Ciri-Ciri Hikayat dalam Karya Sastra, Simak Pula Struktur dan Contohnya

Ciri-ciri hikayat bisa dibilang sangat banyak dan cukup beragam, mulai dari bahasa yang digunakan hingga isinya.

oleh Ayu Rifka Sitoresmi diperbarui 23 Jun 2023, 12:20 WIB
Diterbitkan 23 Jun 2023, 12:20 WIB
Ciri-Ciri Hikayat dalam Karya Sastra, Simak Pula Struktur dan Contohnya
Ilustrasi Membaca Buku Credit: pexels.com/Proverbs

Liputan6.com, Jakarta Ciri-ciri hikayat dalam karya sastra penting dikenali oleh para pembaca. Hal ini untuk membedakan karya sastra hikayat dengan yang lainnya. Hikayat merupakan salah satu jenis sastra lama yang berasal dari Indonesia.

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI, pengertian hikayat adalah karya sastra lama Melayu berbentuk prosa. Bahkan, bahasa dalam karya sastra lama ini menggunakan bahasa Melayu. Hikayat muncul pada awal berkembangnya sastra di tanah Melayu dan banyak mengandung cerita rekaan yang erat kaitannya dengan kepercayaan pribumi pada masa itu.

Ciri-ciri hikayat bisa dibilang sangat banyak dan cukup beragam, mulai dari bahasa yang digunakan hingga isinya. Untuk itu, anda perlu mengenali ciri-ciri hikayat agar tidak salah dalam memberikan kesimpulan.

Berikut Liputan6.com ulas mengenai ciri-ciri hikayat beserta struktur dan contohnya yang telah dirangkum dari berbagai sumber, Jumat (23/6/2023).

Mengenal Hikayat

Ciri-Ciri Hikayat dalam Karya Sastra, Simak Pula Struktur dan Contohnya
Ilustrasi membaca buku, kalimat sanggahan. (Photo Copyright by Freepik)

Sebelum mengenali ciri-ciri hikayat, anda perlu mengetahui apa itu hikayat terlebih dahulu. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI, pengertian hikayat adalah karya sastra lama Melayu berbentuk prosa. Sehingga bisa dikatakan bahwa hikayat adalah salah satu jenis sastra lama yang dikarang, ditulis, dan diceritakan menggunakan bahasa Melayu. 

Sedangkan dalam buku yang berjudul Terampil Berwicara oleh J.S. Khamdi, menjelaskan bahwa hikayat adalah bentuk prosa sastra lama yang menggambarkan keagungan dan kepahlawanan. Hikayat bersifat rekaan, berisi tentang keagamaan, kesejahteraan, biografi, atau riwayat hidup seorang tokoh.

Hal yang sama juga dijelaskan dalam buku yang berjudul Pembelajaran Menulis Teks: Suatu Pendekatan Kognitif (2022) karya Dr. Dina Ramadhanti, hikayat merupakan karya sastra Melayu yang berisi cerita, undangan-undang dan silsilah bersifat rekaan, keagamaan, historis, grafis, dan sifat-sifat lainnya yang sejenis. Hikayat berfungsi untuk pelipur lara, menumbuhkan jiwa kepahlawanan, membangkitkan semangat juang, untuk kepentingan didaktis, dan untuk mengabadikan segala kejadian yang dialami oleh para raja.

Sementara itu menurut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan atau Kemdikbud RI, hikayat merupakan salah satu jenis sastra lama yang dikarang, ditulis, dan diceritakan menggunakan bahasa Melayu. Hikayat ditulis dalam bentuk prosa dan mencakup berbagai ragam cerita, seperti cerita rakyat, epos dari India, dongeng dari Jawa, Persia, Arab, dan cerita-cerita yang muncul setelah masuknya agama Islam.

Dari segi isi, tema yang diangkat dalam hikayat secara umum berkaitan dengan kepercayaan, agama, pandangan hidup, adat istiadat, dan aspek sosial. Hal ini terjadi karena sebagai karya seni, hikayat mencerminkan nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku pada masyarakat pada masa tersebut, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai media untuk memberikan pembelajaran, menyampaikan fakta, memberikan kritik, dan sebagainya.

Ciri-Ciri Hikayat

Ciri-Ciri Hikayat dalam Karya Sastra, Simak Pula Struktur dan Contohnya
Ilustrasi toko buku. (dok. mohamed_hassan/Pixabay/Tri Ayu Lutfiani)

Dikutip dari Buku Ajar Bahasa Indonesia untuk SMA/MA Tingkat Dasar oleh Asyhari Dwi Rukmana, ada beberapa ciri-ciri hikayat yang bisa anda kenali, yakni:

a. Bahasa

Dalam cerita hikayat bahaya yang diguanakn oleh pengarang adalah bahasa Melayu lama.

b. Kemustahilan

Penceritaan karya sastra hikayat biasanya mengandung suatu kemustahilan. Kemustahilan di sini baik dari segi penderitaan maupun dari kebahasaannya. Kemustahilan di sisni diartikan sebagai sesuatu yang tidak nalar atau tidak logis.

c. Kesaktian

Dalam sebuah cerita selalu terdapat tokoh begitu pula dengan cerita rakyat. Tokoh dalam cerita hikayat digambarkan sebagai sosok yang sakti. Misalnya saja dalam salah satu cerita hikayat tokoh utama dapat menghilang.

d. Istana Sentris

Cerita hikayat digambarkan dengan latar kerajaan. Dibuktikan dengan adanya latar tempat, waktu dan suasana.

e. Anonim

Anonim berarti tidak diketahui secara pasti siapa pengarang cerita hikayat ini. Hal tersebut dikarenakan cerita yang disampaikan secara lisan. Bahkan, dahulu masyarakat mempercayai bahwa cerita yang disampaikan benar nyata adanya.

Sedangkan menurut Kusinwati dalam bukunya yang berjudul Mengenal Karya Sastra Lama Indonesia (2020), adapula ciri-ciri hikayat lainnya yang bisa dikenali oleh pembaca, yakni:

  1. Berisi kisah hidup lingkungan Istana atau sikap kepahlawanan tokoh-tokoh istana.
  2. Banyak peristiwa yang berhubungan dengan nilai-nilai Islam atau dihubungkan dengan peristiwa sejarah tertentu.
  3. Nama tokoh dipengaruhi oleh nama-nama Arab.
  4. Ditemukan tokoh dengan karakter di luar batas kewajaran karakter manusia pada umumnya.
  5. Tidak ada pembagian bab atau judul.
  6. Juru cerita tidak pernah disebutkan secara eksplisit atau anonim.
  7. Sulit membedakan peristiwa yang nyata dan peristiwa yang imajinatif. Kisahnya bercampur dengan dunia khayal yang dalam banyak hal dilebih-lebihkan dan seringkali tidak logis.
  8. Banyak menggunakan kosa kata yang kini tidak lazim digunakan dalam karya sastra.
  9. Ada kata-kata arkaik yang yang digunakan dalam penyampaian cerita. Seperti penggunaan syahdan, sebermula dan titah.
  10. Bersifat statis atau tetap.
  11. Banyak menggunakan bahasa kiasan.
  12. Struktur kalimatnya tidak efektif.
  13. Magis, hikayat pada umumnya bersifat magis yang berarti pengarang akan membawa pembaca ke dalam dunia khayal sehingga pada nantinya akan berimajinasi secara serba indah.

Struktur Hikayat

Ciri-Ciri Hikayat dalam Karya Sastra, Simak Pula Struktur dan Contohnya
Ilustrasi Buku/https://unsplash.com/Sincerely Media

Berikut ini terdapat penjelasan terkait struktur hikayat dalam karya sastra, yakni:

  1. Abstraksi, merupakan ringkasan ataupun inti dari cerita yang akan dikembangkan menjadi rangkaian-rangkaian peristiwa atau bisa juga gambaran awal dalam cerita. Abstrak bersifat opsional yang artinya sebuah hikayat boleh tidak memakai abstrak.
  2. Orientasi, adalah bagian yang berkaitan dengan waktu, suasana, maupun tempat yang berkaitan dengan hikayat tersebut.
  3. Komplikasi, berisi urutan kejadian-kejadian yang dihubungkan secara sebab dan akibat. Pada bagian ini kita bisa mendapatkan karakter ataupun watak dari tokoh cerita sebab kerumitan mulai bermunculan.
  4. Evaluasi, konflik yang terjadi yang mengarah pada klimaks mulai mendapatkan penyelesaiannya dari konflik tersebut.
  5. Resolusi, pada bagian ini si pengarang mengungkapkan solusi terhadap permasalahan yang dialami tokoh atau pelaku.
  6. Koda, merupakan nilai ataupun pelajaran yang dapat diambil dari suatu cerita oleh pembacanya.

