Liputan6.com, Jakarta Papua adalah wilayah yang sangat luas dengan banyak suku bangsa dan budaya yang berbeda-beda, sehingga terdapat berbagai jenis rumah adat Papua dengan keunikannya masing-masing. Rumah adat Papua adalah salah satu peninggalan budaya yang patut untuk dijaga kelestariannya.
Terletak di daerah timur Indonesia, budaya Papua relatif masih jarang dikenal oleh masyarakat luas.
Rumah adat Papua adalah warisan budaya yang kebanyakan dibangun dari bahan seperti kayu, bambu, dan jerami. Selain sebagai tempat tinggal, rumah adat Papua juga memiliki fungsi sebagai simbol dari budaya dan sosial masyarakat setempat.
Advertisement
Bagi masyarakat Papua, rumah adat menjadi tempat penting untuk mengikat persaudaraan, menjaga adat istiadat, dan merayakan kegiatan adat lainnya seperti pesta panen, pernikahan, dan sebagainya. Berikut ulasan tentang rumah adat Papua adalah salah satu warisan budaya yang dirangkum dari berbagai sumber, Selasa (2/5/2023).
1. Rumah Honai
Rumah adat Papua adalah bagian penting dalam kehidupan penduduk asli Bumi Cendrawasih ini. Rumah Honai merupakan rumah adat Papua yang paling banyak dikenal karena sering muncul di media dan buku-buku pelajaran. Rumah Honai merupakan salah satu rumah adat Suku Dani.
Dinding bangunan rumah Honai membentuk lingkaran, yang terbuat dari kayu-kayu kuat dan tersusun sejajar. Biasanya, rumah adat ini hanya dilengkapi oleh satu pintu tanpa jendela dengan tinggi bangunan sekitar 2,5 meter dan lebar 5 meter. Atap rumah Honai terbuat dari tumpukan daun sagu, jerami, dan ilalang yang membentuk kerucut tumpul. Hal ini bertujuan untuk membuat rumah tetap hangat, serta mencegah air hujan langsung turun masuk ke rumah.
Nama Honai terdiri dari kata ‘Hun’ yang berarti laki-laki serta ‘ai’ berarti rumah. Nama ini menjelaskan fungsi rumah yang menjadi tempat tinggal bagi anggota suku laki-laki yang sudah dewasa. Rumah Honai dapat menampung sekitar 5-6 laki-laki dewasa. Rumah adat suku dani ini banyak ditemukan di daerah pegunungan papua yang berhawa dingin. Sehingga di bagian tengah rumah biasanya terdapat tempat perapian untuk api unggun.
2. Rumah Ebei
Rumah Ebei juga merupakan rumah suku Dani yang memiliki bentuk yang sama dengan rumah Honai. Jika rumah Honai diperuntukan untuk anggota suku laki-laki, rumah Ebei diperuntukan untuk anggota suku perempuan dan anak-anak.
Nama Ebei terdiri dari dua kata, yakni Ebe yang artinya tubuh dan Ai yang artinya perempuan. Secara harfiah, rumah Ebei berarti tubuh perempuan. Maksudnya adalah perempuan merupakan tubuh kehidupan bagi setiap orang sebelum dilahirkan di dunia.
Rumah Ebei yang berbentuk lingkaran menjadi simbol suku Dani memiliki persatuan dan kesatuan yang solid. Kesolidan persatuan dan kesatuan di antara mereka menjadikan mereka sehati dan memiliki satu pemikiran yang sama-sama dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Rumah ini juga merupakan sebuah symbol bagi suku Dani untuk menunjukkan harkat dan martabat mereka.
Advertisement
3. Rumah Hunila
Selain rumah Honai dan Ebei, suku Dani juga memiliki rumah Hunila yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan perkakas masak dan bahan makanan. Rumah Hunilai juga berfungsi sebagai dapur yang digunakan untuk membuat makanan bagi semua anggota suku.
Rumah Hunila berbentuk panjang dan yang paling luas di antara rumah lain yang ada di pemukiman suku Dani. Bahan makanan yang sering mereka olah adalah sagu dan ubi. Setelah matang, mereka akan mengantarkannya kepada keluarga masing-masing dan Pilamo (laki-laki dewasa).
4. Rumah Wamai
Selain rumah khusus laki-laki dan perempuan, suku Dani juga memiliki rumah khusus hewan ternak bernama rumah Wamai. Dalam rumah ini, biasanya berisi hewan ternak, seperti, ayam, kambing, babi, dan anjing.
Namun, tidak seperti rumah tinggal lain yang selalu berbentuk lingkaran. Rumah Wamai berbentuk lebih fleksibel, mulai dari lingkaran atau persegi panjang. Hal ini menyesuaikan dengan jumlah hewan yang akan masuk ke dalamnya.
5. Rumah Kariwari
Kariwari adalah rumah adat Papua dari suku Tobati-Enggros, terbuat dari kayu besi, daun sagu, bambu, dan pohon lainnya. Bentuk atapnya bertingkat tiga dengan bentuk limas segi delapan. Bentuk atap octagon dipercaya dapat memperkuat struktur bangunan rumah tersebut dari segala macam cuaca, terutama saat angin kencang. Segi delapan juga dipercaya melambangkan kedekatan manusia dengan Tuhan dan para leluhur yang telah mendahului.
Rumah Kariwari bukan merupakan tempat tinggal, melainkan sebagai sarana pendidikan dan ibadah. Bagian dalam bangunan ini terbagi menjadi tiga lantai. Lantai pertama rumah Kariwari berfungsi sebagai tempat untuk melatih parah remaja laki-laki agar siap menjadi laki-laki dewasa, yang bertanggung jawab, terampil, dan kuat.
Lantai kedua berfungsi sebagai tempat pertemuan para kepala adat untuk membicarakan hal penting. Sedangkan lantai ketiga, khusus menjadi tempat sembahyang kepada Tuhan dan leluhur.
6. Rumah Jew
Suku Asmat merupakan salah satu suku Papua yang terkenal dengan anggota suku yang banyak. Oleh sebab itu, rumah adat suku Asmat yang dikenal dengan nama Jew, memiliki bentuk yang besar dengan ukuran panjang 15 meter dan lebar 10 meter. Rumah Jew memanfaatkan akar-akar rotan pilihan untuk menyatukan kayu pondasi rumah.
Rumah adat Jew juga sering disebut sebagai rumah bujang karena hanya boleh ditinggali laki-laki yang belum menikah. Anak laki-laki yang belum berumur 10 tahun dan wanita tidak boleh masuk ke dalamnya. Rumah ini menjadi tempat bagi para bujang untuk belajar dari para senior atau lelaki yang sudah menikah. Mereka biasanya berlatih mengenai keterampilan dan Pendidikan, seperti menari, menari, dan memainkan musik. Rumah adat ini juga menjadi tempat musyawarah tentang kehidupan warga suku, upacara adat, perselisihan, dan masih banyak lagi.
7. Rumah Rumsram
Rumah Rumsram merupakan rumah adat yang banyak ditemukan di wilayah pantai utara Papua dari suku Biak Numfor. Sama seperti rumah Kariwari, rumah ini tidak diperuntukan untuk tempat tinggal melainkan tempat belajar khusus bagi para laki-laki.
Rumah Rumsram berbentuk persegi panjang dengan tinggi 6-8 meter. Rumah adat ini memiliki atap membentuk perahu terbalik yang menjadi melambangkan mata pencaharian masyarakat setempat, yang mayoritas merupakan seorang pelaut. Rumsram terbuat dari bambu air, pelepah sagu, kulit kayu dan daun pohon sagu.
Advertisement
8. Rumah Pohon
Suku pedalaman asli Papua, suku Korowai, memiliki rumah adat di atas pohon yang lebih akrab disebut rumah pohon. Rumah pohon biasany dibangun di ketinggian 15-50 meter dengan tujuan menghindari hewan buas dan gangguan roh jahat yang disebut ”Laleo”. Laleo merupakan makhluk jahat atau iblis kejam, yang menyerupai mayat yang berjalan di malam hari.
9. Rumah Kaki Seribu
Rumah kaki seribu atau juga dikenal sebagai Mod Aki Aksa merupakan rumah adat milik suku Arfak yang berada di Papua Barat. Bangunan ini memiliki tiang pondasi yang sangat banyak sehingga terlihat mirip dengan hewan kaki seribu. Sekilas terlihat seperti rumah panggung, tetapi rumah adat ini tidak memiliki ruang memadai di bagian bawahnya.
Rumah adat Kaki Seribu terbuat dari kayu, yang saling menyilang secara vertikal. Sedangkan secara horizontal, kayu tersebut akan saling mengikat. Atap bangunan terbuat dari rumput ilalang dan lantai rumah terbuat dari anyaman rotan.