Arti Ghibah Adalah Perbuatan yang Merugikan, Pahami Dalil dan Cara Menghindarinya

Ghibah adalah perbuatan mencela dan merugikan orang lain.

oleh Silvia Estefina Subitmele diperbarui 30 Agu 2023, 12:40 WIB
Diterbitkan 30 Agu 2023, 12:40 WIB
1. Membicarakan Orang Lain
Membicarakan orang lain atau ghibah merupakan perilaku yang bisa mengurangi pahala puasa (Sumber foto: projectinspired.com)

Liputan6.com, Jakarta Menurut ajaran Islam, arti ghibah adalah bentuk akhlak yang tercela serta menjadi salah satu perbuatan yang dibenci Allah SWT. Ghibah adalah kata yang berasal dari bahasa Arab, yang merujuk pada perbuatan menggunjing, mencaci, atau mengkritik seseorang di belakangnya, terutama ketika orang tersebut tidak hadir.

Dalam banyak budaya dan agama, ghibah dianggap sebagai perilaku yang negatif dan merugikan. Arti ghibah tidak hanya terbatas pada sekadar berbicara tentang orang lain, tetapi juga mencakup memaparkan aib atau kesalahan mereka, dengan niat buruk atau tanpa alasan yang sah.

Secara etimologis, kata "ghibah" berasal dari akar kata "ghabaha" yang berarti "berbicara tentang seseorang di saat ia absen." Oleh karena itu, arti ghibah melibatkan perbincangan yang tidak adil, dan tidak bermoral tentang seseorang.

Ghibah sering kali melibatkan niat buruk, seperti ingin merusak reputasi atau mendapatkan kepuasan dari kelemahan atau kesalahan orang lain. Ghibah sendiri dapat merusak hubungan antara individu-individu, dan juga kelompok-kelompok. 

Berikut ini arti ghibah yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Rabu (30/8/2023). 


Arti Ghibah Secara Umum

Hobi Menyebar Fitnah
Ilustrasi Menyebarkan Fitnah Credit: unsplash.com/Adam

Ghibah atau mengumpat ini merupakan tindakan atau perbuatan yang memfitnah aib orang lain. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti ghibah adalah kegiatan membicarakan keburukan (keaiban) orang lain atau bergunjing. Di zaman modern ini, dengan semakin canggihnya alat komunikasi, fitnah ditampilkan dengan cara yang begitu lembut. Sehingga konsumen yang memiliki akses terhadap informasi tersebut, tidak merasa telah melakukan perbuatan fitnah.

Islam mengharamkan tindakan ini, karena meskipun informasi atau berita yang disampaikan benar, tetap saja akan menimbulkan kerugian bagi orang lain. Apalagi jika pemberitaannya tidak benar, bisa menimbulkan fitnah.

Artinya: “Dan orang-orang yang menyakiti orang mukmin dan mukminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka itu telah memikul kebohongan dan yang nyata. (QS. Al-Ahzab[33]:58)

Dalam ayat-Nya yang lain Allah SWT berfirman:

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman jauhilah kebanyakan berburuk sangka (kecurigaan) karena sebagaian dari berburuk sangka itu dosa. Dan janganlah mencari- cari keburukan orang lain dan jangan menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kaum suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah seseungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Hujurat [49]:12)

Imam Nawawi mendefinisikan arti ghibah atau gibah sebagaimana dikutip oleh Ibnu Hajar Al-Asqalani demikian:

Imam Nawawi berkata dalam kitab Al-Adzkar mengikuti pandangan Al-Ghazali bahwa arti ghibah atau gibah adalah menceritakan tentang seseorang dengan sesuatu yang dibencinya baik badannya, agamanya, dirinya (fisik), perilakunya, hartanya, orang tuanya, anaknya, istrinya, pembantunya, raut mukanya yang berseri atau masam, atau hal lain yang berkaitan dengan penyebutan seseorang baik dengan lafad (verbal), tanda, ataupun isyarat.


Dalil-dalil tentang Ghibah dalam Islam

Ilustrasi ngobrol
Ilustrasi ngobrol. (Photo by Sam Farallon on Unsplash)

Arti ghibah adalah perbuatan membicarakan keburukan, atau aib orang lain yang tidak hadir dalam pembicaraan. Ghibah artinya perbuatan zalim yang bahkan diibaratkan seperti memakan bangkai saudara sendiri. Allah SWT berfirman dalam Surat An-Nur Ayat 19, yang artinya:

"Siapapun gemar menceritakan atau menyebarluaskan kejelekan saudara Muslim kepada orang lain diancam dengan siksa yang pedih di dunia dan di akhirat."

Allah SWT dengan tegas melarang hamba-Nya untuk mencari-cari kesalahan orang lain, termasuk melarang bergunjing. Larangan tersebut tertulis dalam Surat Hujarat ayat 12, yang artinya:

"Wahai orang-orang beriman jauhilah banyaknya prasangka sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa, janganlah kalian mencari-cari kesalahan, jangan menggunjing sebagian terhadap sebagian, apakah engkau senang jika makan daging bangkai saudaranya? Maka kalian membencinya, dan takutlah kepada Allah sesungguhnya Allah menerima taubat dan Maha penyayang."

Rasulullah SAW juga melarang umatnya untuk berghibah. Diriwayatkan dalam hadist Tirmidzi, Rasulullah SAW bersabda:

"Orang Islam itu saudara bagi orang Islam lain, jangan saling mengkhianati, jangan saling membohongi, dan jangan saling merendahkan, setiap Muslim atas Muslim yang lain itu haram rahasianya, hartanya dan darahnya, taqwa itu ada di sini (dalam hati) cukup seseorang dikatakan jelek jika memandang rendah saudaranya Muslim."

Dalam al-Qur’an surah al-Hujurat (49) ayat 12 sebagaimana tercantum di atas, Allah melarang ber-ghibah dan menggambarkan pelakunya sebagai pemakan bangkai saudaranya. Di samping itu cukup banyak hadits yang juga melarangnya, antara lain:

عَنْ أَبِي بَرْزَةَ الْأَسْلَمِيِّ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا مَعْشَرَ مَنْ آمَنَ بِلِسَانِهِ وَلَمْ يَدْخُلْ الْإِيمَانُ قَلْبَهُ لَا تَغْتَابُوا الْمُسْلِمِينَ وَلَا تَتَّبِعُوا عَوْرَاتِهِمْ فَإِنَّهُ مَنْ يَتَّبِعْ عَوْرَاتِهِمْ يَتَّبِعْ اللَّهُ عَوْرَتَهُ وَمَنْ يَتَّبِعْ اللَّهُ عَوْرَتَهُ يَفْضَحْهُ فِي بَيْتِهِ

Dari Abu Barzah Al Aslamy berkata; Rasulullah SAW bersabda: “Wahai orang yang imannya masih sebatas lisannya dan belum masuk ke hati, janganlah kalian mengghibah (menggunjing) orang-orang muslim, janganlah kalian mencari-cari aurat (‘aib) mereka. Karena barang siapa yang selalu mencari-cari kesalahan mereka, maka Allah akan membongkar kesalahannya, serta barang siapa yang diungkap auratnya oleh Allah, maka Dia akan memperlihatkannya (aibnya) di rumahnya.”

 


Cara Menghindari Ghibah

Ilustrasi ngobrol, tertawa
Ilustrasi ngobrol, tertawa. (Photo by Priscilla Du Preez on Unsplash)

1. Diam

Salah satu cara menghindari berghibah yaitu diam. Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaklah ia berkata baik atau hendaklah ia diam." (Muttafaq 'alaih: Al-Bukhari, no. 6018; Muslim, no.47)

2. Memberi Nasihat

Anda bisa mengatakan dan mengingatkan pelaku ghibah, bahwa perbuatan yang dilakukannya itu salah. Sebagaimana Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : "Barangsiapa diantara kalian melihat kemungkaran, rubahlah dengan tangannya. Jika dia tidak mampu, rubahlah dengan lidahnya. Jika dia tidak mampu, rubahlah dengan hatinya. Dan itulah selemah-lemah iman" (HR Muslim 70)

3. Fokus pada Diri Sendiri

Fokus pada diri sendiri artinya kita juga harus sadar, bahwa banyak kekurangan dan kelemahan dalam diri kita. Maka kita pun mempunyai kewajiban untuk memperbaiki kekurangan tersebut dengan berbagai cara, seperti belajar, berlatih, mengikuti pengajian, dan lain-lain. Maka fokuslah untuk memperbaiki diri dan mengisinya dengan aktivitas positif, kita tidak akan punya waktu untuk membicarakan keburukan orang lain. 

4. Berteman dengan Orang Positif

Lingkungan memiliki dampak besar pada perilaku dan pemikiran kita. Cari teman-teman yang mempromosikan sikap positif dan saling mendukung. Teman-teman seperti ini, yang akan lebih mendorong Anda untuk berbicara tentang hal-hal yang baik.

5. Perbanyak Ibadah

Salah satu cara untuk menghindari dosa ghibah, adalah dengan memperbanyak ibadah. Dengan memperbanyak ibadah, seperti shalat sunnah, dzikir, atau mengikuti kajian di majelis taklim, kita tidak akan punya banyak waktu untuk membicarakan keburukan orang lain.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya