Liputan6.com, Phnom Penh - Pada Mei 2024, sebuah jalan di Phnom Penh dinamai "Bulevar Xi Jinping" (Xi Jinping Boulevard) oleh Pemerintah Kerajaan Kamboja (Royal Government of Cambodia), untuk menghormati kontribusi bersejarah sang presiden China terhadap pembangunan negara itu.
Momen serupa ini pernah terjadi sebelumnya pada 1965, saat mendiang mantan raja Sihanouk juga menamai sebuah jalan dengan nama Ketua Mao Zedong.
Baca Juga
Pepatah Kamboja mengatakan, "Di mana ada jalan, di situ ada harapan."
Advertisement
Dalam upacara penamaan jalan Xi Jinping Boulevard tersebut, seperti dikutip dari Xinhua, Senin (21/4/2025), Perdana Menteri Kamboja Hun Manet menyoroti bahwa di bawah kepemimpinan dan upaya bersama antara Xi dan para pemimpin Kamboja, hubungan bilateral telah memasuki periode terbaiknya dalam sejarah.
Sejak 2013, kemitraan kerja sama strategis komprehensif China-Kamboja terus menguat berkat kerja sama praktis yang berkembang di berbagai bidang. Inisiatif Sabuk dan Jalur Sutra (Belt and Road Initiative/BRI), yang diusulkan oleh Xi, telah memainkan peran penting dalam mendorong pembangunan bersama dan manfaat yang saling menguntungkan bagi kedua belah pihak.
Terletak di sepanjang Jalur Sutra Maritim kuno, Kamboja adalah salah satu negara pertama yang bergabung dengan kerja sama Sabuk dan Jalur Sutra. Para pemimpinnya telah menghadiri ketiga edisi Forum Sabuk dan Jalur Sutra untuk Kerja Sama Internasional di China dalam beberapa tahun terakhir.
Selama bertahun-tahun, proyek-proyek utama BRI di Kamboja telah membuahkan hasil yang baik: Zona Ekonomi Khusus Sihanoukville (Sihanoukville Special Economy Zone/SSEZ) telah menarik lebih dari 200 perusahaan dan institusi internasional, menghasilkan 32.000 lapangan pekerjaan; jalan tol pertama di Kamboja, Jalan Tol Phnom Penh-Sihanoukville, telah memangkas waktu tempuh antara kedua kota dari lima jam lebih menjadi kurang dari dua jam; Bandar Udara Internasional Angkor Siem Reap telah membantu pariwisata Kamboja berkembang pesat dengan mengoperasikan 17 rute pada akhir tahun lalu.
"SSEZ, bersama dengan proyek-proyek unggulan BRI lainnya, telah memainkan peran penting dalam membantu Kamboja mencapai target ambisius untuk menjadi negara berpenghasilan menengah ke atas pada 2030 dan negara berpenghasilan tinggi pada 2050," ujar Neak Chandarith, direktur Pusat Penelitian Jalur Sutra Maritim Abad ke-21 Kamboja.
Perdagangan Kamboja - China Berkembang Pesat di Era Xi Jinping
Perdagangan dan perniagaan bilateral juga telah berkembang pesat. China telah menjadi investor asing sekaligus mitra dagang terbesar Kamboja selama beberapa tahun berturut-turut. Menurut data resmi, dalam satu dekade terakhir, perdagangan bilateral telah meningkat hampir empat kali lipat.
Cambodia-China Free Trade Agreement Perjanjian (Perdagangan Bebas Kamboja-China) dan Regional Comprehensive Economic Partnership/RCEP (Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional) telah memfasilitasi ekspor produk-produk Kamboja seperti beras, pisang, kelengkeng, dan ikan Basa ke pasar-pasar China.
Xi menganjurkan pendekatan komprehensif untuk kerja sama China-Kamboja. Inilah sebabnya mengapa dia berulang kali menekankan pentingnya kerangka kerja sama bilateral "Segi Enam Berlian"(Diamond Hexagon), yang mencakup enam bidang utama: politik, kapasitas produksi, pertanian, energi, keamanan, dan pertukaran antarmasyarakat.
Upaya-upaya ini telah memberikan dorongan baru untuk membangun komunitas Kamboja-China yang berkualitas tinggi, berlevel tinggi, dan berstandar tinggi dengan masa depan bersama di era baru, sebuah visi yang dijanjikan oleh para pemimpin kedua negara, demikian disampaikan Thong Mengdavid, seorang dosen di Institut Studi Internasional dan Kebijakan Publik di Universitas Kerajaan Phnom Penh (Royal University of Phnom Penh).
Advertisement
