Liputan6.com, Jakarta Belakangan tempat ibadah sering dibuat seunik mungkin. Tanpa mengurangi nilai agama, tempat peribadatan kerap jadi wisata religi. Namun tak hanya soal bangunan, ada sebuah kuil yang punya aturan untuk dirobohkan dan dibangun kembali. Di saat banyak tempat ibadah yang direnovasi untuk jadi lebih bagus.
Baca Juga
Advertisement
Melansir dari Amusing Planet, kuil Ise Jingu punya aturan untuk dibongkar setiap 20 tahun sekali. Pada saat itulah kuil mulai dibanun kembali seperti semula. Meski terdengar sia-sia, namun tradisi ini punya makna mendalam bagi penganut agama Buddha di wilayah kota Ise, Jepang. Tradisi ini telah berlangsung selama 1.300 tahun terakhir.
Pembangunan kembali kuil utama berlangsung di situs yang berdekatan dengan yang lama. Setiap pembangunan kembali dilakukan secara bergantian di antara kedua situs tersebut.Kuil lama pertama-tama dibongkar dan yang baru dibangun di sebidang tanah yang berdekatan dengan spesifikasi yang sama sehingga bangunannya tetap baru selamanya.
Pembongkaran dan pembangunan terakhir telah dilakukan pada tahun 2013, merupakan siklus ke-62 hingga saat ini. Pembangunan kembali berikutnya dijadwalkan pada tahun 2033. Berikut Liptuan6.com merangkum kisah tradisi kuil Ise Jingu melansir dari Amusing Planet, Sabtu (25/2/2023).
Pakai 10.000 Pohon Cemara
Tradisi di kuil Ise Jingu tersebut merupakan bagian dari kepercayaan Shinto tentang kematian dan pembaruan alam serta ketidakkekalan segala sesuatu. Ini juga merupakan cara mewariskan keterampilan dan teknik membangun kuil dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Menjelang pembangunan kembali kuil, sejumlah festival diadakan untuk menandai acara khusus. Dalam Festival Okihiki yang diadakan pada musim semi selama dua tahun berturut-turut, orang-orang dari kota sekitar menyeret batang kayu besar melalui jalan-jalan kota.
Gelondongan kayu dibuat dari pohon cemara Jepang berasal dari hutan keramat yang mengelilingi dua kuil. Ini akhirnya digunakan dalam pembangunan kuil baru. Sebanyak 10.000 pohon cemara ditebang untuk bangunan baru. Beberapa pohon yang ditebang ini berumur lebih dari 200 tahun.
Kompleks kuil berisi lebih dari seratus kuil yang tersebar di area yang sangat luas, tetapi dua kuil terpentingnya adalah Naiku (kuil dalam), dan Geku (kuil luar). Kuil bagian dalam diyakini berasal dari abad ke-3 dan memiliki penghormatan yang lebih tinggi daripada kuil bagian luar, karena dianggap sebagai rumah Cermin Suci Kaisar.
Advertisement
Habiskan Biaya Fantastis
Tradisi membangun kembali kuil setiap dua puluh tahun berakar pada zaman kuno ketika rumah gandum tua dihancurkan dan dibangun kembali setiap 20 hingga 30 tahun. Rumah-rumah biji-bijian ini berlantai panggung kayu dan beratap jerami. Lantai yang ditinggikan menjauhkan serangga dan air sementara atap jerami yang terbebani oleh air hujan menekan dinding dengan kuat secara efektif menyegel bagian dalam dan menjaga kelembapan.
Akhirnya atap dan pilar mulai menunjukkan tanda-tanda kerusakan, di mana mereka akan dirobohkan dan dibangun lumbung baru. Rekonstruksi berkala dari struktur ini mungkin menjadi kebiasaan, yang pada akhirnya mengarah pada upacara pembangunan kembali Kuil di Ise. Menariknya, tradisi ini menelan biaya fantastis.
“Biaya untuk membangun kembali juga sangat besar. Setiap pembangunan kembali menelan biaya setengah miliar dolar AS,” kutip dari Amusing Planet.
Dana tersebut berasal dari pembayar pajak dan dari sumbangan pribadi, termasuk dari para pemimpin bisnis dan anggota keluarga kerajaan. Seluruh ritual pembangunan kembali berlangsung setidaknya delapan tahun
Potret Kuil Gaya Kuno
Advertisement