Liputan6.com, Jakarta Buat kamu yang menggandrungi filsafat pendidikan, mungkin nama satu ini nggak asing di telinga ya kan? Atau buat kamu yang seorang guru tapi senang mendalami filsafat, karena ingin menjadi sosok guru yang progresif, mungkin sempat membaca tulisan Paulo Freire.
Yup! Bapak yang berasal dari Brasil satu ini, Paulo Freire, merupakan pencetus dari pendidikan kritis. Ia merupakan sarjana hukum, tapi senang mendalami filsafat dan psikologi. Dilala, perenungannya dengan dasar filsafat terhadap lingkungannya di Brasil sana, lahirlah teori ini.
Nah, dalam bukunya yang berjudul, "Pendidikan Kaum Tertindas", Paulo Freire melontarkan 5 gagasan tentang pendidikan. Kelima gagasan tersebut, saling berkesinambungan satu sama lain. Dan kalau kamu seorang guru, kamu patut memahami apa yang menjadi gagasannya ya! Emang apa saja sih gagasan inti Paulo Freire? Simak secara lengkap di bawah ini ya!
Advertisement
1. Jangan Hegemoni
Secara umum, hegemoni bisa diartikan pengaruh yang mendominasi. Freire melihat pendidikan yang terjadi selama ini seringkali timpang. Dalam artian, guru selalu mendominasi murid di kelas dalam proses pembelajaran.
Kerap kali, guru terus memasukkan ilmu terus menerus ke murid, tanpa ada kesempatan bagi murid untuk bertanya lebih dalam dan jauh. Murid nggak punya kesempatan buat menyatakan gagasannya terhadap suatu permasalahan.
Seolah-olah, guru adalah dewa, yang maha tahu segalanya. Dan guru juga menganggap murid yang diajarnya nggak tahu apa-apa. Nah, karena di era sekarang, keterbukaan informasi semakin terbuka lebar, pengetahuan yang didapat guru dan murid bisa jadi sama. Untuk itu, kamu harus memberikan pengajaran yang lebih menarik dan dengan metode ngobrol, biar nggak monoton dan membosankan.
Advertisement
2. Lakukan Pemerdekaan
Konsep ini merupakan gagasan kedua dari pendidikan kritis ala Paulo Freire. Karena ia melihat bahwa gaya pendidikan sama seperti gaya bank, di mana guru selalu memberikan ilmu ke murid tanpa ada diskusi dua arah, Freire melihat itu nggak manusiawi.Â
Kok bisa gitu? Bagi Freire, asas pendidikan adalah memanusiakan manusia atau bahasa kerennya humanisasi. Maka dari itu, pemerdekaan harus dilakukan, bukan untuk murid saja, tapi juga guru.
Karena dituntut oleh sistem yang sudah berjalan sebagaimana mestinya, guru juga mengalami kondisi yang nggak manusiawi, atau bahasa kerennya dehumanisasi. Guru kerap kali harus mengajar di sejumlah mata pelajaran dengan kurun waktu yang singkat dan murid harus paham sesuai dengan buku yang dijadikan bahan ajar.
Dengan adanya target tersebut, kerap kali, guru akan ambil jalan pintas, dengan cara apa? Dengan cara memaksa murid untuk menghapal! Padahal, kita tahu, memahami itu jauh lebih penting dibandingkan dengan menghapal.
3. Dorong Penyadaran
Setiap insan, guru dan murid harus sadar. Begitu seruan dari Paulo Freire. Guru mesti sadar, bahwa manusia memiliki batas dan kemampuan yang berbeda. Jadi, ia harus memberi treatment yang berbeda, jika ingin murid-muridnya berkembang. Begitu juga dengan murid, mereka harus sadar, bahwa mereka memiliki hak bertanya dan bersuara.
Dalam konsep ini, guru dan murid memiliki peran yang saling berhubungan. Karena saling berhubungan, jika salah satu nggak dilaksanakan, akan menciptakan sebuah kebrutalan dalam pendidikan. Maka dari itu, keduanya harus dilakukan secara beiringan, jika bisa, atau bergantian, jika nggak bisa.
Advertisement
4. Ciptakan Dialog
Setelah semua tersadar, guru dan murid, wajib melakukan dialog. Ini penting, karena untuk membawa nuansa yang nggak timpang. Maksudnya? Iya, kalau keduanya berdialog, saling menghormati dan menghargai akan tercipta, tanpa ada paksaan. Dan, murid nggak terasa digurui yang membuat mereka bisa mengembangkan diri sepenuhnya.
Dengan begitu, apa yang kurang dari guru dan murid, melalui dialog, akan saling melengkapi. Kalau konsepnya begini, asik kan?
5. Lontarkan Masalah
Konsep ini memungkinkan murid untuk mengembangkan nalar berpikirnya. Selain itu, juga bisa meningkatkan skill komunikasi dalam menyampaikan sebuah pengetahuan atau informasi yang didapatkan. Yang terpenting sih, kemampuan analisis dan mengambil keputusan yang tepat dalam sebuah permasalahan, akan semakin terasah oleh murid.
Ketika guru melontarkan sebuah permasalahan, secara tidak langsung, tingkat percaya diri murid akan meningkat dan kerja sama kelompok murid tersebut bisa semakin kompak. Kok gitu? Ya, karena dalam bertukar informasi, semua harus saling membantu tho? Nah, dengan perkembangan diri yang dihasilkan murid karena konsep lontar masalah ini, mereka semakin mudah untuk hidup di tengah masyarakat.
Itu merupakan 5 konsep pendidikan kritis ala Paulo Freire yang bisa kamu tiru konsepnya dalam pengajaran untuk murid zaman now ya! Konsep yang dilahirkan Paulo Freire ini cukup menarik, jika kamu terapkan sekarang, relevan. Saatnya, jadi guru yang asik, biar pendidikan jadi menarik!
Â
(*)
Advertisement