Liputan6.com, Jakarta - Kata bersinonim memiliki peran penting dalam memperkaya dan menghidupkan bahasa Indonesia. Dalam pemahaman dasarnya, kata bersinonim merujuk pada dua kata atau lebih yang memiliki makna yang serupa. Penting memahami arti kata bersinonim karena hal ini tidak hanya menghindari pengulangan kata yang monoton.
Baca Juga
Advertisement
Sebagai contoh, kata "senang" dan "gembira" bersinonim, namun penggunaan keduanya dapat disesuaikan dengan nuansa yang diinginkan dalam percakapan. Pemahaman akan kegunaan kata bersinonim tidak hanya memperkaya kosakata, tetapi juga melatih kepekaan terhadap situasi komunikasi yang berbeda.
Beberapa faktor memengaruhi pemilihan kata bersinonim, termasuk tingkat keformalan, aspek sosial, dan bidang kegiatan. Dalam dunia bahasa yang dinamis, pemahaman akan faktor-faktor ini memberikan wawasan lebih dalam dalam menggunakan kata bersinonim secara tepat, menghindari kesalahan interpretasi, dan memperkaya komunikasi.
Simak penjelasan lengkapnya. Berikut Liputan6.com ulas penjelasan lengkap kata bersinonim yang dimaksudkan, Rabu (24/1/2024).
Kata Bersinonim Memperkaya Bahasa Seseorang
Kata bersinonim memiliki peran sentral dalam memperkaya dan menghidupkan bahasa seseorang. Dalam pandangan Nani Yulianti, seorang ahli bahasa dalam bukunya "Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi," sinonim diartikan sebagai dua kata atau lebih yang memiliki makna yang sama. Penggunaan sinonim bertujuan untuk mencegah kebosanan dalam pemakaian kata-kata, sehingga menghasilkan kalimat yang lebih variatif dan menarik.
Definisi Menurut KBBI
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), sinonim merupakan bentuk bahasa yang memiliki makna mirip atau sama dengan bentuk bahasa lain. Hal ini menekankan bahwa kata bersinonim memungkinkan seseorang untuk memilih variasi kata yang sesuai dengan konteks tanpa mengubah makna secara signifikan.
Kata "sinonim" berasal dari bahasa Yunani Kuno, di mana "onoma" berarti nama, dan "syn" artinya dengan. Oleh karena itu, sinonim dapat diartikan sebagai nama lain untuk benda atau hal yang sama. Ini menunjukkan bahwa pemakaian kata bersinonim mencerminkan kekayaan bahasa yang memungkinkan pemilihan variasi kata yang sesuai dengan konteksnya.
Jenis-Jenis Sinonim
Aisyah Atikah dalam karyanya 'Kamus Pintar Sinonim Antonim dan EYD Indonesia' mengelompokkan sinonim menjadi tiga jenis. Pertama, sinonim mutlak, yaitu kata-kata yang dapat bertukar tempat dalam berbagai konteks kebahasaan tanpa mengubah makna struktural dan leksikal dalam rangkaian kata, frasa, klausa, atau kalimat.
Kedua, sinonim semirip, memiliki pengertian yang sama dengan sinonim mutlak, namun hanya dapat bertukar tempat dalam konteks tertentu saja. Ketiga, sinonim selingkung, yaitu kata-kata yang dapat saling mengganti dalam satu konteks kebahasaan tertentu secara struktural dan leksikal.
Kesimpulannya, kata bersinonim artinya memiliki peran vital dalam menjaga keberagaman dan kesejajaran makna dalam bahasa Indonesia. Mampu memahami dan mengaplikasikan kata bersinonim, seseorang dapat meningkatkan ekspresi bahasa dan mencegah kejenuhan dalam penyampaian pesan.
Oleh karena itu, pemahaman akan arti kata bersinonim menjadi kunci dalam memperkaya dan menghidupkan penggunaan bahasa Indonesia sehari-hari.
Advertisement
Faktor Pemengaruh Penggunaan Kata Bersinonim
Ada kurang lebih enam faktor-faktor yang memengaruhi pemilihan kata bersinonim dalam bahasa Indonesia yang Liputan6.com lansir dari berbagai sumber. Di antaranya:
- Faktor Keformalan: Faktor keformalan memegang peranan penting dalam menentukan tingkat kesopanan dan keformalan suatu kata. Sebagai ilustrasi, pertimbangkan kata "uang" yang memiliki padanan sinonim, yaitu "duit." Meskipun keduanya memiliki makna yang sama, "uang" lebih cenderung digunakan dalam konteks percakapan formal atau resmi, sedangkan "duit" lebih umum digunakan dalam percakapan informal atau santai.
- Faktor Sosial: Konteks sosial menjadi faktor lain yang memengaruhi pemilihan kata bersinonim. Sebagai contoh, kata "saya" dan "aku" memiliki makna yang setara. Namun, "saya" lebih sesuai dalam percakapan yang melibatkan keformalan dengan berbagai lapisan masyarakat, sementara "aku" lebih akrab dan sesuai untuk percakapan informal, terutama dengan teman sebaya, teman akrab, atau orang yang lebih muda.
- Faktor Bidang Kegiatan: Kaitan dengan bidang kegiatan atau konteks penggunaan kata juga memainkan peran dalam pemilihan kata bersinonim. Sebagai contoh, pertimbangkan kata "matahari" dan "surya." Meskipun keduanya bersinonim, "matahari" lebih umum digunakan dalam kegiatan sehari-hari, sementara "surya" lebih sering ditemukan dalam konteks kegiatan khusus, seperti dalam karya sastra atau diskusi filosofis.
- Faktor Nuansa Makna: Faktor ini berkaitan dengan perbedaan nuansa makna antara kata bersinonim. Ambil sebagai contoh kata-kata seperti "melihat," "melirik," "menonton," dan "mengintip" yang semuanya memiliki makna yang serupa, yaitu memperhatikan sesuatu menggunakan indra penglihatan. Namun, setiap kata membawa nuansa yang berbeda, seperti "melirik" yang menunjukkan memperhatikan sesuatu dengan sudut mata.
- Faktor Waktu: Faktor waktu mencerminkan relevansi kata dalam konteks sejarah atau perkembangan zaman. Sebagai ilustrasi, kata "hulubalang" dan "komandan" memiliki makna yang setara, namun "hulubalang" membawa konotasi klasik, sementara "komandan" lebih sesuai untuk situasi modern. Oleh karena itu, pemilihan kata tergantung pada situasi atau konteks waktu tertentu.
- Faktor Tempat atau Wilayah: Pilihan kata bersinonim juga dapat dipengaruhi oleh konteks geografis. Misalnya, pasangan kata "saya" dan "beta" memang sinonim, tetapi preferensi penggunaannya dapat bervariasi berdasarkan wilayah. "Saya" digunakan di seluruh Indonesia, sementara "beta" lebih cocok dalam konteks percakapan dengan masyarakat Indonesia timur atau dalam situasi yang melibatkan wilayah tersebut.