13 Penyebab Sesak Napas, Tak Hanya Masalah Paru-Paru

Penyebab sesak napas bisa mengindikasikan adanya masalah jantung.

oleh Laudia Tysara diperbarui 07 Sep 2020, 14:45 WIB
Diterbitkan 07 Sep 2020, 14:45 WIB
Ilustrasi sesak napas | pixabay.com
Ilustrasi sesak napas | pixabay.com

Liputan6.com, Jakarta Sesak napas disebut dengan istilah dyspnea. Kondisi ini terjadi ketika paru-paru kekurangan pasokan udara. Sesak napas pun bisa menjadi sinyal adanya kondisi medis tertentu. Jadi, memang sebenarnya penyebab sesak napas bukan hanya karena masalah paru-paru, ya.

Setiap orang bisa mengalami sesak napas dengan derajat yang berbeda-beda. Mulai dari derajat ringan sampai derajat yang berat. Meski penyebab sesak napas tak melulu masalah paru-paru, tetapi gejalanya tetap sama. Demam, pingsan, kulit pucat kebiruan, denyut nadi cepat, dan sesak.

Jika gejala fisiknya sulit dikenali, cobalah untuk menahan napas selama 45-60 detik. Pada saat menahan napas, orang yang sebenarnya sedang mengalami sesak napas atau dyspnea akan terlihat dengan jelas. Bisa jadi, menahan napas tak kuat dilakukan dan menjadi batuk tak tertahankan.

Mengenali gejala sesak napas akan membuat seseorang lebih mudah menanganinya. Pada kondisi seperti ini, mencari tahu penyebab sesak napas wajib dilakukan karena tak melulu berkaitan dengan paru-paru. Bahkan, sebenarnya sesak napas bisa menjadi gejala penyakit serius seperti jantung.

Berikut Liputan6.com ulas penyebab sesak napas dari berbagai sumber, Senin (7/9/2020).

Pneumonia, Bronkiolitis, dan Obesitas

Ilustrasi Obesitas | AllGo dari Unsplash
Ilustrasi Obesitas | AllGo dari Unsplash

Pneumonia

Pneumonia bisa menjadi penyebab sesak napas yang berkaitan dengan masalah paru-paru. Istilah populernya adalah paru-paru basah.

Penyakit ini biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri, jamur, virus, atau parasit. Hingga infeksi ini akan membuat peradangan pada kantung udara paru-paru.

Pada kondisi ini, paru-paru penderitanya akan membengkak dan dipenuhi cairan. Parahnya, penderita bisa sampai kekurangan oksigen dalam darahnya.

Bronkiolitis

Bronkiolitis merupakan penyebab sesak napas yang patut diwaspadai. Penyakit ini terjadi karena infeksi.

Beberapa penderita bisa sampai mengalami peradangan dan penyumbatan. Kondisi ini akan terjadi pada saluran pernapasan kecil sepeti bronkiolus.

Bronkiolitis rentan terjadi pada anak-anak dan bayi. Gejalanya batuk kering terus-menerus, hidung tersumbat, dan demam.

Pada kondisi parah gejalanya akan disertai kelesuhan. Kemudian kulit anak menjadi biru/sianosis, mengi, dan napas dangkal.

Obesitas

Obesitas merupakan kondisi ketika seseorang memiliki berat badan berlebihan. Obesitas pun bisa menjadi penyebab sesak napas yang sering diabaikan.

Berat badannya yang tidak seimbang akan membuat napas mudah tersengal. Hal ini berkaitan erat dengan penumpukan lemak pada perut dan dada.

Pada akhirnya, penumpukan ini akan menjadi penghambat kerja otot saluran napas. Jika otot terganggu maka paru-paru akan bekerja lebih keras dan jantung pun berat untuk memompa darah.

Asma, Pilek, dan Emboli Paru

Mengalami Flu dan Pilek
Ilustrasi Flu dan Pilek Credit: pexels.com/AndreaPiacquadio

Asma

Asma termasuk salah satu penyebab sesak napas yang paling sering terjadi. Asma pada umumnya akan muncul di usia anak untuk pertama kalinya.

Kondisi ini disebabkan oleh saluran udara/bronkus yang meradang. Peradangan akan membuat bronkus membengkak, menyempit, dan menghasilkan lendir banyak.

Napas akan menjadi tersengal, lebih cepat, dangkal, disertai dengan bunyi ‘ngik-ngik’. Asma bisa muncul karena udara dingin, olahraga, debu, bulu, asap, dan masih banyak lagi.

Pilek

Pilek memang terdengar seperti penyakit sepele. Padahal sebenarnya, pilek bisa menjadi penyebab sesak napas yang patut diwaspadai.

Hidung yang melawan bakteri akan mengeluarkan banyak ingus. Ingus inilah yang nantinya akan membuat sistem pernapasan tersumbat dan bikin sesak napas.

Kondisinya akan semakin diperparah jika anak mengalami demam, bersin, sakit tenggorokkan, dan badan yang lemas. Parahnya lagi jika anak sampai mengalami sinusitis.

Emboli Paru

Emboli paru merupakan penyumbatan di arteri pulmonalis. Emboli ini yang akan memasok darah ke paru-paru.

Tak banyak yang mengetahui bahwa emboli paru merupakan salah satu jenis penyakit kardiovaskular. Ada gumpalan darah yang mencegah oksigen mencapai jaringan paru-paru.

Tak heran jika emboli paru termasuk penyebab sesak napas yang patut diwaspadai. Emboli paru akan menimbulkan gejala sakit dada tajam, pusing, jantung berdebar, dan batuk.

Tersedak dan Alergi

Ilustrasi bersin
Ilustrasi bersin. (iStock)

Tersedak

Tersedak bisa menjadi salah satu penyebab sesak napas, utamanya pada anak. Tersedak akan membuat makanan atau minuman masuk ke saluran pernapasan anak.

Jika kondisi sesak napas anak masih sulit dikenali, perhatikan ketika anak batuk tanpa gejala batuk sebelumnya. Sebaiknya segera dekati anak dan menanyakan keadaannya.

Alergi

Alergi biasanya dipicu oleh hidung yang menghirup debu, bulu bintang, dan serbuk sari. Pada kondisi ini tubuh akan menghasilkan antibodi bernama histamin.

Histamin akan bertindak melawan zat-zat yang dianggap berbahaya. Namun, sayangnya histamin seringkali berlebihan menanggapinya.

Tindakan histamin inilah yang kemudian membuat reaksi sesak napas, hidung meler/tersumbat, mata berair, gatal, dan bersin. Kondisi ini harus sangat diwaspadai.

Hal ini disebabkan karena risiko reaksi alergi  yang parah akan menyebabkan anafilaksis. Anafilaksis akan menurunkan tekanan darah dengan cepat dan menghilangkan kesadaran.

Anemia dan Hipotensi

ilustrasi pusing/freepik
ilustrasi pusing/freepik

Anemia

Banyak orang beranggapan anemia hanya berkaitan dengan darah. Padahal sebenarnya, anemia pun bisa menjadi penyebab sesak napas pada orang dewasa.

Ketika menderita anemia, tubuh tidak mendapatkan cukup darah yang kaya oksigen. Ini bisa menyebabkan seseorang merasa lelah atau lemah.

Tak hanya sesak napas, penderitanya bisa sampai pusing, sakit kepala, dan detak jantungnya tidak teratur. Untuk itu memenuhi kebutuhan zat besi sangatlah penting dilakukan.

Hipotensi

Hipotensi disebut dengan istilah tekanan darah rendah. Kondisi ini bisa menjadi salah satu penyebab sesak napas.

Hipotensi dapat menyebabkan gangguan jantung serius dan kegagalan organ. Hal ini disebabkan karena oksigen dan nutrisi mungkin tidak mencapai organ kunci.

Banyak orang dengan tekanan darah rendah tidak memiliki gejala. Namun, hipotensi yang parah bisa menyebabkan sesak napas, pusing, lelah, detak jantung tidak teratur, dan kulit pucat.

GERD, Hernia Hiatal, dan PPOK

ilustrasi perut sakit/pexels
ilustrasi perut sakit/pexels

GERD

Tak hanya masalah jantung dan paru-paru, penyebab sesak napas pun berkaitan dengan pencernaan. Gangguan yang paling sering terjadi adalah GERD. GERD terjadi ketika asam bocor dari perut dan kembali ke kerongkongan.

Asam lambung yang merambat ke kerongkongan dapat memasuki paru-paru, terutama saat tidur, dan menyebabkan pembengkakan saluran udara. Ini dapat menyebabkan reaksi sesak napas atau menyebabkan pneumonia aspirasi.

Hernia Hiatal

Hernia hiatal bisa menjadi salah satu penyebab sesak napas. Kondisi ini terjadi ketika bagian atas perut menonjol melalui otot besar yang memisahkan perut dan dada (diafragma).

Diafragma ini memiliki celah kecil (hiatus). Pada hernia hiatal, perut mendorong ke atas melalui celah itu dan masuk ke dada.

Kebanyakan hernia hiatal kecil tidak menimbulkan tanda atau gejala. Tetapi hernia hiatal yang lebih besar dapat menyebabkan sesak napas, heartburn, sakit dada, perut, kesulitan menelan, dan muntah darah.

PPOK

Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) disebut dengan peradangan paru-paru kronis. Kondisi ini bisa menjadi penyebab sesak napas.

Tepatnya ketika aliran udara terhalang dari paru-paru. Gejala yang umum dialami adalah sesak napas dalam jangka waktu yang lama (kronis).

Gejala lainnya juga meliputi batuk, produksi lendir (dahak) dan mengi. PPOK bisa dipicu paparan gas atau partikel partikulat atau rokok jangka panjang.

Cara Mengatasi Sesak Napas

Ilustrasi meditasi | pexels.com
Ilustrasi meditasi | pexels.com

Pursed-lip breathing

Pursed-lip breathing adalah cara sederhana untuk mengendalikan sesak napas. Pursed lip breathing atau pernapasan bibir mengerucut membuat napas lebih efektif dengan membuatnya lebih lambat dan lebih teratur. Pernafasan bibir ini meningkatkan mekanisme paru-paru dan pernapasan sekaligus. Berikut caranya:

1. Duduklah dengan punggung lurus atau berbaring.

2. Relakskan otot leher dan bahu

3. Tarik napas melalui hidung selama dua detik sambil menutup mulut

4. Rasakan udara bergerak ke perut, cobalah untuk mengisi perut dengan udara.

5. Kerutkan bibir seperti sedang bersiul, dan kemudian hembuskan napas selama empat detik.

Bersandar pada dinding

Jika Anda kesulitan bernapas tetapi tidak dapat menemukan tempat duduk, hal terbaik yang bisa dilakukan adalah bersandar pada permukaan yang kuat. empat terbaik untuk melakukannya adalah dengan menemukan dinding dan menyandarkan punggung. Ini akan membantu merilekskan tubuh dan saluran udara.

Berdiri juga dapat membantu merilekskan tubuh dan saluran udara saat sesak napas. Berdiri dengan menyandar dinding bisa membantu melancarkan pernapasan. Berdirilah di dekat dinding dan letakkan pinggul di dinding. Posisikan kaki selebar bahu dan letakkan letakkan kedua tangan di paha. Dengan bahu yang rileks, condongkan tubuh sedikit ke depan dan gantungkan lengan di depan.

Pernapasan Diafragma

Pernafasan diafragma juga dapat membantu meringankan sesak napas. Pernapasan diafragma adalah jenis latihan pernapasan yang membantu memperkuat diafragma. Latihan pernapasan ini juga kadang-kadang disebut pernapasan perut. Berikut caranya:

1. Duduklah di kursi dengan lutut tertekuk dan bahu, kepala, dan leher rileks. Bisa juga dilakukan sambil berbaring.

2. Letakkan satu tangan datar di dada bagian atas dan tangan lainnya di perut.

3. Tarik napas perlahan melalui hidung. Dalam pernapasan diafragma, tangan di perut harus bergerak, sedangkan tangan di dada harus tetap diam.

4. Hembuskan keluar melalui mulut dengan bibir mengerucut.

5. Teruslah menghembuskan napas lebih lama dari biasanya sebelum perlahan menghirup lagi.

6. Ulangi selama sekitar lima menit.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya