Liputan6.com, Jakarta Retorika adalah istilah yang berkaitan dengan keterampilan berbahasa seseorang. Kamu mungkin sudah cukup sering mendengar istilah ini mencuat di media massa. Biasanya hal ini berhubungan dengan keterampilan berbicara seorang figur publik, khususnya politisi.
Retorika merupakan seni berbicara atau berpidato. Tentunya seseorang yang belajar dan mendalamai retorika akan mendapatkan kemampuan dalam menyusun dan memilih kata-kata yang tepat serta efektif dalam berbicara di depan umum.Â
Advertisement
Baca Juga
Advertisement
Retorika adalah pemakaian bahasa secara efektif. Hal ini kerap juga dimaknai sebagai seni berpidato yang muluk-muluk. Berbicara atau berbahasa adalah kunci utama retorika.
Berikut Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Kamis (23/12/2021) tentang retorika adalah.
Retorika adalah
Retorika adalah istilah yang sudah tidak asing lagi di telinga orang Indonesia. Namun, maknanya mungkin masih ada sebagian orang yang tidak paham. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), retorika adalah keterampilan berbahasa secara efektif. Retorika adalah studi tentang pemakaian bahasa secara efektif dalam karang-mengarang. Selain itu, makna lainnya retorika adalah seni berpidato yang muluk-muluk dan bombastis.
Retorika adalah sebuah istilah yang berasal dari bahasa Yunani, ritoras, yang berarti rhetor, orator, teacher. Retorika adalah cabang dari dialetika yang membahas mengenai kemampuan membuat argumen dalam bahasa sebagai alat di bidang ilmu etika. Retorika adalah sebuah teknik pembujuk-rayuan menggunakan persuasi untuk menghasilkan bujukan baik terhadap karakter pembicara, emosional, atau argumen.Â
Berbicara ataupun berbahasa merupakan kunci utama dari retorika. Awalnya Aristoteles mencetuskan dalam sebuah dialog sebelum The Rhetoric dengan judul 'Grullos' atau Plato menulis dalam Gorgias, secara umum ialah seni manipulatif atau teknik persuasi politik bersifat transaksional dengan menggunakan lambang untuk mengidentifikasi pembicara dengan pendengar melalui pidato, persuader (orang yang mempersuasi) dan yang dipersuasi saling bekerja sama dalam merumuskan nilai, kepercayaan dan pengharapan mereka.
Definisi dari retorika telah berkembang jauh sejak retorika naik sebagai bahan studi di universitas. Dengan ini, ada perbedaan antara retorika klasik dan praktik kontemporer dari retorika yang termasuk analisis atas teks tertulis dan visual. Misalnya, ketika kamu menjadi pandai menggunakan retorika terhadap orang lain, kamu akhirnya tanpa sadar menggunakannya pada diri sendiri.
Advertisement
Ruang Lingkup Retorika
Retorika adalah istilah yang digunakan dalam ruang lingkup yang luas. Retoroka terdiri dari 3 ruang lingkup, yaitu:
Retorika forensik
Retorika forensik difokuskan pada keadaan seseorang, instansi maupun lembaga (seperti, yuridis) dengan mendorong terjadinya rasa bersalah atau tidak, pertanggungjawaban atau ganjaran. Retorika forensik sering kali dikenal dengan retorika yudisial atau pidato yudisial. Retorika forensik dapat digambarkan sebagai keterlibatan banyak pembelaan, masing-masing berbeda di setiap tempat, audiens, strategi, dan proses peradilan.
Retorika epideiktik
Retorika epideiktik digunakan sebagai promosi nilai-nilai kewarganegaraan melalui bahasa pujian dan celaan. Retorika epideiktik dalam demonstartif, dimaksudkan sebagai wacana baik memuji atau penistaan dengan tujuan menyalahkan seseorang atau lembaga.
Retorika deliberatif
Retorika deliberatif merupakan retorika yang memfokuskan diri pada apa yang akan terjadi di kemudian hari bila diterapkan sebuah kebijakan saat sekarang. Fokus utama retorika deliberatif adalah pada audiens politik seperti majelis demokratis.Tujuannya untuk membuat seseorang atau audiens terbuka terhadap penilaian tertentu (seperti motivasi orang melalui media sosal).
Unsur Pendukung Retorika
Unsur pendukung retorika adalah sebagai berikut:
Bahasa
Unsur pendukung utama dari retorika adalah bahasa.Bahkan, tidak ada retorika apabila tidak ada bahasa, karena penggunaan bahasa memiliki hubungan dalam penyajian pesan, yang merupakan wujud fisik dari retorika. Pada penggunaan bahasa dilakukan pemilihan kemungkinan-kemungkinan unsur bahasa yang dipandang paling persuasif oleh komunikator. Pemilihan unsur-unsur bahasa itu bisa dalam bentuk istilah, kata, ungkapan, gaya bahasa, kalimat, dan lain-lain.
Etika dan nilai moral
Etika dan nilai moral juga merupakan unsur pendukung retorika yang tak kalah penting. Adanya etika dan nilai moral dalam retorika menjadikan aktivitas komunikasi yang dilakukan bertanggung jawab. Etika dan nilai moral menjadi tumpuan bahwa orang yang menguasai retorika harus bertanggung jawab dalam aktivitas komunikasinya.
Dalam mengkomunikasikan informasi, komunikator perlu memperhatikan tiga syarat yang berkaitan dengan etika yakni, bertanggung jawab memilih unsur persuasif dan menyadari kemungkinan melakukan kesalahan, berusaha memahami dan memperlakukan secara jujur ​​kerugian yang diakibatkan oleh penipuan diri sendiri, menoleransi pendengar yang tidak setuju dengan isi yang disampaikan.
Penalaran yang benar
Unsur retorika berikutnya adalah penalaran yang benar. Penyampaian informasi dalam komunikasi harus didukung dengan penalaran yang benar agar informasi yang disampaikan memiliki kekuatan atau landasan. Dengan penalaran yang benar, pembawa pesan juga harus menggunakan argumen logis untuk meyakinkan pendengarnya.
Untuk mendukung penalaran yang benar, pengguna (penerima pesan) atau retorika yang diterima dapat menggunakan penalaran induksi, deduksi, silogisme, entim, atau contoh. Oleh karena itu, dalam retorika ada dua hal yang perlu diperhatikan yaitu akal dan karakter komunikator, sehingga dapat dijadikan dasar persuasi di mana kepribadian digunakan sebagai tanda psikologis apakah pengirim pesan berbohong atau jujur.
Pengetahuan yang memadai
Pengetahuan yang memadai juga sangat perlu sebagai unsur retorika selanjutnya. Apabila tidak disertai dengan pengetahuan yang memadai, maka penyampai pesan dapat menjadi orang yang sekedar menghasut dengan omong kosongnya. Komunikator harus benar-benar memahami apa yang ingin mereka sampaikan.
Mengenai materi dan strategi penyampaian dapat dipahami, yakni pemahaman atau pengetahuan tentang materi yang akan disampaikan sangat penting bagi pembicara. Keberhasilan retorika tergantung pada pemahaman pembicara tentang manusia (audiens) dan berbagai aspek.
Advertisement