Ramadhan 2022 Berapa Hari Lagi? Kenali Metode Hisab dan Rukyat

Ramadhan 2022 tinggal menghitung hari, di mana Muhammadiyah menetapkan awal bulan puasa pada 2 April 2022.

oleh Husnul Abdi diperbarui 29 Mar 2022, 15:45 WIB
Diterbitkan 29 Mar 2022, 15:45 WIB
Ramadhan 2022
Ramadhan 2022. Credit: freepik.com

Liputan6.com, Jakarta Ramadhan 2022 tinggal menghitung hari, di mana Muhammadiyah menetapkan awal bulan puasa pada 2 April 2022. Sementara itu, Nahdlatul Ulama (NU) dan Kementerian Agama (Kemenag) hingga saat ini belum mengeluarkan keputusan mengenai awal Ramadhan 2022.

Penentuan awal bulan Ramadhan ini biasanya dilakukan dengan metode hisab atau rukyat dengan mengamati hilal. Metode ini juga dipakai untuk menentukan kapan awal bulan Syawal yang merupakan hari Raya Idulfitri.

Ramadhan 2022 sudah dekat, tentunya setiap muslim harus mempersiapkannya dengan baik. Persiapan ini bisa dari segi agama atau dalam beribadah, dan tentunya juga dari segi ekonomi. Terutama untuk mempersiapkan pesta saat Lebaran nantinya.

Berikut Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Selasa (29/3/2022) tentang Ramadhan 2022.

Ramadhan 2022 Berapa Hari Lagi?

Pemantauan Hilal Ramadan
Pemantauan Hilal Ramadan. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Ramadhan 2022 berapa hari lagi mungkin jadi pertanyaan yang dipikirkan banyak orang karena semakin dekatnya waktu bertemu bulan puasa ini. Apalagi, Ramadhan 2022 memang waktunya semakin dekat. Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah resmi menetapkan puasa Ramadan atau 1 Ramadan 1443 H adalah pada hari Sabtu, 2 April 2022. Ini bisa menjawab Ramadhan 2022 berapa hari lagi dan tentunya juga hari Lebaran.

Tanggal puasa Ramadan menurut Muhammadiyah dengan metode hisab (metode pemantauan hilal berdasarkan perhitungan matematik astronomi) didasarkan pada surat Maklumat PP Muhammadiyah Nomor 01/MLM/I.0/E/2022 tentang Penetapan Hasil Hisab Ramadhan, Syawal, dan Zulhijah 1443.

"1 Ramadan 1443 H jatuh pada hari Sabtu Pon, 2 April 2022 M," tulis Maklumat PP Muhammadiyah.

Dalam keterangannya, PP Muhammadiyah melakukan Ijtimak jelang Ramadan 1443 H pada 29 Syakban 1443 H atau 1 April 2022 pukul 13.27.13 WIB. Hasil pengamatan melalui tinggi bulan pada saat matahari terbenam di Yogyakarta menunjukkan bahwa hilal sudah wujud, dan bulan berada di atas ufuk untuk seluruh wilayah Indonesia pada saat matahari terbenam.

Jadi, Ramadhan 2022 berapa hari lagi terhitung dari 29 Maret 2022 ini adalah 4 hari lagi. Hal ini karena Ramadhan 2022 menurut Muhammadiyah akan mulai pada tanggal 2 April 2022.

Lebaran Berapa Hari Lagi?

Selain Ramadhan 2022 berapa hari lagi, banyak juga yang bertanya kapan tepatnya hari raya Idul Fitri. Lebaran berapa hari lagi bisa dihitung dengan metode hisab atau rukyat seperti dijelaskan di atas. Namun, tentunya akan lebih mudah menentukan lebaran berapa hari lagi dengan langsung melihat kalender Masehi, yang mana sudah dituliskan tanggal merah hari raya Idul Fitri.

Pada tahun 2022 ini, hari raya Idul Fitri jatuh pada tanggal 2-3 Mei sesuai dengan kalender dari pemerintah. Jadi, lebaran berapa hari lagi bisa kamu hitung dengan berpatokan pada tanggal tersebut. Jadi, tanggal 1 Syawal pada tahun 1443 Hijriah ini bertepatan dengan tanggal 2-3 Mei 2022 pada kalender Masehi. Untuk penentuan lebaran berapa hari lagi, kamu tentunya perlu mengenal apa itu Hisab dan juga Rukyat untuk menentukan awal bulan Hijriah.

Metode Penentuan Awal Ramadhan 2022

Ilustrasi puasa, Ramadan, Islami
Ilustrasi puasa, Ramadan, Islami. (Photo by Ahmed Aqtai: https://www.pexels.com/photo/photo-of-ramadan-light-on-top-of-table-2233416/)

Ada dua metode penentuan awal Ramadhan 2022 yang sering dipakai, yaitu metode hisab dan metode rukyat.

Metode Hisab

Hisab secara harfiah disebut juga “perhitungan”. Dalam dunia Islam istilah hisab sering digunakan dalam ilmu falak (astronomi) untuk memperkirakan posisi Matahari dan bulan terhadap bumi. Posisi Matahari menjadi penting karena menjadi patokan umat Islam dalam menentukan masuknya waktu salat.

Sementara posisi bulan diperkirakan untuk mengetahui terjadinya hilal sebagai penanda masuknya periode bulan baru dalam kalender Hijriah. Hal ini penting terutama untuk menentukan awal Ramadan saat muslim mulai berpuasa, awal Syawal (Idul Fitri), serta awal Dzulhijjah saat jamaah haji wukuf di Arafah (9 Dzulhijjah) dan Idul Adha (10 Dzulhijjah).

Ibadah-ibadah dalam Islam terkait langsung dengan posisi benda-benda langit (khususnya Matahari dan bulan), jadi sejak awal peradaban Islam menaruh perhatian besar terhadap astronomi. Astronom muslim ternama yang telah mengembangkan metode hisab modern adalah Al Biruni (973-1048 M), Ibnu Tariq, Al Khawarizmi, Al Batani, dan Habash.

Dewasa ini, metode hisab telah menggunakan komputer dengan tingkat presisi dan akurasi yang tinggi. Berbagai perangkat lunak (software) yang praktis juga telah ada. Hisab sering kali digunakan sebelum rukyat dilakukan.

Salah satu hasil hisab adalah penentuan kapan ijtimak terjadi, yaitu saat Matahari, bulan, dan bumi berada dalam posisi sebidang atau disebut pula konjungsi geosentris. Konjungsi geosentris terjadi pada saat matahari dan bulan berada di posisi bujur langit yang sama jika diamati dari bumi. Ijtimak terjadi 29,531 hari sekali, atau disebut pula satu periode sinodik.

Metode Rukyat

Rukyat adalah aktivitas mengamati visibilitas hilal, yakni penampakan bulan sabit yang pertama kali tampak setelah terjadinya ijtimak. Rukyat dapat dilakukan dengan mata telanjang, atau dengan alat bantu optik seperti teleskop.

Aktivitas rukyat dilakukan pada saat menjelang terbenamnya matahari pertama kali setelah ijtimak (pada waktu ini, posisi Bulan berada di ufuk barat, dan Bulan terbenam sesaat setelah terbenamnya Matahari). Apabila hilal terlihat, maka pada petang (Maghrib) waktu setempat telah memasuki tanggal 1.

Namun, tidak selamanya hilal dapat terlihat. Jika selang waktu antara ijtimak dengan terbenamnya Matahari terlalu pendek, maka secara ilmiah/teori hilal mustahil terlihat, karena iluminasi cahaya Bulan masih terlalu suram dibandingkan dengan "cahaya langit" sekitarnya.

Dewasa ini rukyat juga dilakukan dengan menggunakan peralatan canggih seperti teleskop yang dilengkapi CCD Imaging. namun tentunya perlu dilihat lagi bagaimana penerapan kedua ilmu tersebut

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya