Perawi HR Bukhari, Begini Proses Penyusunan Kitab Sahih dan Sosoknya

Imam Bukhari adalah sosok perawi hadis yang terkenal karena ketekunannya.

oleh Laudia Tysara diperbarui 15 Sep 2023, 11:32 WIB
Diterbitkan 15 Sep 2023, 11:15 WIB
Semarak Ramadan di Masjid Agung Sanaa
Seorang pria membaca Al-Quran selama bulan Ramadan di Masjid Agung Sanaa, Yaman, Minggu (26/4/2020). Kaligrafi dan dekorasi merupakan kekhasan Masjid Agung Sanaa. (Mohammed HUWAIS/AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Imam Bukhari lahir pada tanggal 21 Juli 810 M, berasal dari Kota Bukhara, yang sekarang merupakan bagian dari negara Uzbekistan. Ia memulai pendidikan formalnya di tempat kelahirannya, namun, kejadian-kejadian selanjutnya dalam kehidupannya akan membawanya pada sebuah perjalanan yang luar biasa.

Ketika Imam Bukhari berusia hanya 11 tahun, ia sudah memiliki kemampuan menghafal dua kitab hadis karya Ibn al-Mubarak dan Waqi'. Ini sudah lengkap dengan pemahaman mendalam tentang pandangan ulama terhadap kedua kitab tersebut. Bakatnya yang luar biasa dalam ilmu hadis menjadi semakin jelas seiring berjalannya waktu.

Pada tahun 210 H, Imam Bukhari melakukan ibadah haji bersama ibu dan saudaranya. Pesona kota suci Mekah dan pertemuan dengan ulama-ulama ilmu hadis yang mumpuni membuatnya memutuskan untuk tinggal di sana. Keputusan ini akan menjadi titik awal dari perjalanan intelektualnya yang luar biasa, kini dikenal dengan perawi HR Bukhari.

Berikut Liputan6.com ulas lebih mendalam tentang proses penyusunan kitab hadis sahih HR Bukhari dan sosok Imam Bukhari, Jumat (15/9/2023).

Proses Penyusunan Kitab Sahih HR Bukhari

Tadarus Al-Qur’an Raksasa di Masjid Yaman
Umat Muslim berkumpul untuk membaca Al-qur'an pada hari pertama bulan suci Ramadhan di Masjid Al-Kabir di kota tua Sanaa, ibu kota Yaman, 2 April 2022. Pada bulan Ramadhan umat muslim memanfaatkan waktu untuk memperbanyak ibadah dengan membaca Al Quran. (MOHAMMED HUWAIS/AFP)

Kitab Shahih HR Bukhari, menurut Jonathan Brown dalam bukunya berjudul Hadith Muhammad's Legacy in the Medieval and Modern World (2009), bukan hanya sekadar daftar hadits. Lebih dari itu, kitab ini secara implisit mencerminkan visi Imam Bukhari tentang hukum-hukum Islam.

Dalam kitab ini, akan ditemukan beragam topik, mulai dari persoalan ibadah hingga kaidah-kaidah hukum, bahkan konsep-konsep teknis dalam ilmu hadis.

Kitab Shahih Bukhari terdiri dari 97 bab, yang masing-masing memilah persoalan tertentu seputar hukum Islam. Paling menarik adalah adanya tanggapan yang ditulis langsung oleh Imam Bukhari sendiri, serta catatan kesaksian dari para sahabat Nabi Muhammad SAW mengenai suatu hadits.

Jumlah Hadits dalam Shahih Bukhari

Namun, satu pertanyaan yang sering muncul adalah berapa jumlah keseluruhan hadits sahih dalam Shahih Bukhari?

Jonathan Brown mencatat bahwa terdapat sebanyak 7.397 hadits sahih dalam kitab ini. Namun, sumber lain seperti Ibnu Shalah menyebut jumlahnya adalah 7.275 hadits sahih. Perbedaan ini disebabkan oleh pandangan beragam dari para pakar ilmu hadis generasi kemudian yang memberikan syarah atas Shahih Bukhari.

Penyusunan Hadis dengan Seleksi Ketat

Di kota kelahiran Rasulullah SAW, Mekah, Imam Bukhari mulai merintis perjalanan untuk meneliti dan menyaring hadis. Dorongan utama datang dari gurunya, Ishaq Rahawaih. Imam Bukhari menghabiskan waktu yang cukup panjang untuk memperoleh prestasi besar dalam pengumpulan hadis-hadis shahih dengan menerapkan seleksi ketat.

Total Hadis yang Dikumpulkan

Hasil dari kerja kerasnya adalah pengumpulan sekitar 9.082 hadis dalam kumpulan kitab shahih HR Bukhari. Ini dari total 100 ribu hadis yang telah dihafalkan dan 600 ribu hadis yang beredar di kalangan masyarakat.

Namun, perlu dicatat bahwa menurut Ibn Hajar, hanya 2.761 hadis yang dianggap bersih, sementara sisanya adalah hadis pengulangan dalam beberapa tempat. Pendapat lain oleh Ibn Shalah mencatat bahwa hadis yang bersih berjumlah 2.602.

Sosok Imam Bukhari yang Tekun

Semarak Ramadan di Masjid Agung Sanaa
Sejumlah pria membaca Al-Quran selama bulan Ramadan di Masjid Agung Sanaa, Yaman, Minggu (26/4/2020). Masjid Agung Sanaa merupakan salah satu masjid pertama yang dibangun atas perintah Nabi Muhammad SAW. (Mohammed HUWAIS/AFP)

Menurut Arief Hidayat dalam bukunya berjudul Al-Islam Studi Hadits Tarbawi, Imam Bukhari adalah seorang ulama independen yang berotoritas keilmuan terkemuka sehingga dihormati di lintas kalangan. Penyusunan Shahih HR Bukhari dilakukan secara amat hati-hati dan penuh dedikasi.

Salah satu cerita yang menggambarkan ketekunan Imam Bukhari adalah ketika ia berkata:

"Saya menyusun kitab al-Jami' as-Shahih ini di Masjid al-Haram, Makkah. Dan saya tidak mencantumkan sebuah hadits pun kecuali sesudah shalat Istikharah dua rakaat, memohon pertolongan kepada Allah, dan setelah meyakini bahwa hadits itu benar-benar sahih."

Selain itu, Imam Bukhari mulai menulis mukadimah dan pokok-pokok bahasan Shahih Bukhari ketika berada di Raudatul Jannah, tempat antara makam Rasulullah SAW dan mimbar Masjid Nabawi di Hijaz. Selama 16 tahun, Imam Bukhari menghabiskan waktunya dengan tekun menyusun Shahih Bukhari di tempat-tempat yang kaya akan makna spiritual.

Kitab Shahih Bukhari atau Al-Jami' As-Shahih Al-Bukhari adalah sebuah warisan berharga yang ditinggalkan oleh Imam Bukhari. Kitab ini mengandung hadits-hadits shahih tentang hukum Islam, keutamaan amal, etika pergaulan, sejarah, dan berita tentang masa depan. Meskipun terdapat perbedaan dalam jumlah hadits, kitab ini tetap menjadi salah satu referensi utama dalam pemahaman Islam.

Kehidupan dan karya Imam Bukhari memberikan pelajaran berharga tentang dedikasi, ketekunan, dan cinta terhadap ilmu. Ia adalah teladan bagi para pencari ilmu di seluruh dunia, mengingat betapa besar pengaruhnya terhadap pemahaman Islam yang sudah dimiliki saat ini.

Dalam perjalanan panjang menuju penulisan kitab Shahih Bukhari, Imam Bukhari diberkahi dengan guru-guru terkemuka dari berbagai negara. Mereka adalah pilar pendukung dalam perjalanan ilmiahnya, dan tanpa mereka, pencapaian gemilang ini tidak akan terwujud.

 

Dari Balkh, Afganistan:

  1. Makki bin Ibrahim
  2. Dari Marwaz, Khurasan:
  3. 'Abdan bin 'Utsman
  4. Ali bin Husain asy-Syaqiq

Dari Ray, Teheran, Iran:

Ibrahim bin Musa

Dari Naisabur, Khurasan:

  1. Yahya bin Yahya
  2. Sejumlah ulama lainnya

Dari Baghdad:

  1. Muhammad bi Isa ath-Tabba'
  2. Suraij bin Nu'man
  3. Affan
  4. Muhammad bin Sabiq

Dari Bashrah:

  1. Abi 'Ashim an-Nabil
  2. al-Anshari
  3. Muhammad bin 'Ar'arah
  4. Dari Makkah:
  5. Abu Abdirrahman al-Muqri
  6. Khallad bin Yahya
  7. al-Humaidi
  8. Lainnya

Dari Madinah:

  1. 'Abdul 'Aziz al-Ausi
  2. Ayyub bin Sulaiman bin Bilal
  3. Ismail bin Abi Uwais
  4. Lainnya

Dari Mesir:

  1. Sa'id bin Abi Maryam
  2. Ahmad bin Isykab
  3. 'Abdul Aziz bin Yusuf
  4. Ashbagh
  5. Lainnya

Dari Syam (Siria):

  1. Abul Yaman
  2. Muhammad bin Yusuf al-Firyani
  3. Lainnya
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya