Liputan6.com, Jakarta Gejala penyakit kawasaki harus segera dikenali, karena walaupun tergolong langka, penyakit ini sangat serius dan dapat berakibat fatal apabila tidak segera ditangani. Penyakit yang sering dijumpai pada bayi dan anak-anak di bawah 5 tahun ini merupakan penyakit peradangan yang dapat menimbulkan komplikasi jangka panjang pada jantung.
Baca Juga
Advertisement
Penyakit Kawasaki adalah suatu penyakit langka yang menyerang pembuluh darah. Kondisi ini menyebabkan terjadinya peradangan pada pembuluh arteri, vena, dan kapiler. Penyakit ini juga memengaruhi kelenjar getah bening dan fungsi jantung.
Gejala Penyakit Kawasaki pada anak dan pengobatannya harus benar-benar diperhatikan. Apabila terdeteksi dan ditangani sejak awal, risiko menderita masalah jantung akan menurun dan gejala-gejala yang dialami pun akan semakin membaik.
Berikut Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Selasa (4/2/2020) tentang gejala penyakit kawasaki pada anak dan pengobatannya.
Gejala Penyakit Kawasaki
Gejala Penyakit Kawasaki umumnya muncul secara bertahap. Gejala yang paling umum ditemukan adalah demam tinggi berkepanjangan. Selain itu, akan ada beberapa gejala tambahan seiring dengan berkembangnya penyakit. Umumnya, kemunculan gejala dibagi menjadi tiga fase, seperti berikut:
Fase Pertama
Gejala Penyakit Kawasaki fase pertama terjadi pada minggu ke-1 sampai minggu ke-2. Pada tahap ini, gejala yang muncul adalah:
- Demam yang biasanya berlangsung selama lebih dari 3 hari.
- Mata merah, tanpa diikuti keluarnya cairan.
- Ruam kemerahan yang muncul hampir di seluruh bagian tubuh.
- Muncul benjolan di leher akibat pembengkakan kelenjar getah bening.
- Telapak tangan dan kaki membengkak, serta memerah.
- Bibir dan lidah kering, kemerahan, serta pecah-pecah.
Fase Kedua
Gejala Penyakit Kawasaki pada fase kedua muncul pada minggu ke-2 sampai minggu ke-4. Gejala pada fase kedua ini yaitu:
- Diare
- Muntah
- Sakit perut
- Sakit kepala
- Tubuh terasa lelah
- Terdapat nanah dalam urine
- Nyeri dan pembengkakan pada sendi
- Kulit di jari tangan dan kaki terkelupas
- Kulit dan bagian putih mata tampak menguning
Sedangkan gejala Penyakit Kawasaki pada fase ketiga, tanda-tanda dan gejala akan menghilang secara perlahan kecuali terjadi komplikasi. Diperlukan sekitar 8 minggu sebelum kondisi anak kembali normal. Bila kamu memiliki kekhawatiran akan sebuah gejala tertentu, segera konsultasikan dengan dokter.
Advertisement
Penyebab Penyakit Kawasaki
Hingga saat ini, para peneliti masih belum dapat mengungkap apa penyebab pasti munculnya Penyakit Kawasaki ini. Namun, satu hal yang para peneliti yakini adalah penyakit ini tidak menular dari kontak fisik.
Selain itu, diyakini bahwa penyakit Kawasaki muncul akibat adanya infeksi. Faktor sistem imun tubuh dan genetik juga diduga kuat berperan dalam kemunculan penyakit ini.
Infeksi, Gejala dan tanda-tanda yang ditunjukkan oleh penderita penyakit ini serupa dengan tanda-tanda infeksi. Maka dari itu, ada kemungkinan bahwa terdapat bakteri atau virus tertentu yang memicu munculnya penyakit ini.
Beberapa patogen yang telah diteliti dan diduga berperan dalam munculnya gejala-gejala adalah parvovirus B19, rotavirus, virus Epstein-Barr, dan virus parainfluenza tipe 3.
Genetik, Selain karena kemungkinan infeksi virus atau bakteri, para ahli menduga bahwa memang terdapat beberapa anak yang memiliki kecenderungan kelainan genetik, sehingga anak-anak tersebut lebih mudah terserang penyakit ini. Ini artinya, kondisi tersebut bisa jadi diturunkan dari orang tua sang anak.
Hal ini didukung pula dengan fakta bahwa penyakit ini lebih banyak ditemukan pada anak-anak keturunan Asia Timur, khususnya Jepang dan Korea.
Faktor Risiko
Usia. Penyakit ini lebih banyak ditemukan pada anak-anak dan bayi, terutama yang berusia di bawah 5 tahun. Rata-rata usia penderita saat terdiagnosis adalah 2 tahun.
Jenis Kelamin. Apabila anak berjenis kelamin laki-laki, risikonya untuk terkena penyakit ini jauh lebih tinggi dibanding anak berjenis kelamin perempuan.
Kelompok Etnis. Kasus kejadian penyakit ini paling banyak ditemukan di negara-negara Asia Timur, seperti Jepang, Korea, dan Taiwan.
Komplikasi Penyakit Kawasaki
Penyakit Kawasaki yang tidak segera ditangani dapat menyebabkan berbagai kondisi yang sangat serius, seperti:
- Peradangan pembuluh darah jantung
- Peradangan pada otot jantung (miokarditis)
- Masalah pada katup jantung
- Peningkatan denyut jantung (takikardia)
- Peradangan lapisan membran jantung (perikarditis)
Peradangan pada pembuluh darah jantung dapat menyebabkan dinding pembuluh darah melemah. Akibatnya, bekuan darah berisiko terbentuk dan menyumbat pembuluh darah jantung. Kondisi tersebut bisa memicu serangan jantung.
Advertisement
Pengobatan Penyakit Kawasaki
Penyakit Kawasaki harus diobati sesegera mungkin, terutama saat anak masih mengalami demam. Pengobatan bertujuan untuk mencegah terjadinya berbagai komplikasi yang berbahaya.
Berikut beberapa pengobatan untuk penyakit kawasaki:
Suntik Gammaglobulin (IVIG)
Gammaglobulin (IVIG) adalah obat yang berisi antibodi yang diberikan lewat suntikan. IVIG bertujuan untuk mengurangi risiko terjadinya gangguan pada jantung. Pemberian IVIG dapat diulang jika keluhan pada anak tidak mereda dalam 36 jam setelah penyuntikan.
Aspirin
Aspirin diberikan untuk meredakan demam dan peradangan, serta mengurangi rasa sakit. Sebetulnya aspirin tidak boleh dikonsumsi oleh anak-anak di bawah 16 tahun karena berisiko menimbulkan sindrom Reye, namun jika anak mengalami Penyakit Kawasaki, maka hal ini menjadi pengecualian.
Penting diingat, aspirin untuk pengobatan penyakit Kawasaki hanya boleh diberikan oleh dokter. Konsumsinya juga perlu dihentikan bila anak terkena flu atau cacar air.
Setelah demam turun, dosis aspirin dapat diturunkan jika anak mengalami gangguan pada pembuluh darah jantung. Aspirin diberikan selama 6 bulan atau lebih, untuk mencegah penggumpalan darah.
Kortikosteroid
Pengobatan Penyakit Kawasaki selanjutnya bisa menggunakan Kortikosteroid. Kortikosteroid diberikan kepada anak yang tidak merespons terhadap IVIG, atau bila anak berisiko tinggi mengalami gangguan pada jantung.
Setelah masa pengobatan, kondisi jantung anak harus terus dipantau. Jika hasil pemeriksaan echo jantung tidak memperlihatkan adanya kelainan pada jantung, pemberian aspirin dapat dihentikan.