Mengenal Katarsis sebagai Sarana Menjaga Kesehatan Mental, Pahami Konsep dan Metodenya

Katarsis bisa dilakukan melalui berbagai metode, seperti menulis jurnal, mewarnai, atau bahkan melalui olahraga dan meditasi.

oleh Mabruri Pudyas Salim diperbarui 24 Jan 2024, 12:55 WIB
Diterbitkan 24 Jan 2024, 12:55 WIB
Ilustrasi amarah, emosi, marah
Ilustrasi amarah, emosi, marah. (Photo created by drobotdean on www.freepik.com)

Liputan6.com, Jakarta Katarsis merupakan salah satu sarana yang dapat membantu seseorang untuk melampiaskan emosinya secara sehat dan alami. Kehidupan modern seringkali membuat seseorang sulit untuk mengekspresikan emosi dengan benar, yang pada akhirnya dapat menyebabkan penumpukan emosi negatif dan ketidakseimbangan mental.

Emosi yang tidak terungkapkan dengan baik dapat mempengaruhi kesehatan mental seseorang, dan jika dibiarkan terus-menerus dapat meningkatkan risiko stres, kecemasan, dan depresi. Dengan menggunakan katarsis sebagai sarana untuk melampiaskan emosi, seseorang dapat mencegah penumpukan emosi negatif yang dapat membahayakan kesehatan mentalnya.

Katarsis bisa dilakukan melalui berbagai metode, seperti menulis jurnal, mewarnai, atau bahkan melalui olahraga dan meditasi. Dengan memahami konsep katarsis, seseorang dapat menemukan metode yang paling cocok untuk dirinya, sehingga dapat melampiaskan emosi dengan lebih mudah dan efektif.

Dengan mengenal katarsis sebagai sarana untuk menjaga kesehatan mental, seseorang dapat memahami pentingnya melampiaskan emosi secara sehat dan teratur agar tidak mudah stres dan terganggu kesehatan mentalnya. Lalu bagaimana cara melakukan katarsis?

Simak penjelasan selengkapnya berikut ini seperti yang telah dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Rabu (24/1/2024).

Definisi Katarsis

Katarsis dalam konteks psikologi merujuk pada pengalaman pelepasan emosi atau ketegangan melalui ekspresi atau pengalaman yang mendalam. Dalam kata lain, katarsis adalah sarana untuk melampiaskan emosi yang memungkinkan seseorang untuk tidak mudah stres dan terganggu kesehatan mentalnya.

Sejarah dan asal-usul konsep katarsis dapat ditelusuri kembali ke zaman Yunani kuno. Menurut konsep Yunani klasik, katarsis merupakan proses pembersihan atau pemurnian pikiran dan jiwa melalui pengalaman emosi yang kuat, seperti saat menonton pertunjukan teater tragedi. Aristoteles mengaitkan katarsis dengan efek membersihkan jiwa melalui ekspresi emosi yang kuat.

Perkembangan pemikiran mengenai katarsis juga telah dikemukakan oleh beberapa tokoh psikologi terkemuka, seperti Sigmund Freud dan Carl Jung. Mereka menyoroti pentingnya katarsis dalam proses penyembuhan psikol

Peran Sigmund Freud dalam mempopulerkan konsep katarsis, terutama dalam konteks psikoanalisis, sangatlah penting. Freud merupakan seorang dokter dan psikoanalis asal Austria yang dikenal sebagai bapak psikoanalisis. Beliau memperkenalkan konsep katarsis sebagai suatu teknik untuk mengatasi konflik emosi yang terpendam dalam alam bawah sadar seseorang.

Freud mengaitkan katarsis dengan pemrosesan emosi dan penyembuhan psikologis dengan menggunakan terapi bicara. Dalam konteks psikoanalisis, katarsis dianggap sebagai sarana untuk mengeluarkan emosi dan trauma yang terpendam, sehingga individu dapat mengalami pemulihan psikologis. Dengan memungkinkan seseorang untuk mengungkapkan emosi dan pengalaman traumatis secara terbuka, katarsis membantu individu untuk mengurangi stres dan melindungi kesehatan mentalnya.

Freud juga memandang katarsis sebagai bagian dari proses penyembuhan psikologis yang berkelanjutan, di mana individu dapat belajar untuk menghadapi dan memproses emosi yang menyakitkan. Dalam praktik psikoanalisis, katarsis sering digunakan sebagai sarana untuk melepaskan ketegangan psikologis dan membantu individu untuk mencapai keseimbangan mental yang lebih baik.

Jenis-Jenis Katarsis

Journaling
Merefleksikan diri sambil menulis sebelum tidur. (Foto: Unsplash/Lilartsy)

Terdapat berbagai macam bentuk katarsis yang bisa individu lakukan untuk melampiaskan emosinya. Salah satunya adalah melalui ekspresi emosi melalui seni, seperti lukisan, musik, atau menulis. Melalui seni, seseorang dapat menuangkan perasaannya tanpa kata-kata dan membantu menenangkan pikiran.

Selain itu, olahraga juga bisa menjadi sarana katarsis yang baik, karena dapat mengalihkan energi negatif menjadi sesuatu yang positif. Terapi berbicara dengan seorang profesional juga merupakan salah satu bentuk katarsis yang efektif. Dalam terapi ini, individu bisa mengungkapkan perasaannya tanpa takut dihakimi dan mendapat pemahaman yang mendalam.

Proses di balik katarsis terjadi karena individu berhasil melepaskan emosi yang tertekan dan mengalami pembebasan dari beban psikologisnya. Melalui pengalaman emosional ini, individu bisa merasa lega dan membebaskan dirinya dari ketegangan atau konflik internal.

Dengan begitu, katarsis membantu individu untuk mengatasi stres dan menjaga kesehatan mentalnya. Dengan melampiaskan emosi melalui berbagai bentuk katarsis, individu dapat menjaga keseimbangan mental dan mengurangi resiko gangguan kesehatan mental.

Manfaat dan Tujuan Katarsis

Seseorang Sedang melukis Bunga
Ilustrasi Seseorang Sedang melukis Bunga (Photo by freepik)

Katarsis merupakan proses melampiaskan emosi yang penting dalam menjaga kesehatan mental seseorang. Proses ini memiliki manfaat dalam mengurangi stres, kecemasan, dan traumatisasi yang dapat mengganggu kesejahteraan psikologis seseorang. Dengan melampiaskan emosi melalui katarsis, individu dapat merasa lega dan memiliki peningkatan dalam kesejahteraan mental mereka.

Di dalam konteks terapi, katarsis diintegrasikan ke dalam beberapa pendekatan terapi, seperti terapi berbicara, terapi seni, dan terapi dramaterapi. Dalam terapi berbicara, katarsis dilakukan melalui ekspresi verbal dalam mengungkapkan emosi dan pengalaman traumatis.

Sementara dalam terapi seni, katarsis dapat dicapai melalui karya seni yang mencerminkan emosi dan perasaan yang terpendam. Terapi dramaterapi juga menggunakan katarsis melalui peran dan aksi untuk melampiaskan emosi serta memahami diri sendiri dengan lebih mendalam.

Dengan demikian, katarsis memiliki peran penting dalam menjaga kesehatan mental dan kesejahteraan psikologis seseorang. Melalui berbagai pendekatan terapi, katarsis dapat membantu individu dalam mengatasi stres, kecemasan, serta trauma yang mereka alami.

 

Hubungan dengan Ekspresi Seni

Pecinta Seni
Ilustrasi Melukis Credit: pexels.com/Sincerely

Katarsis adalah proses pembebasan emosi yang terpendam melalui ekspresi seni, seperti seni lukis, musik, atau menulis. Melalui aktivitas seni, seseorang dapat mengekspresikan perasaan yang sulit diungkapkan secara verbal. Misalnya, melalui lukisan, seseorang dapat menyalurkan emosi dan pengalaman pribadinya tanpa harus mengucapkannya dengan kata-kata.

Aktivitas seni dapat menjadi saluran ekspresi yang ampuh untuk emosi yang terpendam karena seni memberikan ruang bagi seseorang untuk mengekspresikan perasaannya tanpa harus khawatir tentang penilaian orang lain. Proses menciptakan karya seni juga dapat memberikan rasa keterpenuhan dan kepuasan, yang membantu seseorang untuk merasa lebih tenang dan terbebas dari beban emosional yang selama ini dirasakannya. Dengan demikian, seni dapat menjadi sarana yang efektif untuk melampiaskan emosi, mencegah stres, dan menjaga kesehatan mental seseorang.

Dengan memahami pentingnya ekspresi seni dalam katarsis, seseorang dapat memanfaatkannya sebagai sarana untuk mengatasi berbagai masalah emosi dan menjaga kesehatan mentalnya.

 

Batasan Konsep

Melihat Tempat Pelampiasan Kemarahan Akibat Pandemi COVID-19 di Finlandia
Raivomoo" di Helsinki, Finlandia (14/9/2021). Ruang kemarahan "Raivomoo" hadir sebagai tempat untuk melampiaskan emosi akibat pandemi Covid-19. (AFP/Olivier Morin)

Katarsis adalah konsep psikologis yang menunjukkan proses emosional dalam mengungkapkan atau melampiaskan emosi tertentu. Konsep ini memiliki batasan dan kritik dalam praktiknya. Beberapa kritik mengatakan bahwa katarsis tidak selalu efektif dalam mengatasi masalah emosional, terutama jika tidak diiringi dengan upaya pemecahan masalah yang nyata.

Selain itu, konsep katarsis juga dipertanyakan dalam hal apakah semua orang merasakannya dengan cara yang sama. Terdapat konteks dan kondisi tertentu yang mempengaruhi efektivitas katarsis, seperti kondisi kesehatan mental individual dan keadaan lingkungan sekitar.

Pertimbangan etika terkait penggunaan konsep katarsis dalam praktik kesehatan mental juga perlu diperhatikan. Penting untuk memastikan bahwa pengalaman katarsis dilakukan dengan etika dan tanggung jawab, terutama dalam hal memperlakukan emosi seseorang dengan sensitivitas dan kehati-hatian. Hal ini dapat dilakukan melalui pendekatan terapi yang profesional dan terlatih, serta penggunaan teknik-teknik yang aman dan mendukung.

Untuk membantu meningkatkan kesejahteraan mental, saran praktis bagi pembaca adalah dengan menjalani pengalaman katarsis dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, melalui kegiatan seni, olahraga, atau terapi berbicara. Disiplin diri dalam mengekspresikan emosi dengan sehat juga dapat membantu menjaga kesejahteraan mental. Dengan demikian, pengalaman katarsis dapat menjadi sarana yang efektif untuk melampiaskan emosi dan mengurangi stres, asalkan dilakukan dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya