahnya.
Meski generasi muda, terutama Gen Z dan generasi alpha, enggan mencicipi karena rasa pahitnya, justru kalangan usia dewasa dan generasi milenial mulai mengapresiasi keunikan rasa tersebut.
“Kalau sudah terbiasa, pahitnya justru bikin candu,” ujarnya sambil tersenyum.
Selain keunikan rasa, Pare Kuah Pilitode juga memiliki nilai gizi tinggi. Pare dikenal sebagai sayuran yang kaya vitamin dan memiliki manfaat untuk membantu menurunkan kadar gula darah. Sedangkan santan kelapa memberikan aroma dan rasa gurih alami.
Pare sebagai bahan utama sangat mudah ditemukan di pasar-pasar tradisional di Gorontalo, terutama saat musim panen. Hidangan ini biasanya dikombinasikan dengan ikan asin atau udang kering untuk memperkaya rasa.
“Kalau pakai ikan asin lebih mantap, rasanya jadi lebih gurih. Ditambah cabai rawit, sensasinya beda,” kata Nurlina menambahkan.
Tren kembali ke kuliner tradisional turut mendukung kebangkitan popularitas makanan ini. Sejumlah rumah makan dan pelaku UMKM di Gorontalo mulai menambahkan menu Pare Kuah Pilitode sebagai bagian dari promosi kuliner lokal.
Simak juga video pilihan berikut:
Bahan Utama yang Sarat Manfaat
Pare, atau yang secara ilmiah dikenal sebagai Momordica charantia, merupakan tanaman merambat yang berasal dari wilayah Asia tropis.
Tumbuhan ini dikenal luas di berbagai daerah di Indonesia dengan sebutan berbeda, seperti paria, peria, paliak, pepule, dan lainnya.
Tanaman ini tumbuh subur di dataran rendah dan biasa ditemukan di pekarangan rumah. Buah pare berbentuk panjang dan memiliki permukaan bergerigi.
Meski aromanya khas dan cenderung kuat, kandungan nutrisinya membuat pare sering dimanfaatkan dalam pengobatan tradisional dan kuliner.
Advertisement
