Mengenal Penyakit Kista, Pahami Penyebab, Gejala, dan Pengobatannya

Kemunculan penyakit kista di daerah yang sensitif, seperti daerah genital juga bisa menimbulkan ketidaknyamanan yang signifikan.

oleh Fitriyani Puspa Samodra diperbarui 13 Feb 2024, 16:50 WIB
Diterbitkan 13 Feb 2024, 16:50 WIB
Menghindari Risiko Penyakit Jantung
Ilustrasi Kemunculan penyakit kista di daerah yang sensitif, seperti daerah genital juga bisa menimbulkan ketidaknyamanan yang signifikan. Credit: pexels.com/pixabay

Liputan6.com, Jakarta Penyakit kista merupakan suatu benjolan di bawah kulit yang mengandung cairan, udara, nanah, atau bahan padat seperti rambut. Kondisi ini bisa muncul di berbagai bagian tubuh dan umumnya tidak bersifat kanker atau tumor ganas. Meskipun biasanya terjadi di bawah kulit, kista juga bisa tumbuh di organ dalam tubuh seperti ovarium.

Gejala penyakit kista bervariasi tergantung pada lokasi dan ukurannya. Secara umum, kista cenderung berkembang perlahan dan tidak menimbulkan rasa sakit. Namun, ketika kista membesar dan menekan organ di sekitarnya, atau bahkan pecah dan terinfeksi, dapat menyebabkan ketidaknyamanan dan nyeri. Kemunculan penyakit kista di daerah yang sensitif, seperti daerah genital juga bisa menimbulkan ketidaknyamanan yang signifikan.

Pengobatan kista tergantung pada sejumlah faktor, termasuk ukuran, lokasi, dan gejala yang dialami oleh individu. Terapi bisa meliputi pemberian obat-obatan untuk mengurangi gejala atau pengangkatan kista secara bedah jika diperlukan. Berikut ulasan lebih lanjut tentang apa itu penyakit kista yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Selasa (13/2/2024).

Penyebab dan Faktor Resiko Penyakit Kista

Faktor Genetik
Ilustrasi Faktor Genetik Credit: pexels.com/Gem

Penyakit kista dapat memiliki beragam penyebab, berikut diantaranya. 

1. Kondisi Genetik

Faktor genetik dapat memainkan peran dalam meningkatkan risiko seseorang terkena kista.

2. Tumor

Kista dapat berkembang sebagai bagian dari tumor, meskipun kista itu sendiri umumnya bukan tumor ganas.

3. Infeksi

Infeksi dapat memicu pembentukan kista, terutama jika terjadi peradangan kronis.

4. Kelainan pada Perkembangan Embrio

Beberapa kista dapat terbentuk sebagai akibat dari kelainan pada perkembangan embrio.

5. Cacat pada Sel

Kerusakan atau cacat pada sel-sel tubuh juga dapat menjadi pemicu bagi pembentukan kista.

6. Kondisi Inflamasi Kronis

Kondisi-kondisi inflamasi kronis, seperti endometriosis, dapat memicu pembentukan kista.

7. Penyumbatan pada Saluran Tubuh

Penyumbatan pada saluran tubuh juga dapat menjadi pemicu bagi pembentukan kista.

8. Parasit

Infestasi parasit tertentu juga dapat berkontribusi pada pembentukan kista.

9. Cedera

Cedera pada jaringan tubuh juga dapat menjadi faktor pemicu bagi pembentukan kista.

Selain faktor penyebab di atas, ada beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan seseorang mengalami kista, berikut diantaranya.

1. Usia

Wanita yang berada dalam rentang usia pubertas sampai menopause memiliki risiko lebih tinggi terkena kista ovarium.

2. Sindrom Ovarium Polikistik (PCOS)

Wanita dengan PCOS memiliki risiko lebih tinggi terkena kista ovarium.

3. Endometriosis

Kondisi endometriosis juga dapat meningkatkan risiko pembentukan kista, terutama kista endometrioma.

4. Penggunaan Obat Penyubur Kandungan

Penggunaan obat penyubur kandungan dapat meningkatkan risiko pembentukan kista ovarium, terutama dalam jenis kista fungsional.

5. Kemoterapi dengan Tamoxifen

Wanita yang menjalani kemoterapi dengan tamoxifen untuk kanker payudara memiliki risiko lebih tinggi terkena kista ovarium.

Penting untuk diingat bahwa setiap individu memiliki faktor risiko yang unik, dan bukan berarti semua orang dengan faktor risiko ini akan mengalami kista. Namun, pemahaman tentang faktor penyebab dan risiko dapat membantu dalam pencegahan dan manajemen kondisi ini.

Gejala Penyakit Kista

Ilustrasi sakit perut
Ilustrasi sakit perut. (Photo by Freepik)

Kista dapat menunjukkan berbagai gejala, tergantung pada lokasi dan ukurannya. Gejala utama kista biasanya termanifestasi dalam bentuk benjolan yang muncul di berbagai bagian tubuh, seperti wajah, leher, dada, punggung, kulit kepala, telapak tangan, dan telapak kaki. Namun, jika kista tumbuh di dalam tubuh, terutama di area seperti payudara atau ovarium, perkembangan benjolan mungkin tidak dapat dirasakan dengan jelas.

Pertumbuhan kista cenderung sangat lambat dan tidak menyebabkan rasa nyeri pada kebanyakan kasus, kecuali jika terjadi infeksi. Gejala kista yang terinfeksi dapat mencakup keluarnya darah atau nanah berbau tidak sedap dari benjolan, kemerahan di kulit sekitar area kista, nyeri, kaku, atau kesemutan terutama di sekitar area kista, serta mual, muntah, demam, dan pusing. Selain itu, kondisi ini juga dapat menyebabkan rasa tidak nyaman secara umum.

Ketika ukuran kista sangat besar, kista dapat menekan saraf atau pembuluh darah, tumbuh di area yang sensitif, atau bahkan memengaruhi fungsi organ tubuh yang terdekat. Hal ini dapat menyebabkan gejala tambahan seperti nyeri, ketidaknyamanan, atau gangguan fungsi organ tersebut.

Penting untuk diingat bahwa gejala kista dapat bervariasi dari satu individu ke individu lainnya, dan tidak semua orang dengan kista akan mengalami gejala yang sama. Jika Anda mengalami gejala yang mencurigakan atau mengganggu, segera berkonsultasi dengan profesional medis untuk diagnosis dan pengelolaan yang tepat.

Jenis Penyakit Kista

ilustrasi kista jerawat. sumber: freepik
Tak hanya di rahim, jerawat juga memiliki kista. Kista adalah lesi besar berisi nanah yang terlihat seperti dengan bisul. Sama seperti nodul, kista jerawat sering kali menyakitkan dan harus ditangani oleh dokter kulit karena bisa menimbulkan bekas luka yang parah.

Ada beberapa jenis penyakit kista yang dapat dibedakan berdasarkan penyebab dan karakteristiknya, berikut diantaranya.

1. Kista Baker

Juga dikenal sebagai kista popliteal, kista ini muncul di belakang lutut dan seringkali disebabkan oleh radang sendi atau cedera lutut. Kista Baker dapat menyebabkan pembengkakan, nyeri, dan keterbatasan gerak pada lutut.

2. Kista Celah Brankial

Merupakan kelainan bawaan yang ditandai dengan benjolan di leher atau bawah tulang selangka. Kondisi ini biasanya terjadi pada tahap awal perkembangan janin.

3. Kista Epidermoid

Kista ini dapat muncul di kepala, leher, wajah, atau punggung. Biasanya berbentuk kecil, keras, berwarna kuning kecoklatan, dan berisi cairan kental berbau. Kista ini disebabkan oleh penumpukan protein keratin di bawah kulit.

4. Kista Ganglion

Benjolan ini terbentuk di sepanjang tendon atau persendian, seringkali muncul di lengan atau pergelangan tangan. Kista ganglion bisa disebabkan oleh cedera atau peradangan pada sendi.

5. Kalazion

Kista ini muncul di kelopak mata atas atau bawah akibat penyumbatan pada kelenjar minyak kelopak mata.

6. Mucocele

Benjolan berisi cairan ini terbentuk di bibir atau di sekitar mulut akibat penyumbatan pada kelenjar ludah.

7. Kista Ovarium

Terjadi di dalam atau di permukaan ovarium, seringkali tanpa gejala namun dapat menyebabkan nyeri panggul jika bertambah besar.

8. Kista Payudara

Benjolan berisi cairan yang muncul di payudara, dapat terasa lunak atau padat, dan disebabkan oleh penumpukan cairan di dalam kelenjar payudara.

9. Kista Pilar

Kista ini tumbuh di permukaan kulit, seringkali di kulit kepala, dan disebabkan oleh penumpukan keratin pada folikel rambut.

10. Kista Pilonidal

Benjolan di atas belahan bokong, biasanya berisi rambut dan kotoran, serta dapat menyebabkan nyeri jika terinfeksi.

11. Kista Aterom

Muncul di wajah, leher, dada, atau punggung dan disebabkan oleh penyumbatan pada kelenjar minyak.

12. Jerawat Kista

Jenis jerawat yang besar, berisi nanah, dan nyeri, seringkali disebabkan oleh kombinasi bakteri, minyak, dan sel kulit kering yang terperangkap di pori-pori.

Diagnosis dan Pengobatan Penyakit Kista

Ilustrasi tenaga medis/Unsplash Hush
Ilustrasi pemeriksaan medis/Unsplash Hush

Diagnosis dan pengobatan kista memerlukan pendekatan yang hati-hati dan sesuai dengan kondisi yang terjadi pada setiap individu. Berikut ini adalah prosedur diagnosis dan opsi pengobatan yang umum dilakukan.

Diagnosis Kista

1. Pemeriksaan Fisik

Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik pada benjolan untuk menentukan ukuran, tekstur, dan lokasinya.

2. Uji Pencitraan

Jika diperlukan, dokter mungkin akan merujuk pasien untuk menjalani uji pencitraan seperti USG, CT scan, atau MRI. Uji ini membantu dalam melihat struktur dan isi dari kista, serta memastikan apakah ada tanda-tanda kanker.

3. Biopsi

Dalam beberapa kasus, dokter mungkin akan melakukan biopsi dengan mengambil sampel jaringan dari kista untuk dianalisis di laboratorium. Hal ini membantu dalam menentukan apakah kista bersifat kanker atau tidak.

Pengobatan Kista

1. Observasi

Dalam beberapa kasus, kista mungkin dapat hilang dengan sendirinya tanpa memerlukan pengobatan khusus. Penggunaan kompres hangat dapat membantu mempercepat proses penyembuhan.

2. Pengobatan Medis

Dokter dapat meresepkan obat penghilang rasa sakit atau kortikosteroid untuk mengurangi peradangan dan gejala yang terkait dengan kista.

3. Aspirasi Cairan

Dokter dapat melakukan aspirasi kista dengan menusukkan jarum ke dalam kista untuk mengeluarkan cairan yang berlebihan. Prosedur ini dapat membantu mengurangi ukuran kista dan gejalanya.

4. Pengangkatan Melalui Operasi

Jika kista besar, menyebabkan gejala yang parah, atau tidak merespons terhadap pengobatan lainnya, dokter dapat merekomendasikan pengangkatan kista melalui prosedur operasi.

Pilihan pengobatan tergantung pada berbagai faktor, termasuk ukuran, lokasi, dan jenis kista, serta kondisi kesehatan umum pasien. Penting untuk berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan diagnosis yang akurat dan rencana pengobatan yang tepat.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya