Beda Rapid Test dan Swab untuk Deteksi COVID-19, Kenali Keakuratannya

Jangan sampai salah memahami rapid test dan swab.

oleh Anugerah Ayu Sendari diperbarui 05 Nov 2020, 09:30 WIB
Diterbitkan 05 Nov 2020, 09:30 WIB
Tes Virus Corona Covid-19
Tes Virus Corona Covid-19 (sumber: Pixabay)

Liputan6.com, Jakarta Selama pandemi COVID-19, istilah rapid test dan swab sudah tak asing di telinga. Rapid test dan swab merupakan dua metode tes pemeriksaan yang kini digunakan untuk mengetahui adanya infeksi COVID-19. Di Indonesia, rapid test dan swab sudah digunakan untuk mendeteksi adanya COVID-19 pada seseorang.

Namun, masih banyak orang yang belum paham perbedaan keduanya. Tak jarang masyarakat kerap salah sebut antara rapid test dan swab. Padahal, rapid test dan swab merupakan jenis tes yang berbeda. Keakuratan, cara pengambilan sampel, dan waktu pengujian dari kedua tes ini pun sangat berbeda satu sama lain.

Rapid test merupakan tes cepat yang bisa membantu mengenali adanya COVID-19 pada seseorang. Rapid test yang digunakan di Indonesia merupakan jenis rapid test antibodi. Sementara swab merupakan metode tes yang jauh lebih akurat. Ada dua jenis tes swab yang kini digunakan di Indonesia, yaitu Reverse transcription polymerase chain reaction atau RT–PCR dan Tes Cepat Molekuler (TCM).

Baik rapid test dan swab juga punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Bagi Anda yang masih bingung akan perbedaan rapid test dan swab, simak perbedaannya yang berhasil Liputan6.com rangkum dari Kementerian Kesehatan, Kamis (5/11/2020).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Cara pengambilan sampel

Operasi gabungan dan pelaksanaan rapid test di Kabupaten Pangandaran dan Bandung Barat. (sumber foto : Humas Pemprov Jabar)
Operasi gabungan dan pelaksanaan rapid test di Kabupaten Pangandaran dan Bandung Barat. (sumber foto : Humas Pemprov Jabar)

Rapid test menggunakan darah sebagai sampel pemeriksaannya. Darah diambil dari tusuk jari lalu diteteskan ke alat rapid test. Cairan khusus penanda antibodi kemudian diteteskan. Hasil tes akan muncul 10–15 menit setelahnya.

Sementara swab menggunakan lendir atau dahak di saluran nasofaring. Lokasi ini dipilih karena merupakan tempat virus berkembang. Selain lendir di rongga nasofaring, sampel cairan juga bisa diambil dari saluran pernapasan bawah dan tinja.


Waktu hasil tes

Rapid Test
Paramedis Siloam Hospitals menunjukkan hasil tes cepat (rapid test) mandiri COVID-19 secara drive thru di Akses Senayan Park Jalan Gerbang Pemuda, Jakarta, Kamis (23/4/2020). Rapid Tes Covid -19 dibanderol seharga Rp 489.000, periode 17-30 April 2020 pukul 08.00-10.00 WIB. (merdeka.com/Arie Basuki)

Sesuai namanya, hasil tes dari rapid tes bisa diketahui dengan cepat. Dalam waktu 10–15 menit, hasil rapid test bisa terlihat pada alat rapid berupa garis.

Sementara untuk swab test, memerlukan waktu lebih lama. Ini karena swab test memerlukan proses laboratorium yang cukup rumit. Untuk RT-PCR, hasil tes biasanya membutuhkan beberapa jam hingga hari. Sementara untuk TCM memerlukan waktu kurang dari dua jam.


Metode

[Fimela] ilustrasi rapid test
ilustrasi rapid test | pexels.com/@karolina-grabowska

Rapid test bekerja dengan cara mencari antibodi (imunoglobulin(Ig) G dan M) dalam darah. Ketika seseorang terpapar virus, tubuh akan menghasilkan antibodi sebagai reaksi untuk memerangi antigen. Keberadaan antibodi inilah yang bisa mendeteksi adanya virus.

Sementara swab RT-PCR menggunakan metode PolymeraseChain Reaction. Dalam metode ini sampel RNA disalin balik membentuk pasangan DNA. Salinan ini kemudian diperbanyak melalui Polymerase Chain Reaction.

Untuk metode TCM, tes dilakukan dengan memeriksa antigen dari bakteri Mycobacterium tuberculosis yang merangsang respons sistem kekebalan tubuh yang terdapat pada sampel dahak pasien.


Lokasi tes

FOTO: Libur Panjang, Antrean Rapid Test Penumpang KAI Melonjak
Calon penumpang mengikuti rapid test COVID-19 di Stasiun Pasar Senen, Jakarta, Senin (26/10/2020). Memasuki libur panjang, jumlah penumpang kereta jarak jauh mengalami lonjakan sehingga terjadi antrean panjang rapid test yang menjadi syarat wajib pengguna jasa KAI. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Rapid test bisa dilakukan di mana saja. Jenis tes ini bisa didapat dengan mudah di fasilitas kesehatan.

Untuk RT-PCR hanya tersedia di rumah sakit yang memiliki biosafety cabinet dan sampelnya diperiksa di laboratorium Biosafety Level (BSL) II. Sementara TCM tersedia di lebih dari 132 fasilitas kesehatan di Indonesia.


Kelebihan

Warga DKI yang Tolak Tes Covid-19 Didenda Rp5 Juta
Warga mengikuti tes usap (swab test) COVID-19 di GSI Lab (Genomik Solidaritas Indonesia Laboratorium), Cilandak, Senin (19/10/2020). Pemprov DKI dan DPRD DKI Jakarta berencana mengatur sanksi denda Rp 5juta bagi warga yang menolak rapid test maupun swab test atau tes PCR (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Kelebihan dari rapid test adalah hasilnya yang cepat didapat. Tes ini juga mudah dilakukan dan cocok untuk digunakan sebagai tes massal. Namun, penting diketahui, bahwa rapid test hanya merupakan skrining awal. Untuk mengetahui ada tidaknya COVID-19 secara akurat, seseorang harus melakukan tes PCR atau swab.

Kelebihan dari RT-PCR adalah keakuratannya yang tinggi. RT-PCR merupakan satu-satunya standar pengujian COVID-19 yang diakui WHO. Tes ini bisa mendeteksi dengan baik SARS-COV2 di tubuh seseorang.

Sementara untuk TCM, kelebihannya adalah penggunaannya yang cukup praktis dan bisa bisa mendiagnosis Covid-19 secara cepat dan akurat.


Kelemahan

Masuk Zona Merah, Badan Intelijen Negara (BIN) Gelar Rapid Test Massal di Pamulang
Tenaga medis melihat hasil rapid test massal yang digelar Badan Intelijen Negara (BIN) di lapangan Kecamatan Pamulang, Tangsel, Kamis (2/7/2020). Dengan adanya rapid test yang digelar BIN, Pemkot Tangsel dapat melakukan tracking dan tracing lebih cepat. (Liputan6.com/Fery Pradolo)

Satu kelemahan dari rapid test adalah hasilnya bisa menunjukkan positif palsu (false positive) atau bahkan negatif palsu (false negative). Positif palsu bisa terjadi karena antibodi yang dibentuk tubuh bisa saja bukan untuk melawan virus corona. Sementara untuk negatif palsu bisa terjadi karena tubuh sudah terinfeksi virus corona namun, antibodi belum terbentuk.

Sementara kelemahan dari RT-PCR adalah metode pemeriksaannya lebih rumit dan membutuhkan waktu yang lebih lama. Pemeriksaan RT-PCR memerlukan tenaga ahli dan laboratorium yang memadahi. Untuk TCM, kelemahanya adalah keterbatasan alat berupa komponen cartridge yang tidak bisa didapat dengan cepat di Indonesia.


Mana yang lebih akurat?

Ilustrasi coronavirus, virus corona, koronavirus, Covid-19.
Ilustrasi coronavirus, virus corona, koronavirus, Covid-19. Kredit: Fernando Zhiminaicela via Pixabay

Dilihat dari hasilnya, tes swab lah yang memiliki keakuratan tinggi. RT-PCR bahkan menjadi standar pengujian COVID-19 yang diakui WHO. Sesuai standar WHO, pemeriksaan spesimen menggunakan antigen. Oleh karenanya, Pemerintah menggunakan 2 metode pengetesan yakni RT-PCR dan TCM.

Sedangkan rapid yang berbasis serologi darah tidak masuk dalam standar WHO. Rapid test hanya digunakan untuk skrining awal dan memerlukan tes lanjutan untuk mengetahui keakuratannya.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya