Liputan6.com, Jakarta Malam Jumat pukul 11.00 WIB, ada tiga kantong kresek besar berisi nasi dan dua kardus besar air mineral yang digotong menuju sepeda motor. Bukan untuk dibawa pulang, tetapi hendak dibagikan para relawan Positive Vibes di sejumlah titik area Solo Raya.
Empat lampu sepeda motor kompak dihidupkan, penumpang belakang memegang kresek besar dan pengendara depan siap menarik gas menyusuri setiap sudut kota. Para relawan yang tergabung dalam komunitas Positive Vibes ini tampak begitu bersemangat melakoni rutinitas malam Jumatnya.
Baca Juga
Advertisement
“Keliling kota biar bisa kebagian semua. Ya ke Solo, Boyolali, dan Klaten,” tutur Iqbal Nur Syamsudin, salah satu inisiator Positive Vibes saat ditemui Liputan6.com.
Tanggal 14 Januari 2021, aksi bagi nasi Positive Vibes tidak dilakukan sendiri, tetapi berkolaborasi dengan komunitas Bagi Sesama Solo dengan titik kumpul di Kartasura, Sukoharjo, Jawa Tengah. Biasanya hanya 8 relawan, kali ini ada lebih dari 20 relawan yang turun ke lapangan.
Donasi Semakin Banyak yang Masuk
Awal mula gerakan komunitas Positive Vibes di Solo hanya dilakukan dua sampai tiga orang dengan jumlah nasi 40-an bungkus. Mengandalkan uang seadanya untuk dibelanjakan dan titipan dari orang sekitar.
Seiring berjalannya waktu, relawan semakin banyak dan mulai diberlakukan open donasi tepat pada bulan September 2020 lalu. Dana yang masuk bisa mencapai Rp 1 juta dan lebih dari cukup untuk dibelanjakan 60 nasi bungkus setiap minggu.
“Enggak nyangka bakal jadi komunitas, sampai harus membatasi jumlah nasi yang harus dibagi karena keterbatasan waktu. Sebetulnya bisa bagi lebih dari 60 bungkus nasi, tapi bisa sampai Subuh,” pungkas Iqbal.
Donasi datang dari berbagai kalangan, teman kuliah sampai rekan kerja para relawan. Meski baru berjalan setengah tahun, sudah ada yang bersedia menjadi donatur tetap. Bahkan kini, relawan hanya perlu mendedikasikan waktu dan tenaganya saja.
Advertisement
Sasaran Aksi Bagi Nasi Positive Vibes di Solo
Gerakan komunitas Positive Vibes dilakukan setiap malam Jumat dan Jumat subuh bukan tanpa alasan. Kaum-kaum yang termarjinalkan bisa ditemui dengan mudah saat tengah malam dan dini hari. Tentu saja agar nasi yang dibagikan lebih tepat sasaran.
“Ada tukang becak yang mirisnya itu ya mereka tinggal di becak itu sama istrinya. Di Jalan Slamet Riyadi sama Pasar Gede itu banyak banget. Selain tukang becak, kebanyakan yang ditemui pasti udah sepuh dan ada yang kena gangguan mental,” jelas Devi Annastasia Fathona, salah satu relawan komunitas Positive Vibes saat ditemui Liputan6.com.
Solo dikenal sebagai kota paling murah biaya hidupnya. Kota paling ramah dan nyaman untuk ditinggali. Namun ternyata kaum marjinal sampai tunawismanya masih banyak dan mayoritas tinggal di tempat yang gelap agar tidak terciduk oleh aparat.
Antusiasme Saat Melakukan Aksi Bagi Nasi
Saat melakukan aksi bagi nasi, para relawan mendapat respon bermacam-macam. Tidak semua yang dibantu menyambut dengan suka cita, apalagi kalau urusan dokumentasi. Namun ada juga yang bikin terharu saking banyaknya doa yang dipanjatkan setelah menerima satu bungkus nasi saja.
“Mungkin buat kita enggak seberapa, tapi buat mereka pasti berarti banget,” jelas Iqbal.
Menurutnya ada satu momen yang membuat para relawan merasa serba salah. Saat nasi sudah hampir habis dibagikan, tetapi banyak yang datang atau memintakan teman-teman dan keluarganya. Kemudian tanpa sengaja para relawan membagi nasi pada yang sudah mendapat nasi dari komunitas lain.
“Kayaknya setiap muter pasti ada momen kayak gitu. Kita mau ngasih ternyata beliau udah dapet dua bungkusan. Nek enggak dikasih, masak enggak dikasih? Tapi ini bisa dikasih ke yang belum dapet,” pungkas Anas.
Advertisement
Mulai Melancarkan Agenda Lebih Besar
Jumlah relawan komunitas Positive Vibes sudah sampai 16 orang. Begitu juga dana yang masuk semakin banyak dan kuwalahan jika hanya dibelanjakan nasi bungkus saja.
Dari sini, agenda yang lebih besar dilancarkan. Tujuan utamanya untuk kebutuhan darurat. Misalnya untuk orang yang kebigungan mencari dana operasi, korban kecelakaan, membantu panti sosial, bencana, dan masih banyak lagi.
“Kalau kesepakatan dari relawan yang lain, agendanya dilakukan satu bulan sekali. Tidak hanya sekali kunjungan, tetapi kami usahakan untuk selalu datang ke sana lagi agar silaturahminya lebih erat,” tutur Sonny Cahyo Kuncoro, salah satu relawan Positive Vibes saat ditemui Liputan6.com.
Sejauh ini komunitas Positive Vibes sudah bersilaturahmi ke Sekolah Luar Biasa (SLB) Anugerah Colomadu dua kali. Membantu biaya operasi korban kecelakaan orang tua dari teman kuliah relawan di salah satu perguruan tinggi negeri Solo. Terakhir memberi bantuan untuk ibu hamil yang menjadi korban tabrak lari di Solo.
Disambut Baik Sekolah Luar Biasa Anugerah Colomadu
Agenda besar komunitas Positive Vibes mengunjungi SLB Anugerah Colomadu sudah dilakukan dua kali. Gerakan ini disambut baik oleh pengelolanya. Para relawan mengaku mendapat banyak pelajaran berharga ketika mengunjungi SLB.
“Waktu datang ke sana kita bantu sembako dan ngasih baju layak pakai yang udah disortir. Pengelolanya ya menyambut baik sekali,” jelas Sonny.
Salah satu relawan Positive Vibes mendapat rekomendasi untuk datang ke SLB Anugerah Colomadu. Ada hampir 100 anak yang sekolah, 30 di antaranya tinggal dan menetap di sana.
“Cuma ada dua pengurus di sana. Donasinya juga enggak kenceng banget apalagi ini yayasan milik perorangan. Pengelolanya mengandalkan relasi dan dari dana pribadi,” tutur Anas.
Waktu pertama kali datang ke sana menurut pengalaman para relawan, anak-anaknya sangat antusias dan senang. Banyak dari mereka yang pintar-pintar, suka membantu, dan mandiri.
Advertisement
Harapan Para Relawan Komunitas Positive Vibes
Aksi bagi nasi yang dilakukan oleh komunitas Positive Vibes di Solo dilandasi dengan keinginan, mampu lebih memanusiakan manusia lain meski dengan modal kapital yang kecil.
“Enggak cuma bagi-bagi nasi, tapi semoga bisa sampai buat celengan untuk berkurban di masjid-masjid yang membutuhkan,” tutur Muhammad Mukhlis Anshori salah satu relawan Positive Vibes saat ditemui Liputan6.com.
Harapan besar Iqbal selaku inisiator Positive Vibes di Solo, gerakan kemanusiaan yang sama bisa dilakukan oleh lebih banyak orang di berbagai wilayah. Bisa di mulai dengan sesuatu yang sederhana dan kecil.
“Dengan Getok Tinular (menyebarkan informasi dari mulut ke mulut),” tambah Sonny.
Menurut Anas, dari gerakan ini dia belajar untuk selalu melek (terjaga atau melihat) sekitar. Bisa lebih mawas diri dan lebih banyak bersyukur dengan apa yang sudah dimiliki, benar-benar bisa menjadi manusia.