Liputan6.com, Jakarta - Haters adalah individu yang tumbuh dengan kebencian dan cenderung sangat aktif dan agresif dalam mengkritik di media sosial. Bagi mereka, mengkritik orang atau hal-hal di platform online seperti media sosial dianggap sebagai hal yang lumrah dan bahkan positif.
Advertisement
Baca Juga
Advertisement
Namun, pada kenyataannya, perilaku mereka hanya mencerminkan sikap negatif dan tidak sehat yang merugikan hubungan sosial secara umum. Perilaku haters adalah seringkali menciptakan lingkungan beracun di dunia online, yang bisa merugikan individu atau kelompok yang menjadi sasaran mereka.
Penting untuk diingat bahwa perilaku haters adalah bukan bentuk yang sehat atau positif dalam berinteraksi dengan orang lain atau di media sosial. Sebaliknya, perilaku mereka cenderung menciptakan lingkungan yang beracun, menghasilkan konflik, dan merugikan hubungan sosial secara umum.
Berikut Liputan6.com ulas lebih mendalam tentang haters dan pola pikirnya menurut penelitian, Senin (24/4/2023).
Individu yang Tumbuh dengan Kebencian
Haters adalah individu yang tumbuh dengan menunjukkan perilaku kebencian, kritik, atau meremehkan orang lain atau hal-hal lain, tanpa alasan yang jelas atau adil. Mereka haters adalah cenderung menggunakan media sosial atau platform online lainnya untuk mengeluarkan komentar yang bernada negatif, menyerang, atau bahkan melakukan pelecehan terhadap individu atau kelompok tertentu.
Seorang haters adalah seringkali memiliki pola pikir yang sempit dan memandang dunia secara negatif, dan mereka merasa berkuasa dengan menghancurkan reputasi atau merendahkan orang lain. Haters berperilaku seperti itu karena masalah pribadi mereka sendiri, seperti rasa tidak percaya diri, kecemburuan, atau kegagalan dalam hidup mereka.
Dictionary menjelaskan bahwa mengkritik atau meremehkan orang lain menjadi cara mereka untuk merasa lebih baik tentang diri mereka sendiri atau untuk menarik perhatian orang lain. Namun, perilaku negatif haters seringkali tidak adil, karena mereka seringkali menghakimi dan menyudutkan individu atau hal-hal tanpa memahami konteks atau latar belakang yang sebenarnya.
Haters dapat memiliki dampak yang merugikan pada korban yang menjadi sasaran mereka. Serangan berulang yang dilancarkan oleh haters dapat merusak kepercayaan diri, kesehatan mental, dan kesejahteraan emosional dari individu atau kelompok yang menjadi target mereka.
Advertisement
Individu yang di Media Sosial Aktif Mengkritik
Dalam konteks sosial media dan budaya digital saat ini, haters adalah individu atau kelompok yang secara aktif dan agresif mengkritik dan meremehkan sesuatu atau seseorang, seperti selebriti atau figur publik. Mereka sering mengeluarkan komentar yang kasar, beracun, dan provokatif di media sosial, forum, atau platform online lainnya.
Haters dapat mempunyai beragam motivasi, mulai dari rasa cemburu, ketidaksepakatan pribadi, atau bahkan hanya untuk mencari perhatian. Merriam Webster menjelaskan bahwa haters adalah mereka yang aktif dan agresif mengkritik dan meremehkan sesuatu atau seseorang seperti selebriti atau publik figur.
Komentar meremehkan dan kritik yang agresif dari haters dapat merusak reputasi dan kesejahteraan emosional dari para selebriti atau figur publik yang menjadi target mereka. Selain itu, serangan verbal yang berlebihan dari haters juga dapat menyebabkan stres, kecemasan, dan bahkan depresi pada korban yang menjadi sasaran mereka.
Penting untuk diingat bahwa kritik haters adalah bukan kritik konstruktif yang bermaksud memberikan masukan yang berguna untuk perbaikan. Sebaliknya, haters seringkali bertindak dengan niat yang jahat dan berusaha untuk merusak atau menghancurkan reputasi seseorang atau sesuatu.
Pola Pikir Haters
Pada konstruksi pikiran atau pola pikir haters, perilaku agresi verbal yang mereka lakukan sering kali dianggap sebagai hal positif, hal biasa, atau bentuk kritik. Bagi mereka, mengkritik atau meremehkan orang atau hal-hal di media sosial atau platform online lainnya mungkin dianggap sebagai bentuk ekspresi diri atau cara untuk mengungkapkan pendapat mereka.
Mereka mungkin merasa berhak untuk mengeluarkan komentar yang kasar atau provokatif, dan menganggap perilaku ini sebagai hal yang wajar dan sah dalam berkomunikasi secara online.
Dalam penelitian berjudul Fenomena Perilaku Haters di Media Sosial (2016) oleh Angga Pradipta, hasil penelitiannya menunjukkan bahwa haters adalah individu yang seringkali memiliki keyakinan yang salah bahwa agresi verbal adalah cara yang efektif untuk menunjukkan ketidaksetujuan mereka atau untuk "membangun" sesuatu.
Mereka merasa menghina, mengolok-olok, atau mengkritik secara kasar adalah bentuk kritik yang konstruktif atau bahkan bentuk humor. Namun, dalam kenyataannya, perilaku agresi verbal dari haters adalah seringkali merugikan dan merusak hubungan sosial, serta bisa mengganggu kesejahteraan emosional individu atau kelompok yang menjadi sasaran.
Haters adalah individu yang seringkali menganggap apa yang mereka lakukan sebagai suatu hal "baik" atau sebagai cara untuk menunjukkan wajah positif mereka pada khalayak luas. Akan tetapi, pada kenyataannya, perilaku mereka adalah proyeksi sebaliknya.
Dalam konstruksi pikiran mereka, mengkritik atau meremehkan orang atau hal-hal di media sosial atau platform online lainnya mungkin dianggap sebagai bentuk kepedulian atau kebijakan yang tegas, padahal sebenarnya perilaku mereka hanya mencerminkan ketidakpuasan, kecemburuan, atau ketidakpuasan diri mereka sendiri.
Penting untuk diingat bahwa perilaku haters bukanlah bentuk yang sehat atau positif dalam berinteraksi dengan orang lain atau di media sosial. Sebaliknya, perilaku mereka cenderung menciptakan lingkungan yang beracun, menghasilkan konflik, dan merugikan hubungan sosial secara umum. Sebagai individu yang bijaksana, penting untuk menghindari jatuh ke dalam pola perilaku haters dan menjaga komunikasi yang sehat, saling menghormati, dan penuh penghargaan terhadap perbedaan.
Mengenali bahwa perilaku haters adalah sebenarnya proyeksi sebaliknya, dapat membantu untuk tidak terjebak dalam pola yang sama dan mempromosikan lingkungan yang lebih positif dan berdampak baik dalam interaksi online dan offline.
Advertisement