Liputan6.com, Jakarta Arti dropship adalah model bisnis di mana pengecer atau penjual tidak perlu menyimpan stok produk secara fisik. Model bisnis dropship dapat cocok untuk mereka yang ingin memulai bisnis e-commerce tanpa harus berinvestasi besar dalam modal awal atau menghadapi risiko stok yang tidak terjual.
Orang atau perusahaan yang melakukan bisnis dropship disebut sebagai dropshipper. Dengan kata lain, dropshipper adalah perantara antara pemasok produk dan konsumen akhir. Skema bisnis ini mirip dengan reseller, namun konsep dropship memiliki perbedaan dengan Reseller.
Baca Juga
Arti dropship perlu dipahami para pengusaha sebelum memulainya. Berikut ulasan tentang arti dropship dan perbedaan dropship dengan reseller yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Rabu (30/8/2023).
Advertisement
Konsep Bisnis Dropship
Arti dropship mengacu pada model ritel jualan online di mana penjual atau pengecer (dropshipper) menjual produk kepada pelanggan tanpa perlu menyimpan persediaan fisik. Dalam skema ini, pengecer menjalankan operasi penjualan melalui platform online mereka. Inti dari konsep ini terletak pada eliminasi kewajiban pengecer untuk memiliki stok produk dan mengelola aspek logistik.
Model bisnis dropship memungkinkan pengecer untuk beroperasi tanpa perlu menyediakan inventaris fisik atau menginvestasikan dana besar dalam gudang atau penyimpanan. Ini menciptakan peluang bisnis yang lebih terjangkau serta meminimalkan risiko finansial.Â
Dengan biaya awal yang rendah dan tingkat kesulitan yang minim, model dropship telah menjadi pilihan populer di kalangan pengecer e-commerce. Bisnis ini memungkinkan pengecer menjalankan toko online dengan pengaturan yang sederhana, memberikan fleksibilitas dan kenyamanan dalam beroperasi.
Dropship menjadi model bisnis yang semakin banyak diminati, termasuk di Indonesia. Hal ini seiring dengan pertumbuhan jumlah toko online di Indonesia. Dropship menjadi pilihan yang ideal bagi kalangan masyarakat yang ingin memulai bisnis online, tetapi mungkin memiliki keterbatasan modal.Â
Secara umum, terdapat empat tahapan utama dalam model dropship. Pertama, pelanggan akan melakukan pemesanan melalui toko online pengecer. Kedua, pengecer akan mengirimkan pesanan ini ke pemasok dropship. Ketiga, pemasok dropship akan mengatur persiapan pesanan sesuai dengan instruksi yang diberikan.
Terakhir, pemasok akan mengirimkan pesanan tersebut langsung ke alamat pelanggan. Pelanggan akan menerima produk seolah-olah itu berasal dari toko online pengecer, padahal pengirimannya dilakukan oleh pemasok dropship.
Meskipun pengecer tidak memiliki produk secara fisik, mereka tetap bisa mendapatkan keuntungan dari perbedaan harga antara yang mereka bayarkan kepada pemasok dropship dan harga jual kepada pelanggan akhir. Sebagai contoh, jika pemasok menjual kue seharga Rp50.000 per kotak kepada pengecer, pengecer dapat menjualnya kembali dengan harga Rp60.000 per kotak. Dengan demikian, mereka memperoleh keuntungan dari selisih harga.
Advertisement
Perbedaan Dropship dan Reseller
Arti dropship dan reseller seringkali disamakan, namun terdapat perbedaan mendasar antara kedua model bisnis ini. Dalam skema dropship, penjual atau dropshipper memiliki kemampuan untuk menjual produk tanpa perlu menyediakan stok atau melakukan pengemasan.Â
Barang dapat langsung dikirimkan dari pemasok ke pembeli oleh pemasok sendiri, menghilangkan kebutuhan untuk tempat penyimpanan dan pengemasan oleh penjual. Sebaliknya, reseller umumnya harus mengeluarkan modal untuk membeli stok barang terlebih dahulu dari pemasok sebelum menjualnya kembali.
Perbedaan lainnya terletak pada pengelolaan modal. Reseller biasanya harus menginvestasikan modal untuk membeli stok barang dari pemasok, yang kemudian dijual kembali dengan harapan mendapatkan keuntungan dari selisih harga jual. Dalam skema dropship, dropshipper tidak diharuskan memiliki modal karena semua aspek seperti stok, pengemasan, dan pengiriman diurus oleh pemasok. Peran utama dropshipper adalah mencari dan mendapatkan pelanggan.
Pendekatan dropshipper dalam memasarkan produk sangat didukung oleh teknologi digital. Mereka dapat memanfaatkan platform online, terutama media sosial dan e-commerce, untuk mempromosikan produk kepada calon pembeli.Â
Setelah pelanggan tertarik dan melakukan pembelian, dropshipper akan menghubungi pemasok barang untuk meneruskan pesanan, dan pemasok ini yang akan mengirimkan produk langsung ke alamat pembeli. Dropshipper memperoleh margin keuntungan dari selisih harga antara harga yang diberikan oleh pemasok dan harga jual kepada pembeli.
Jadi, inti perbedaan antara dropship dan reseller adalah pada pengelolaan stok, pengemasan, pengiriman, dan modal yang dikeluarkan. Model dropship memberikan kemudahan dalam hal operasional dan investasi modal yang lebih rendah, sementara reseller lebih terlibat dalam kepemilikan stok dan modal yang lebih besar.
Kelebihan Model Bisnis Dropship
Model bisnis dropship memiliki beberapa kelebihan yang membuatnya menjadi pilihan menarik, berikut diantaranya.
1. Fleksibel
Salah satu keunggulan utama dari model bisnis dropship adalah fleksibilitasnya. Orang yang menjalankan bisnis dropship dapat menjalankan bisnis ini dari mana saja dan kapan saja. Ini sangat cocok bagi mereka yang memiliki komitmen lain, seperti kuliah atau pekerjaan utama, karena dropshipper tidak perlu secara langsung mengurus produk atau stok. Dropshipper hanya perlu memanfaatkan perangkat gadget untuk aktivitas pemasaran.
2. Modal Kecil
Dropship memiliki kelebihan modal yang kecil. Berbeda dengan membangun bisnis konvensional yang memerlukan investasi besar untuk stok produk, penyimpanan, dan bahkan rekrutmen karyawan, model bisnis ini hanya memerlukan investasi yang jauh lebih terjangkau. Dropshipper tidak perlu menyediakan tempat penyimpanan atau modal besar untuk pembelian stok, karena produk dikirimkan langsung oleh pemasok.
3. Risiko Rendah
Dropship memiliki risiko yang lebih rendah dibandingkan dengan bisnis tradisional. Dropshipper tidak memiliki stok produk sendiri, sehingga risiko seperti barang kadaluarsa atau produk yang tidak terjual tidak menjadi masalah. Misalnya, dalam bisnis makanan beku, risiko produk kadaluarsa tidak akan ada, karena produk diambil langsung dari pemasok oleh pelanggan.
4. Banyak Pilihan Produk
Kelebihan lain dari model bisnis dropship adalah banyaknya pilihan produk yang tersedia. Dropshipper dapat memilih dari beragam produk yang ditawarkan oleh supplier dropship. Ini memberi pelanggan lebih banyak opsi produk untuk dipilih, sehingga meningkatkan peluang penjualan dan kepuasan pelanggan.
Advertisement
Kekurangan Model Bisnis Dropship
Tentu saja model bisnis dropship juga memiliki kekurangan. Dengan memahami kekurangan-kekurangan ini, calon dropshipper dapat membuat keputusan yang lebih informatif dan mempertimbangkan bagaimana mengatasi tantangan tersebut dalam menjalankan bisnis dropship. Berikut kekurangan bisnis dropship.
1. Margin Rendah
Salah satu kekurangan utama dari model bisnis dropship adalah margin yang rendah. Margin adalah selisih antara harga yang dropshipper jual dengan harga yang diberikan oleh supplier dropship. Persaingan ketat serta banyaknya kompetitor yang menjual produk serupa, membuat dropshipper memiliki keterbatasan dalam menentukan harga jual yang lebih tinggi.Â
Umumnya, dropshipper hanya mampu menentukan margin keuntungan sekitar 20%. Hal ini dapat mengurangi potensi keuntungan pengusaha dalam menjalankan bisnis ini.
2. Proses Panjang
Dalam bisnis dropship, prosesnya bisa menjadi lebih panjang dibandingkan jika menjual produk sendiri. Dropshipper harus meneruskan pesanan pelanggan kepada supplier, dan jika produk tersedia, supplier akan mengirimkannya langsung ke pelanggan.Â
Namun, jika produk tidak tersedia, pengusaha perlu memberi tahu pelanggan mengenai keterlambatan atau kekosongan stok. Ini dapat memperpanjang waktu respons dan pengiriman kepada pelanggan, yang bisa mempengaruhi pengalaman pelanggan.
3. Sulit Mengecek Produk
Kekurangan lain dari model bisnis dropship adalah kesulitan untuk memeriksa kualitas produk secara langsung. Meskipun dropshipper mungkin dapat melakukan pemeriksaan awal sebelum menjalin kerja sama dengan supplier, dropshipper tidak memiliki kontrol kualitas langsung pada setiap produk yang dijual setelah kerja sama dimulai.Â
Artinya, ada risiko bahwa produk yang dikirimkan kepada pelanggan cacat atau tidak sesuai dengan harapan. Dropshipper juga tidak dapat memastikan bahwa supplier memenuhi standar kualitas yang diinginkan.
4. Tanggung Jawab Terhadap Pelanggan
Meskipun kekurangan dalam kualitas produk atau keterlambatan pengiriman mungkin disebabkan oleh supplier, tanggung jawab utama tetap ada pada dropshipper terhadap pelanggan. Pelanggan cenderung menghubungi dropshipper jika ada masalah dengan produk atau pengiriman, dan dropshipper harus berurusan dengan penyelesaian masalah tersebut. Ini dapat menimbulkan tantangan dalam menjaga reputasi dan kepuasan pelanggan.
Tips Menjalankan Bisnis Dropship
Dalam bisnis dropship, kunci kesuksesan terletak pada pilihan produk yang tepat, strategi pemasaran yang efektif, dan pelayanan pelanggan yang baik. Berikut beberapa tips dalam menjalankan bisnis dropship.
1. Pilih Pemasok Terpercaya
Pilihlah pemasok atau distributor yang terpercaya dan memiliki reputasi baik dalam hal kualitas produk, pengiriman tepat waktu, dan layanan pelanggan yang baik. Pilihlah pemasok yang dapat diandalkan dan memiliki rekam jejak yang baik dalam bisnis dropship.
2. Teliti Produk yang Ditawarkan
Lakukan riset menyeluruh terhadap produk yang ingin dijual. Pastikan produk tersebut memiliki permintaan yang cukup di pasar dan memiliki potensi untuk mendatangkan keuntungan. Tinjau kualitas produk, merek, fitur, dan harga secara seksama.
3. Tentukan Target Pasar
Identifikasi target pasar atau segmen pelanggan yang akan menjadi fokus bisnismu. Ini akan membantumu menyusun strategi pemasaran yang lebih efektif dan mengarahkan upaya pemasaran kepada audiens yang tepat.
4. Optimalkan Platform Online
Buat dan kelola toko online atau platform e-commerce dengan baik. Pastikan tampilan website atau toko onlinemu menarik, mudah digunakan, dan responsif di berbagai perangkat.
5. Penyusunan Harga yang Kompetitif
Tentukan harga jual yang kompetitif, namun masih memberimu keuntungan yang wajar. Perhatikan harga dari pesaing dan pastikan harga yang ditetapkan sesuai dengan nilai produk dan permintaan pasar.
6. Pemasaran Efektif
Gunakan strategi pemasaran digital, seperti media sosial, iklan online, dan SEO, untuk mempromosikan produk. Buat konten menarik dan relevan yang dapat menarik perhatian calon pelanggan.
7. Pelayanan Pelanggan yang Baik
Prioritaskan pelayanan pelanggan yang baik. Tanggapi pertanyaan dan masalah pelanggan dengan cepat dan ramah. Memberikan pengalaman positif kepada pelanggan dapat membantu membangun loyalitas dan reputasi bisnis yang baik.
8. Kelola Inventaris Secara Cermat
Walaupun dropshiper tidak memiliki stok fisik, tetap perlu memantau ketersediaan produk dan memastikan bahwa produk yang ditawarkan masih tersedia dari pemasok. Jangan sampai terjadi masalah dengan produk yang tidak tersedia saat pelanggan memesan.
9. Kelola Pengiriman dengan Teliti
Pastikan untuk memiliki sistem yang efisien untuk menginformasikan pemasok tentang pesanan pelanggan dengan jelas. Koordinasikan pengiriman dengan baik agar produk dapat tiba tepat waktu dan dalam kondisi baik.
10. Analisis dan Peningkatan
Teruslah mengumpulkan data dan melakukan analisis terhadap kinerja bisnis. Evaluasi produk yang paling laku terjual, strategi pemasaran yang efektif, dan peluang perbaikan. Beradaptasi dengan perubahan pasar dan memperbaiki proses bisnis saat diperlukan.
Â
Advertisement