Contoh Hikayat

Agar lebih memahami ciri-ciri hikayat dan strukturnya, berikut ini ada contoh hikayat adalah:

Kaba Hang Tuah

Kaba Laksamana Hang Tuah bercerita tentang perjuangan Hang Tuah, Hang Jebat, Hang Kasturi, Hang Lekir, dan Hang Likiu. Hang Tuah merupakan anak dari seorang raja yang bernama Sutan Mahmud Syah dan Puti Mardu. Kerajaan Tumasik yang dipimpinnya hilang diterjang banjir sehingga ia jatuh miskin dan melarat. Suatu hari seorang raja yang bergelar Datuak Bandaro berkunjung ke rumah Si Mahmud dan Si Mardu. Datuak Bandaro sangat terkesan dengan Hang Tuah kecil dan memintanya pergi belajar segala hal tentang adat dan agama ke istana. Hang Tuah belajar ber- sama-sama dengan empat temannya, yaitu Hang Jebat, Hang Kasturi, Hang Lekir, dan Hang Likiu. Mereka tumbuh menjadi laki-laki yang hebat dan pemberani. Suatu hari mereka berlima berniat pergi berkelana. Setelah meminta izin kepada orang- tua masing-masing, mereka berangkat. Karena kepiawaian mereka melaut, mereka mempunyai kapal sendiri. Hang Tuah menjadi nakhoda, Hang Jebat memegang kendali kapal, Hang Kasturi menjadi juru batu, Hong Lekir menjadi juru masak, dan Hang Likiu menjaga buritan. Kepiawaian mereka berlima menghadapi para bajak laut di selat malaka menarik hati Raja Mansyur Syah. Sedangkan Datuak Bandoro yang mempunyai anak perempuan bernama Puti Sari Banilai, hendak menikahkan anaknya itu dengan Hang Tuah. Mendengar hal tersebut, kemenakan Datuak Ban- daro bernama Bandaro Sati sangat marah karena ia juga menginginkan Puti Sari Banilai. la hendak membunuh Datuak Bandaro agar semua harta dan tahta kerajaan jatuh ke tangannya. Ia meminta teman-temannya untuk merampok dan membunuh Datuak Bandaro. Datuak Bandara selamat berkat pertolongan Hang Tuah dan Hang Jebat. Ketika Portugis hendak menguasai Malako, Hang Tuah dan teman-temannya dengan gagah berani melawan dan mengusir Portugis dari tanah Molaka. Usahanya tersebut semakin membuat Hang Tuah dan teman temannya mendapat perhatian khusus dari Rajo Mansyur Syah. Akan tetapi dubalang dan para petinggi istana tidak menyukai Hang Tuah. Hang Tuah difitnah. Berkat pertolongan Datunk Bandaro, Hang Tuah tidak jadi dihukum tetapi diusir dari Istana. Mengetahui Hang Tuah diusir dari istana karena fitnah, Hang Jebat dan teman-temannya mengamuk dan meminta Hang Tuah dibawa lagi ke istana. Rajo Mansyur Syah lari ketakutan dan bersembunyi di istana Datuak Bandaro. Hang Tuah dinyatakan tidak bersalah dan kembali ke istana. Ia menikah dengan Puti Sari Banilai. Ketika pernikahan berlangsung. Inggris menjajah tanah Malaka. Hang Tuah dan teman-temannya dimasukkan ke dalam penjara dan diikat oleh Inggris. Puti Sari Banilai berusaha menyelematkan Hang Tuah dan teman-temannya. Inggris tidak lagi menjajah di tanah Malaka. Hang Tuah hidup bahagia dengan Puti Sari Banilai.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya