Ulat Bulu Paling Beracun di AS Ini Bisa Lubangi Sel Kanker, Mudahkan Obat Masuk

Racun yang melubangi sel memiliki potensi khusus dalam menghantarkan obat.

oleh Ibrahim Hasan diperbarui 13 Jul 2023, 10:30 WIB
Diterbitkan 13 Jul 2023, 10:30 WIB
Ulat Bulu Asp
Ulat Bulu Bisa Lubangi Sel Kanker (Sumber: Depositphotos, UQ)

Liputan6.com, Jakarta Kanker menjadi salah satu penyakit paling mematikan. Meskipun tidak menular, banyak kasus orang mengidap kanker yang berujung pada kematian. Jika masih bisa diketahui sedari dini, kanker bisa disembuhkan dengan beragam prosedur sesuai jenis kanker yang diderita. Salah satunya lewat penemuan terbaru para peneliti dalam menyembuhkan kanker.

Berdasarkan jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences (PNAS), ulat bulu bisa membantu menyembuhkan kanker. Para ilmuwan dari University of Queensland telah menemukan bahwa racun yang terdapat dalam ulat bulu asp (Megalopyge opercularis) memiliki kemampuan untuk melubangi sel kanker. 

Cara kerjanya sama seperti racun yang dihasilkan oleh bakteri penyebab penyakit E. coli dan Salmonella. Sel kanker dikenal tangguh berevolusi. Tak heran jika banyak prosedur mulai dari operasi, terapi radiasi, kemoterapi, hingga terapi hormon. Racun ulat bulu asal Amerika Serikat ini menambah deretan cara menyembuhkan kanker. 

"Racun yang melubangi sel memiliki potensi khusus dalam menghantarkan obat berkat kemampuannya untuk memasuki sel," kata Andrew Walker dari Institute for Molecular Bioscience di University of Queensland (UQ). 

Berikut Liputan6.com merangkum keunikan racun ulat bulu asp melansir dari berbagai sumber, Kamis (13/7/2023).

Kemampuan Racun Ulat Bulu Melubangi Kanker

Ulat Bulu Asp
Ulat Bulu Bisa Lubangi Sel Kanker (Sumber: UQ)

Yang menarik, ulat asp telah mempertahankan sifat pelubang molekuler ini selama lebih dari 400 juta tahun, setelah memperolehnya melalui transfer gen dari bakteri. Dalam konteks evolusi biologis, ini menunjukkan bahwa mekanisme bertahan hidup tersebut sangat kuat dan layak dipertahankan oleh spesies ini.

Sekarang, ternyata mekanisme ini juga memiliki potensi yang besar bagi manusia, dengan kemampuan untuk digunakan dalam pengembangan pengobatan kanker yang efektif dan banyak lagi.

"Mungkin ada cara untuk memodifikasi molekul ini sehingga obat dapat ditargetkan ke sel sehat atau digunakan untuk membunuh sel kanker secara selektif,” kata Andrew Walker. 

 

 

Sengatan Berbahaya Racun Ulat Bulu Asp

Ulat Bulu Asp
Ulat Bulu Bisa Lubangi Sel Kanker (Sumber: UQ)

Ulat asp, yang juga dikenal dengan beberapa nama umum  adalah bentuk larva ngengat flanel Selatan yang ditemukan di seluruh Amerika Serikat, terutama di negara bagian selatan. Ulat ini memiliki sengatan yang sangat menyakitkan yang disebabkan oleh duri beracun yang tersembunyi di antara bulu-bulunya yang lebat. 

Bagi warga lokal, efek samping dari sengatan ulat ini bervariasi, mulai dari luka bakar yang mirip dengan bekas gigitan ulat hingga reaksi yang lebih serius yang memerlukan perawatan medis darurat.

"Banyak ulat telah mengembangkan pertahanan yang canggih terhadap pemangsa, termasuk tetesan sianida dan lem pertahanan yang menyebabkan rasa sakit yang hebat, dan kami tertarik untuk memahami kaitan semua itu," kata Walker.

Pengembangan Racun Ulat Bulu Asp di Dunia Medis

Ulat Bulu Asp
Ulat Bulu Bisa Lubangi Sel Kanker (Sumber: UQ)

Walker, Professor Glenn King, dan tim dari Institute for Molecular Bioscience percaya bahwa cara kerja racun ini mirip dengan toksin bakteri penyebab penyakit yang melekat pada permukaan sel. Racun ini membentuk struktur yang melubangi sel berwujud seperti donat. Besar potensinya  untuk pengembangan medis.

"Racun ini adalah sumber molekul baru yang kaya yang dapat dikembangkan menjadi obat masa depan, pestisida, atau digunakan sebagai alat ilmiah."

Selain itu, penemuan ini membuka pintu bagi lebih banyak penelitian, karena racun ulat masih kurang dipelajari dibandingkan dengan racun yang dihasilkan oleh ular dan laba-laba.

"Kami terkejut menemukan bahwa racun ulat asp benar-benar berbeda dengan apa pun yang pernah kami temui sebelumnya pada serangga," kata Walker. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya