Liputan6.com, Jakarta Antipiretik adalah istilah yang mungkin masih kurang familier di telinga banyak orang. Istilah ini memang jarang digunakan dalam percakapan sehari-hari, karena lebih berkaitan dengan dunia medis. Antipiretik berkaitan dengan obat-obatan.
Baca Juga
Advertisement
Antipiretik adalah obat yang digunakan untuk menurunkan demam. Obat ini biasanya digunakan sebagai pengontrol suhu tubuh, untuk mengurangi ketidaknyamanan saat demam melanda, dan mengatasi penyebab kenaikan suhu tubuh.
Beberapa jenis obat antipiretik ini biasanya bisa kamu dapatkan secara bebas di apotek. Namun terkadang ada efek samping yang mungkin saja terjadi saat penggunaannya, jadi kamu tidak boleh sembarangan dalam menggunakan obat jenis ini.
Berikut Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Rabu (5/7/2023) tentang antipiretik.
Mengenal apa itu Antipiretik
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), antipiretik adalah obat penurun demam. Antipiretik adalah obat yang digunakan untuk meredakan demam. Antipiretik adalah obat yang biasanya digunakan untuk mengontrol suhu tubuh, mengurangi ketidaknyamanan saat demam melanda, dan mengatasi penyebab kenaikan suhu tubuh.
Demam merupakan respons perlindungan diri, namun kondisi ini juga dapat menyebabkan rasa sakit dan ketidaknyamanan. Demam bahkan bisa terjadi berhari-hari dan bisa mencapai suhu tubuh yang sangat tinggi. Oleh karena itu, pemberian antipiretik adalah langkah yang dapat mengontrol suhu tubuh, mengurangi ketidaknyamanan sebagai akibat demam, serta mengobati penyebab yang mendasarinya.
Antipiretik adalah obat yang  sangat baik dalam mengurangi demam dan ketidaknyamanan yang terkait dengan demam. Saat ini, sebagian jenis obat antipiretik adalah obat yang biasanya digunakan untuk mengobati nyeri ringan, namun juga memiliki sifat antipiretik.
Advertisement
Jenis-Jenis Obat Antipiretik
Jenis-jenis obat antipiretik adalah sebagai berikut:
1. Paracetamol atau Acetaminophen
Jenis obat antipiretik yang pertama yaitu paracetamol atau acetaminophen, yang merupakan  obat jenis analgetik dan antipiretik yang dijual bebas atau bisa didapatkan tanpa resep dokter. Paracetamol diketahui bekerja pada pusat pengaturan suhu yang ada di otak untuk menurunkan suhu tubuh.
Obat ini juga menghambat produksi zat penyebab peradangan, sehingga bisa meredakan nyeri. Obat ini bisa kamu dalam bentuk tablet, kaplet, sirop, drop, infus, suppositoria.
2. Nonsteroidal Anti-inflammatory Drugs (NSAIDs)
Nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAIDs) atau obat antiinflamasi nonsteroid adalah obat yang bekerja dengan cara menghambat zat penyebab peradangan, yaitu prostaglandin. Perlu diketahui bahwa beberapa obat NSAIDs lebih banyak digunakan sebagai analgetik dari pada antipiretik. Beberapa obat yang termasuk obat NSAIDs adalah:
- Ibuprofen
Ibuprofen adalah analgesik-antipiretik yang termasuk dalam golongan obat bebas terbatas. Obat dapat dijual bebas atau dapat diberikan tanpa resep dokter. Namun, ibuprofen sediaan tablet 400 mg, suppositoria, dan injeksi termasuk golongan obat keras sehingga obat ini hanya dapat diperoleh dengan resep dokter. Konsultasikan terlebih dahulu sebelum ibu hamil dan menyusui mengonsumsi obat ini.
- Asam Mefenamat
Asam Mefenamat merupakan obat yang bekerja mengatasi nyeri ringan hingga sedang, misalnya sakit gigi, sakit kepala, nyeri haid, termasuk nyeri akibat trauma. Bentuk sediaannya berupa tablet, kaplet, sirup. Adapun, penggunaan asam Mefenamat pada ibu hamil dan menyusui harus dikonsultasikan kepada dokter.
- Ketoprofen
Ketoprofen adalah obat antipiretik-analgesik yang digunakan untuk mengatasi nyeri akibat berbagai kondisi, termasuk nyeri haid, nyeri sendi, dan juga cedera. Obat ini hanya boleh digunakan sesuai resep dokter. Bentuk sediaannya bisa berupa tablet, kapsul, sirup, suppositoria, gel, injeksi. Beritahukan dokter dahulu sebelum ibu hamil dan menyusui akan mengonsumsi obat ini.
- Naproxen
Naproxen adalah obat yang digunakan untuk meredakan demam, nyeri, bengkak, serta kemerahan akibat peradangan. Misalnya, pada kondisi nyeri menstruasi, asam urat, rheumatoid arthritis, dan osteoarthritis. Senyawa di dalam obat bekerja menghambat produksi prostaglandin, zat alami yang dihasilkan tubuh saat terjadi cedera atau luka. Dengan dihambatnya produksi prostaglandin, keluhan nyeri, bengkak, dan peradangan bisa mereda.
- Diklofenak
Diklofenak adalah obat antiinflamasi nonsteroid yang sering digunakan untuk meredakan gejala rheumatoid arthritis, osteoarthritis, serta ankylosing spondylitis. Selain itu, kandungan obat juga sering digunakan untuk meredakan nyeri akibat haid dan pasca-operasi. Bentuk sediaannya berupa tablet, kapsul, injeksi, gel, suppositoria, tetes mata. Adapun, obat diklofenak biasanya tidak direkomendasikan untuk ibu menyusui. Penggunaan pada busui akan dipertimbangkan dokter menurut risiko dan manfaatnya.
- Meloxicam
Meloxicam adalah salah satu obat yang termasuk golongan NSAID. bermanfaat sebagai antinyeri dan antiradang, kandungan obat kerap digunakan untuk beberapa kondisi, seperti rheumatoid arthritis, ankylosing spondylitis, dan juvenile idiopathic arthritis. Tergolong obat keras, Meloxicam digunakan harus sesuai dengan resep dokter. Sementara itu, karena dapat terserap ke dalam ASI, biasanya Meloxicam tidak direkomendasikan untuk ibu menyusui. Konsultasikan dahulu kepada dokter saat busui ingin mengonsumsi Meloxicam.
- Piroxicam
Piroxicam adalah obat antiinflamasi yang bekerja dengan menghambat produksi prostaglandin, yakni hormon pemicu peradangan saat terjadi cedera. Dengan dihambatnya prostaglandin, nyeri dan bengkak pun dapat mereda. Bentuk sediaannya bisa berupa tablet, kapsul, gel. Penggunaan obat pada ibu menyusui sebaiknya berada di bawah pengawasan dokter.
- Ketorolac
Ketorolac adalah obat yang sering digunakan pada kondisi nyeri sedang hingga berat, termasuk untuk mengatasi nyeri pasca-operasi. Bentuk sediaannya biasa berupa tablet dan suntik. Obat dapat diresepkan dokter dengan mempertimbangkan risiko dan manfaatnya pada kehamilan. Sementara itu, obat Ketorolac dapat terserap ke ASI sehingga tidak direkomendasikan untuk ibu menyusui. Obat dapat diberikan dalam pengawasan dokter dengan mempertimbangkan risiko dan manfaatnya.
Advertisement