Liputan6.com, Jakarta Stasiun Serang, yang terletak di Banten, merupakan salah satu peninggalan penting dari era kolonial Belanda yang kini menjadi aset cagar budaya. Dibangun pada akhir abad ke-19, stasiun ini memainkan peran vital dalam perkembangan transportasi dan ekonomi wilayah Serang. Statusnya sebagai cagar budaya menegaskan nilai historis dan arsitektural yang dimilikinya.
Baca Juga
Advertisement
Sejarah Stasiun Serang dimulai pada tahun 1899 ketika jalur kereta api Anyer Kidul-Batavia mulai dioperasikan oleh perusahaan kereta api Hindia Belanda, Staatsspoorwegen. Stasiun ini menjadi saksi bisu berbagai peristiwa bersejarah, termasuk masa-masa perjuangan kemerdekaan Indonesia. Struktur bangunan stasiun yang kokoh dan bergaya arsitektur kolonial tetap terjaga hingga kini, menjadi bukti keunggulan teknik dan estetika pada zamannya.
Pengakuan Stasiun Serang sebagai aset cagar budaya menandai upaya pelestarian warisan kolonial yang memiliki nilai edukatif dan wisata. Bangunan stasiun ini kini tidak hanya berfungsi sebagai tempat pemberhentian kereta, tetapi juga sebagai objek studi sejarah dan budaya bagi masyarakat dan pengunjung.
Berikut Liputan6.com ulas mengenai sejarah stasiun Serang yang telah dirangkum dari berbagai sumber, Rabu (29/5/2024).
Mangenal Stasiun Serang
Stasiun Serang (SG) merupakan stasiun kereta api kelas I yang terletak di Jalan Ki Tapa nomor 2, Kelurahan Cimuncang, Kecamatan Serang, Kota Serang, Banten. Stasiun yang terletak pada ketinggian +17 m ini termasuk dalam Daerah Operasi I Jakarta. Hanya ada satu kereta api yang melayani angkutan penumpang di stasiun ini, yaitu KA Commuter Line Merak.
Sebelumnya, stasiun ini juga melayani kereta api penumpang jarak jauh dan kereta api lokal seperti KA Kalimaya, Patas Merak, dan Krakatau. Per 1 April 2017, KA Kalimaya dan Patas Merak dinyatakan berhenti beroperasi karena digantikan oleh layanan baru KRL Commuter Line Rangkasbitung, dan pada tanggal yang sama rute KA Lokal Merak dipangkas menjadi hanya Rangkasbitung-Merak PP saja, dari yang sebelumnya Tanah Abang-Merak PP. Pada 17 Juli 2017, KA Krakatau ikut dipangkas rutenya menjadi Pasar Senen-Blitar PP dari yang sebelumnya Merak-Blitar PP, dan namanya diganti menjadi KA Singasari.
Advertisement
Sejarah Stasiun Serang
Stasiun Serang dibuka pada tanggal 1 Juli 1900 oleh perusahaan kereta api nasional Staatssporwegen (SS). Pembukaan Stasiun Serang bertepatan dengan pembukaan jalur KA Rangkasbitung-Serang sepanjang 34 km.
Sebelumnya, SS telah membangun jalur Batavia-Duri-Tangerang dan Duri-Rangkasbitung pada tahun 1899. Pembangunan jalur tersebut berdasarkan Staatblad 1896 Nomor 180 tanggal 15 Juli 1896, SS mendapat konsesi pembangunan kereta api Batavia-Anyer.
Dengan meningkatnya mobilitas penduduk di Kota Serang, peran penting Stasiun Kereta Kota Serang semakin terangkai dalam peta transportasi perkotaan. Sebagai titik hub vital, stasiun ini telah menjadi pusat pergerakan ribuan warga setiap harinya, menghubungkan mereka dengan tujuan-tujuan penting di wilayah sekitarnya.
Kehadiran Stasiun Kereta Kota Serang tidak hanya sekadar sarana transportasi, tetapi juga mencerminkan dinamika kehidupan masyarakat modern yang semakin bergantung pada keterhubungan yang efisien.
Saat mulai beroperasi, jalur kereta api Batavia-Serang-Anyer digunakan sebagai sarana pengangkutan hasil pertanian dan hortikultura seperti beras, kopi, karet, dan buah-buahan. Selain itu, keberadaan angkutan uap digunakan sebagai angkutan penumpang.
Gedung Stasiun Serang mempunyai gaya arsitektur India yang mengadaptasi gaya arsitektur Eropa dengan kondisi lingkungan alam tropis Indonesia. Bangunan Stasiun Serang berbentuk persegi panjang memanjang dari utara ke selatan menghadap ke barat. Atap bangunannya beratap pelana, dengan rangka kayu dan atap genteng. Pintu dan jendela pada gedung bertingkat semuanya menggunakan kerai kayu.
Bangunan Stasiun Serang identik dengan penggunaan garis lurus dan material alami. Platform bangunan menampilkan tiang-tiang kayu dengan desain sulur dan ampig di sisi kanan dan kiri. Keunikan bangunan stasiun Serang diwujudkan melalui penggunaan motif noc (hiasan atap) berbentuk bunga dan hiasan tanaman merambat pada atap pelana.
Info Rute di Stasiun Serang
Stasiun ini pada awalnya memiliki lima jalur dan memiliki banyak sepur simpang, namun kini hanya tersisa 3 dan sepur simpang di Stasiun ini ikut di bongkar karena sudah tidak dipergunakan lagi. Kini hany ada  satu kereta api yang melayani angkutan penumpang di stasiun ini, yaitu KA Commuter Line Merak.
Seperti yang pernah dijelaskan pada paragraf sebelumnya, dulunya stasiun Serang melayani rute perjalanan jarak jauh dan dilintasi oleh Kereta Api Kalimaya, Patas Merak, dan Krakatau. Namun sejak April 2017, stasiun ini tidak lagi melayani rute perjalanan jarak jauh lantaran Kereta Kalimaya dan Patas Merak berhenti beroperasi. Sebelumnya, Kereta Kalimaya melayani rute perjalanan Tanah Abang–Merak PP, sementara Patas Merak melayani rute Rangkasbitung–Merak. Setelah berhenti beroperasi, rute tersebut digantikan oleh KRL Commuter Line Tanah Abang–Rangkasbitung.Â
Pada tanggal yang sama, rute perjalan Kereta Lokal Merak juga dipangkas, dari yang sebelumnya melayani rute perjalanan Tanah Abang–Merak menjadi Rangkasbitung–Merak. Begitu pula dengan Kereta Krakatau, yang kemudian berganti nama menjadi KA Singasari. Rute perjalanan kereta ini juga dipangkas menjadi Pasar Senen–Blitar, dari yang sebelumnya Merak–Blitar.
Advertisement
Cara Naik KRL Merak Jurusan Stasiun Serang dari Jakarta
Berikut ini terdapat cara untuk naik KRL Merak Serang dari Jakarta, yakni:
- Pertama-tama, pergilah ke Stasiun Karet,
- Naik KRL yang menuju ke Stasiun Tanah Abang, bisa menggunakan KRL Angke, Jatinegara, atau Kampung Bandan,
- Saat sampai ke Stasiun Tanah Abang, naik kereta api yang menuju ke Stasiun Rangkasbitung yang berada di Kabupaten Lebak,
- Kemudian di Stasiun Rangkasbitung inilah kamu bisa membeli tiket dengan tujuan Stasiun Merak,
- Selanjutnya, kamu tinggal menikmati kurang lebih 2 jam perjalanan menuju Stasiun Merak hingga tiba di Serang.