Liputan6.com, Yogyakarta Pandemi covid-19 tak lantas membuat orang putus asa. Namun, jika pandemi dipandang dari sisi berbeda akan memunculkan ikatan sosial yang tinggi. Pandemi membuat orang saling menjaga dan saling membantu antar sesama. Seperti kisah inspiratif Bagong warga Yogyakarta ini.
Pukul 5 pagi hari, berkemeja rapi, lengkap dengan dasi, dan sepatu tersemir licin, pria ini bukan bersiap-siap pergi ke kantor. Alih-alih ngantor, pria yang akrab disapa BG atau Bagong ini membuka warung buburnya di Cikdipoint, Terban, Kota Yogyakarta.Â
Baca Juga
Advertisement
Dibantu sang istri Yuli, BG memulai harinya dengan meracik bubur ayam untuk para pelanggan setianya. Warung yang kini ia tempati untuk berjualan bubur baru sepekan ia buka. Dibukanya warung ini merupakan awal baru bagi usaha dan niat baik BG.
Tak hanya berjualan bubur, BG dan Yuli dikenal sebagai pasangan yang gemar berbagi. Saban Rabu, BG dan istrinya mengerahkan tenaga ekstra untuk meracik bubur lebih banyak. Bubur ini tidak untuk dijual, melainkan untuk dibagi secara gratis.
Awal mula Bubur Ayam Balap
Pemilik nama asli Tuwardiyanto ini mulai berjualan bubur sejak 5 tahun lalu, tepatnya di tahun 2014. Berbekal pengalaman pernah ikut membantu berjualan bubur pada 2006 silam, setelah menikah, BG dibantu sang istri Yuli, mantap mencari peruntungan dari bubur ayam.
Buburnya, dinamai Bubur Ayam Balap, karena BG memiliki ketertarikan khusus pada dunia balap. Selain berpenampilan bak pegawai kantoran, BG juga senang bergaya ala pembalap lengkap dengan jaket dan helm racingnya. Sepeda motornya juga dimodifikasi sedemikian rupa bak motor balap.
Pelanggan-pelanggan setia BG pun juga kebanyakan para penggemar dan pelaku dunia balapan. Nama Bubur Ayam Balap rupanya didapat dari para pelanggan setianya.
"Jadi pelanggan itu kalau dengar bunyi 'teng-teng' itu kan, mereka baru ngambil mangkok akunya udah nggak ada, yaudah ganti nama aja bubur ayam balap." ujar BG.
"Terus di samping itu aku memang hobi melihat racing, bantu teman-teman. Makanya pas aja sih dari pelanggan ngasih nama itu." tambahnya.
Awalnya BG berjualan keliling kota menggunakan motor dan bronjong gerobaknya. Kini, berkat bantuan kerjasama dari seorang teman, BG akhirnya membuka warung sederhana di tengah kota, tepatnya di Cikdipoint Jl. Cik Di Tiro No.46, Terban,Gondokusuman, Kota Yogyakarta.
Seporsi bubur ayam buatan BG bisa dinikmati dengan harga mulai dari Rp 5 ribu sampai Rp 15 ribu. Harga ini disesuaikan dengan ukuran porsi dan topping. Ada aneka topping bubur yang BG siapkan. Topping ini seperti ayam, udang, sate usus, telur, dan ati ampela. Warung Bubur Ayam Balap BG buka setiap hari mulai pukul setengah 6 pagi sampai 1 siang.
Sesekali waktu, BG menerima borongan pesanan dari instansi atau acara tertentu. BG juga membuka pengantaran bagi pelanggan setianya yang tak bisa mampir ke warungnya.
Advertisement
Punya kegiatan berbagi rutin
Keistimewaan BG bukan cuma Bubur Ayam Balapnya. Pria 32 tahun ini sejak awal berjualan bubur punya kegiatan berbagi bubur ke beberapa panti di Jogja. Sasarannya adalah para penghuni panti, baik itu panti asuhan, jompo, atau berkebutuhan khusus.
Kegiatan berbagi ini ia sebut dengan RabosanBerbagi (tidak bosan berbagi). Berawal dari dagangannya yang tak habis, Bagong dan istri berinisiatif membagi dagangannya ke panti asuhan secara gratis. Pertama hanya 10 hingga 20 porsi. Dulu, pernah dagangan Bagong sedang sepi-sepinya. Seorang teman lalu meminta Bagong membagikan buburnya ke panti dan membayarnya.
"Sempat dulu ada teman, waktu itu (dagangan bubur) pas sepi terus teman bilang 'kalau nggak habis kasih ke panti nanti uangnya minta saya,' dia itu yang pertama ikut berbagi." cerita BG pada Liputan6.com.
Satu tahun terakhir, kegiatan ini makin berkembang. Dana yang BG gunakan untuk RabosanBerbagi berasal dari sebagian hasil berjualan buburnya. Selain itu, ada beberapa donatur yang turut mendukung kegiatan BG. Dari mulai memberi beberapa bubur, lambat laun BG menambah porsi bubur yang ia bagikan.
Febra, seorang wiraswasta di Jogja menjadi donatur rutin kegiatan RabosanBerbagi. Febra mengetahui kegiatan RabosanBerbagi dari unggahan-unggahan BG di Instagram @bubur_ayam_balap.
"Sangat positif, inspiratif dan saling membutuhkan. Kami butuh penyaluran, mereka butuh bantuan." ujarnya saat dihubungi Liputan6.com Kamis(24/12/2020).
Selain Febra, ada Danil yang mengetahui kegiatan RabosanBerbagi di akhir tahu 2019. Daniel bersama teman lainnya kerap turut bersama BG mengunjungi panti untuk berbagi bubur.
"Menurutku sih RabosanBerbagi adalah tempat menjalin saudara baru dari dari berbagai latar belakang. Perjuangan mereka (BG dan Yuli) jatuh bangun nya sih yang menurutku luar bisa." ungkap Danil saat dihubungi Liputan6.com Kamis(24/12/2020).
Salurkan ke beberapa panti
Awalnya BG hanya rutin membagi bubur di sejumlah panti jompo dan panti asuhan. Panti jompo yang sering dikunjungi BG adalah Panti Sosial Tresna Wreda di kawasan Pakem, Sleman dan Panti Sosial Tresna Wreda di kawasan Kasongan, Bantul.
Kini, selain panti jompo, BG makin memperluas tempat berbaginya ke panti asuhan dan SLB. Lokasi panti dan SLB ini berada di Sleman, Jogja Kota, hingga Bantul. Hingga saat ini dalam sehari BG bisa mengunjungi kurang lebih 8 panti untuk membagikan buburnya.
Awalnya BG hanya sendiri saat menyalurkan bantuannya ke panti. Seiring berjalannya waktu, teman dan donatur kemudian turut membantu BG mengunjungi beberapa panti. Dalam seminggu, BG bisa membagikan hingga 800 porsi bubur ke panti-panti ini. Namun, semenjak pandemi berlangsung, jumlah porsi ini terpaksa harus dikurangi.
Advertisement
Sempat terdampak pandemi
Pandemi membuat usaha dan kegiatan BG sedikit terhambat. Dampak pandemi benar-benar dirasakan BG dan istri. Di awal pandemi sebelum membuka warung sendiri seperti sekarang, BG tak bisa berjualan keliling karena banyak kampung dan lingkungan yang memberlakukan lockdown lokal.
"Awal mula semenjak corona memang off jualan keliling. Sampai jual motor untuk bisa memenuhi kebutuhan rumah tangga" ujar BG saat dihubungi Liputan6.com Kamis(24/12/2020).
Hambatan juga dirasakan BG saat ingin tetap menjalankan program berbaginya. Selain turunnya pendapatan, donatur juga berkurang.
"Untuk donatur yang menurun, ya menurutku sih wajar ya karena memang semua bisnis kena dampak juga. Jadi biasanya yang ngasih 200 jadi 50, yang biasanya rutin seminggu sekali jadi dua minggu sekali atau sebulan sekali dan itu menurutku masih bagus sih karena masih ada kepedulian." pungkasnya.
Tetap jalankan RabosanBerbagi meski pandemi
Meski pandemi COVID-19 menjadi hambatan terbesarnya saat ini, BG tetap tak ingin begitu saja berhenti berbagi. BG pun harus memutar otak agar RabosanBerbagi tetap berjalan. Pendapatan yang turun drastis dan donatur yang berkurang, membuat BG harus memangkas jumlah bubur yang ia bagi.
"Awal corona aku cuma nganter habis itu cabut. Cuma nggak banyak seperti dulu, jadi kisaran 15 porsi-30 porsi tiap panti." imbuh pria asal Dlingo, Bantul ini.
BG juga sementara ini hanya mengunjungi panti-panti kecil karena keterbatasan kuota bubur yang dibagikan. BG juga tetap menerapkan protokol kesehatan selama menyalurkan bantuannya. Dengan 3M (mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak), tiap Rabu BG tetap berkeliling Jogja menyalurkan bantuannya.
"Yang penting acaraku jangan sampai putus. Sayang banget acara positif kalau sampai putus. Yang penting kan kita juga menerapkan protokol kesehatan." tambahnya.
BG juga masih tetap membuka donasi dari orang-orang baik yang ingin turut berbagi. Untuk saat ini BG hanya membuka donasi lewat transfer bank. BG kerap membagikan keigatan berbaginya di akun Instagram @bubur_ayam_balap dan @rabosanberbagi.
Menurutnya, pandemi bukan halangan untuk tetap berbuat baik. Kedepannya, BG ingin terus membantu orang-orang disekitarnya yang membutuhkan bantuan.
Advertisement