Majusi Adalah Pengikut Zoroastrianisme, Ini Sejarah Lengkapnya

Sejarah perkembangan Zoroastrianisme dan pengikutnya Majusi.

oleh Woro Anjar Verianty diperbarui 11 Sep 2023, 17:50 WIB
Diterbitkan 11 Sep 2023, 17:50 WIB
Majusi Pengikut Zoroastrianisme
Sumber: freepik.com

Liputan6.com, Jakarta Dalam berbagai babak sejarah, kita seringkali menemui jejak agama kuno yang telah membentuk masyarakat dan budaya yang berbeda di berbagai belahan dunia. Salah satu agama dalam sejarah Persia kuno adalah Zoroastrianisme, dan pengikutnya sering dikenal dengan sebutan Majusi.

Pengikutnya, yang sering disebut sebagai Majusi, telah mengalami perjalanan panjang sepanjang sejarah. Selama berabad-abad, pengikut Zoroastrianisme, yang dikenal sebagai Majusi, memainkan peran penting dalam kebudayaan Persia, ekonomi, dan politik.

Dengan memahami sejarah Majusi dan Zoroastrianisme, kita dapat menghargai kontribusi penting Majusi dan masyarakatnya dalam membentuk dunia kuno dan menggali akar budaya yang kaya dan beragam yang masih hidup dalam masyarakat kita hingga saat ini. 

Untuk itu, berikut ini telah Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber pada Senin (11/9/2023). Sejarah perkembangan Zoroastrianisme dan pengikutnya Majusi.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Apa itu Majusi?

Festival Hindu Maha Shivaratri
Seorang sadhu (lelaki suci Hindu) membuat api untuk menghangatkan dirinya selama festival Shivaratri di lokasi kuil Pashupatinath di Kathmandu, Nepal (20/2/2020). Festival ini didedikasikan untuk 'Malam Besar Siwa', dewa Hindu yang berdoa dan berpuasa bagi orang percaya. (AP/Niranjan Shrestha)

Majusi adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan orang-orang yang mengikuti agama Zoroastrianisme, sebuah agama yang pertama kali muncul di Persia kuno (sekarang Iran) sekitar abad ke-6 SM. 

Zoroastrianisme didirikan oleh Zoroaster (yang juga dikenal sebagai Zarathustra), dan ia mengajarkan konsep-konsep seperti penyembahan satu Tuhan yang disebut Ahura Mazda, dualisme antara kebaikan dan kejahatan, serta doktrin tentang kebangkitan dan penghakiman akhir.

Ketika Islam muncul pada abad ke-7 Masehi, istilah Majusi sering digunakan oleh masyarakat Muslim untuk merujuk kepada penganut Zoroastrianisme. Pemahaman Islam tentang agama-agama lain, seperti Zoroastrianisme, sering diorganisir dalam konsep "Ahl al-Kitab" yang mencakup orang-orang yang memiliki kitab suci (seperti Taurat, Injil, atau Avesta dalam Zoroastrianisme).

Penting untuk dicatat bahwa penggunaan istilah Majusi dapat bervariasi tergantung pada konteks sejarah dan budaya. Selama sejarah, pengaruh Zoroastrianisme dapat ditemukan di berbagai wilayah, dan komunitas Zoroastrian masih ada di beberapa bagian dunia seperti Iran, India, dan beberapa negara lainnya, meskipun dalam jumlah yang kecil. 


Sejarah Zoroastrianisme dan pengikutnya Majusi

Sejarah Majusi atau pengikut Zoroastrianisme memiliki akar yang sangat kuno dan terkait dengan perkembangan agama Zoroastrianisme itu sendiri. Berikut adalah sejarah singkat agama Zoroastrianisme dan pengikutnya, yang sering disebut sebagai Majusi:

Zaman Nabi Zoroaster (Zarathustra)

Zoroastrianisme bermula pada abad ke-6 atau ke-7 SM dengan Zoroaster (Zarathustra) di Persia kuno (sekarang Iran). Zoroaster diyakini sebagai tokoh yang menerima wahyu dari Tuhan, Ahura Mazda, dan menyebarkan ajaran-ajarannya tentang penyembahan satu Tuhan, konsep dualisme antara kebaikan (Ahura Mazda) dan kejahatan (Angra Mainyu), serta ajaran moral dan kehidupan.

Zaman Kekaisaran Persia

Zoroastrianisme menjadi agama dominan di Kekaisaran Persia (Achaemenid, Parthian, dan Sassanian) selama berabad-abad. Penganut Zoroastrianisme dianggap sebagai warga negara yang setia dan berperan penting dalam pemerintahan, budaya, dan ekonomi Persia.

Penyebaran Zoroastrianisme

Zoroastrianisme menyebar ke wilayah-wilayah di luar Persia, termasuk ke daerah yang sekarang merupakan Afghanistan, India, dan wilayah sekitarnya. Di India, komunitas Zoroastrianisme dikenal sebagai Parsi, dan mereka mempertahankan ajaran-ajaran Zoroastrianisme hingga hari ini.

Kedatangan Islam

Kedatangan Islam pada abad ke-7 Masehi mengubah sejarah Majusi. Ketika Arab Muslim menaklukkan Persia, sebagian besar orang Persia, termasuk pengikut Zoroastrianisme, menghadapi tekanan dan pengurangan pengikuti. Banyak situs Zoroastrianisme yang hancur, dan banyak Majusi mengungsi.

Kelangsungan Zoroastrianisme

Meskipun menghadapi banyak perubahan selama selama berabad-abad, komunitas Zoroastrianisme terus bertahan. Saat ini, komunitas Zoroastrian masih ada di beberapa bagian dunia, terutama di Iran, India, dan beberapa negara lainnya. Mereka mempertahankan praktik dan ritual Zoroastrianisme, meskipun dalam jumlah yang relatif kecil.

Peningkatan Perlindungan dan Pengakuan

Beberapa negara, terutama India, memberikan perlindungan dan pengakuan resmi kepada komunitas Zoroastrian, seperti Parsi. Hal ini telah membantu memelihara warisan budaya dan agama mereka.

Sejarah Majusi mencerminkan perjalanan panjang agama Zoroastrianisme dan perubahan sosial dan politik yang mereka alami sepanjang sejarahnya. Meskipun jumlah mereka mungkin terbatas, komunitas Zoroastrianisme terus berusaha mempertahankan tradisi mereka dan berkontribusi pada berbagai aspek masyarakat di negara-negara di mana mereka tinggal.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya