Liputan6.com, Jakarta Nama asli Sunan Gresik adalah Maulana Malik Ibrahim yang merupakan pemimpin Walisongo generasi pertama dalam menyebarkan agama Islam di Tanah Jawa. Sunan Gresik adalah salah satu dari sembilan Walisongo yang menyebarkan agama Islam khususnya pada masa Kerajaan Majapahit dan setelahnya.
Nama asli Sunan Gresik adalah Maulana Malik Ibrahim, yang dikenal sebagai seorang ulama juga sufi yang tidak hanya mengajarkan ajaran agama Islam, tetapi juga mengembangkan nilai-nilai spiritual dan kehidupan berdampingan dengan masyarakat.
Selain pendidikan, Sunan Gresik juga memiliki peran dalam pengembangan ekonomi maritim, melalui pembuatan kapal tradisional Jawa. Keterampilannya dalam kerajinan ini membantu memperkuat perdagangan, dan konektivitas dengan daerah lain.
Advertisement
Nama asli Sunan Gresik adalah Maulana Malik Ibrahim ini menikahi puteri raja dan memiliki dua putera, yaitu Raden Rahmat atau yang dikenal dengan Sunan Ampel dan Sayid Ali Murtadha atau dikenal dengan Raden Santri.
Berikut ini biografi singkat Sunan Gresik yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Selasa (22/8/2023).
Biografi Singkat
Nama asli Sunan Gresik adalah Maulana Malik Ibrahim, di mana beliau dikenal sebagai pemimpin sekaligus generasi pertama dari Wali Songo. Karenanya, Sunan Gresik punya peran yang sangat penting dalam menyebarkan agama Islam di Tanah Jawa. Sunan Gresik disebut-sebut masih memiliki ikatan darah dengan Maulana Ishaq (ayah dari Sunan Giri) yang sekaligus merupakan seorang ulama terkenal di kerajaan Islam Samudra Pasai.
Sunan Gresik dan Maulana Ishaq sama-sama merupakan anak dari seorang ulama Persia yang bernama Maulana Jumadil Kubro. Jika silsilahnya ditarik lagi ke atas, Mulana Jumadil Kubro juga merupakan keturunan ke-10 dari Zainal Abidin bin Hussein, cucu Nabi Muhammad SAW. Saat berdakwah, Sunan Gresik sempat bermukim di Campa selama 13 tahun lamanya. Pada saat itulah, Sunan Gresik menikahi seorang putri raja dan dari pernikahannya tersebut, Sunan Gresik memperoleh dua orang putra, yaitu Raden Rahmad atau Sunan Ampel dan Ali Murtadha.
Maulana Malik Ibrahim dikenal sebagai Sunan Gresik lantaran menjadikan kota Gresik sebagai tujuan pertamanya dalam berdakwah. Namun selain dijuluki Sunan Gresik, Maulana Malik Ibrahim ternyata masih punya banyak nama julukan lainnya. Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik banyak menghabiskan waktunya dengan berdakwah, sehingga ada banyak pesantren yang didirikan Sunan Gresik untuk mengajarkan agama Islam, dan memperluas penyebarannya.
Sampai akhirnya Sunan Gresik wafat pada hari Senin, 12 Rabiul Awal 822 Masehi yang bertepatan dengan tanggal 8 April. Sunan Gresik kemudian dimakamkan didi Kampung Gapura, dekat dengan alun-alun Gresik dan Masjid Jami' Gresik, Jawa Timur. Hingga sekarang, makam dari Sunan Gresik atau Maulana Malik Ibrahim masih banyak dikunjungi para peziarah yang ingin mengenang jasa maupun mencari karamah.
Advertisement
Metode Dakwah
Nama asli Sunan Gresik adalah Maulana Malik Ibrahim adalah salah satu tokoh yang menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa. Kisah dan riwayat dakwah Maulana Malik Ibrahim alias Sunan Gresik, dimulai saat beliau tiba di Gresik pertama kali pada tahun 1404. Setelah dekat dengan masyarakat, Sunan Gresik semakin mempererat hubungannya dengan masyarakat dengan cara melakukan interaksi berdagang dan bercocok tanam.
Dari kegiatan berdagang, kesempatan Sunan Gresik dalam menyiarkan Islam semakin terbuka lebar. Sunan Gresik banyak melakukan interaksi dengan para pelaku jual-beli, pemilik kapal atau pemodal. Setelah pergerakan dakwahnya cukup mapan, Sunan Gresik pergi ke ibu kota Majapahit di Trowulan.
Terdapat beberapa metode dakwah Sunan Gresik yang perlu diketahui umat diantaranya:
Pendidikan dan Pesantren
Salah satu metode utama yang digunakan oleh Sunan Gresik dalam menyebarkan ajaran Islam, adalah melalui pendidikan. Beliau mendirikan pesantren, seperti Pesantren Giri Kedaton, di mana ia mengajarkan ajaran-ajaran agama, pemahaman Al-Quran, dan hadis kepada para santri. Pendidikan Islam yang holistik tidak hanya mencakup aspek agama, tetapi juga nilai-nilai etika, moralitas, dan akhlak yang baik.
Integrasi Budaya Lokal
Salah satu keberhasilan Sunan Gresik terletak pada kemampuannya, mengintegrasikan ajaran Islam dengan budaya lokal. Ia tidak menolak budaya dan tradisi yang sudah ada, tetapi malah memadukannya dengan nilai-nilai agama. Integrasi ini memudahkan penerimaan agama oleh masyarakat setempat, karena mereka dapat merasa bahwa Islam tidak bertentangan dengan identitas dan nilai-nilai budaya mereka.
Ekonomi dan Pemberdayaan
Sunan Gresik juga memberikan perhatian pada ekonomi dan pemberdayaan masyarakat. Dengan mengajarkan keterampilan seperti kerajinan pembuatan kapal tradisional, ia memberdayakan masyarakat secara ekonomi dan membantu mengembangkan sektor perdagangan maritim. Pendekatan ini membantu membangun kemandirian ekonomi, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Kepemimpinan dan Teladan
Sebagai seorang tokoh yang dihormati, Sunan Gresik juga memberikan teladan melalui tindakan dan perilaku pribadinya. Kepemimpinan dan keteladanan beliau dalam menjalani ajaran Islam memberikan dampak positif pada masyarakat, mengilhami mereka untuk mengikuti contoh yang diberikan. Melalui pendidikan, spiritualitas, budaya, ekonomi, dan kepemimpinan, Sunan Gresik telah menciptakan metode dakwah yang luwes, holistik, dan relevan dengan kebutuhan masyarakat pada masanya.
Karomah Sunan Gresik
Sunan Gresik bersama santrinya (yang ikut dalam perjalanannya menemani sang guru) singgah di rumah muridnya yang kikir. Di mana orang yang disinggahinya tersebut, adalah orang kaya dengan harta yang berlimpah, serta banyak sekali beras yang tersimpan dalam karung.
Saking banyaknya, orang kaya ini kebingungan mencari tempat penyimpanan beras di rumahnya, sehingga setiap ruangan dipenuhi dengan karung-karung beras. Pada saat Sunan Gresik bertamu ke rumahnya, nampak kebahagiaan terpancar dari wajahnya. Ia menjamu gurunya dengan berbagai jamuan terbaik. Di sela-sela obrolan asyiknya dengan sang guru, tiba-tiba datanglah seorang pengemis tua, ia hendak meminta barang sedikit beras saja untuk dimakan. Pengemis tua itu berkata bahwa ia belum makan beberapa hari dan ia sangat lapar.
Namun naas, pemilik rumah menolaknya dengan ketus dan mengatakan bahwa dirinya tidak memiliki beras. Karung-karung yang menumpuk di berbagai tempatnya tersebut disebut berisikan pasir, bukan beras. Setelah mendengar jawaban sang pemilik rumah, pengemispun tahu bahwa dirinya tengah dibohongi, ia menunduk, kecewa dan merasa terhina.
Kejadian tersebut jelas disaksikan oleh sang guru, di mana seharusnya pemilik rumah yang merupakan murid lamanya Sunan Gresik tersebut malu atas apa yang telah diperbuat di hadapan gurunya tersebut. Sebab sang guru tidak pernah mengajarkan sedikitpun para santrinya untuk kikir, justru ia kerap mengajarkan kedermawanan dan mengasihi rakyat miskin. Melihat muridnya yang telah kelewat batas tersebut, Sunan Gresik berdoa kepada Allah di dalam hatinya agar muridnya tersebut diberikan teguran. Sehingga teguran tersebut dapat menyadarkan muridnya dan kembali ke jalan yang benar dan diridai Allah SWT.
Setelah pengemis tua itu pergi dengan kecewa, lantas sang murid (pemilik rumah) kembali melanjutkan perbincangan dengan gurunya dengan watados (wajah tanpa dosa). Di tengah-tengah perbincangannya tersebut, tiba ada seorang pembantu berteriak bahwa ada sesuatu yang tidak beres di gudangnya. Sontak pemilik rumah kaget dan penasaran lantas menghampiri gudang tempat penyimpanan beras tersebut. Tak disangka dan diduga, ternyata karung-karung yang menumpuk dan tersebar di setiap ruang rumah berubah bentuk menjadi berisi pasir. Seketika, pemilik rumah tersebut lemas tak berdaya.
Di depan Sunan Gresik, muridnya yang kini tidak memiliki apa-apa selain pasir menyesal dan berjanji untuk tidak kikir lagi. Ia akan bersedekah dan mengasihi fakir miskin. Karena memohon dan mengatakan semuanya dengan tulus, Sunan Gresik kemudian berdoa kepada Allah agar beras yang telah berubah menjadi pasir itu dikembalikan lagi menjadi beras.
Advertisement