Liputan6.com, Jakarta Meskipun sudah dikenal sejak film The Lion King dirilis pada 1994, arti Hakuna Matata masih menjadi teka-teki bagi banyak orang. Frasa ini, yang melekat kuat sebagai sebuah soundtrack, menciptakan sebuah citra yang menggoda tetapi juga misterius. Banyak yang mengaitkan kata-kata ini dengan pesan positif tentang hidup tanpa khawatir, namun sebenarnya, penafsiran yang lebih dalam dari Hakuna Matata mungkin memberikan sudut pandang yang lebih kompleks.
Bagi sebagian orang, makna Hakuna Matata bisa menjadi semacam jargon atau semboyan untuk menanggapi kehidupan dengan sikap santai dan bebas dari tekanan. Namun, apa yang sebenarnya tersirat di balik kata-kata ini, terutama dalam konteks budaya asalnya, dapat mengungkap makna yang lebih dalam dan universal. Dari perspektif ini, Hakuna Matata bisa dianggap sebagai suatu filosofi yang mencerminkan perjuangan dan pencarian arti dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan popularitas yang tak surut sejak pertama kali diucapkan dalam dunia Disney, Hakuna Matata tetap menjadi titik fokus perdebatan dan interpretasi yang terus berlanjut. Dalam konteksnya yang lebih luas, frasa ini mengajak untuk mempertanyakan apa arti sebenarnya dari hidup yang bebas dan tanpa kekhawatiran, serta bagaimana pandangan ini bisa diaplikasikan dalam realitas yang kompleks dan beragam.
Advertisement
Untuk Anda yang penasaran dan ingin tau makna dan arti Hakuna Matata, pada Jumat (31/5).
Arti Hakuna Matata
Dalam bahasa Swahili, istilah Hakuna Matata secara harfiah berarti "tanpa masalah" atau "semua akan baik-baik saja". Terjemahan ini menggambarkan sebuah sikap atau filosofi tentang hidup yang bebas dari kekhawatiran dan ketidakpastian. Istilah ini tidak hanya populer karena penggunaannya dalam lagu dari film "The Lion King" oleh Elton John dan Tim Rice, tetapi juga karena pesan yang terkandung di dalamnya yang seringkali dianggap sebagai penawar bagi kecemasan dan kesulitan dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut kamus, penggunaan Hakuna Matata dalam konteks bahasa sehari-hari adalah untuk membantu meredakan kekhawatiran seseorang terhadap masalah yang dihadapinya. Ini sering kali diartikan sebagai sebuah dorongan untuk menghadapi tantangan dengan sikap yang lebih optimis dan berani. Analoginya dalam budaya populer sering kali disamakan dengan istilah "YOLO" yang populer di kalangan muda-mudi, singkatan dari "You Only Live Once" yang menggambarkan semangat hidup dengan penuh semangat dan pengalaman.
Selain itu, "Hakuna Matata" juga diinterpretasikan dengan makna melakukan hal-hal baru atau bahkan berani karena kesadaran akan kependekan hidup. Pesan ini mengajak untuk menjalani hidup dengan keberanian dan mengambil risiko dalam meraih pengalaman-pengalaman baru yang memperkaya kehidupan. Misalnya, seseorang mungkin menggunakan frase ini untuk menggambarkan sikap santai dan percaya diri dalam menghadapi tantangan, seperti dalam kalimat, "Ketika keadaan menjadi buruk, ayah saya selalu mengatakan hakuna matata," yang menunjukkan bahwa dalam situasi sulit, sikap positif dan percaya diri dapat membantu mengatasi masalah.
Dengan demikian, "Hakuna Matata" tidak hanya sekadar frase yang menyenangkan dari film, tetapi juga membawa pesan yang dalam tentang sikap hidup yang optimis, berani, dan penuh semangat dalam menghadapi kehidupan.
Advertisement
Kontroversi Hakuna Matata dan Disney
Kontroversi seputar istilah "Hakuna Matata" muncul ketika Disney, melalui film "The Lion King" yang dirilis pada 1994, menggunakan frasa ini sebagai merek dagang. Sejak saat itu, Disney mengajukan untuk mematenkan frasa "Hakuna Matata". Namun, keputusan ini tidak berlangsung tanpa kontroversi, terutama ketika frasa tersebut mulai digunakan secara luas dalam penjualan merchandise oleh Disney.
Pada tahun 2003, Disney mendapat kecaman dan kritik keras terkait penggunaan frasa "Hakuna Matata" dalam konteks merek dagang. Salah satu yang paling vokal adalah Shelton Mpala, seorang aktivis dari Zimbabwe, yang membuat petisi online agar Disney menghentikan penggunaan frasa Hakuna Matata.
Argumentasinya adalah bahwa tindakan Disney mematenkan frasa ini dianggap sebagai bentuk penjajahan dan perampokan budaya atas warisan bahasa Kiswahili yang menjadi asal usul frasa tersebut. Petisi yang dibuat oleh Mpala mendapatkan dukungan ribuan orang yang menyuarakan pandangan serupa.
Faktanya, frasa "Hakuna Matata" sudah lama digunakan oleh negara-negara yang berbahasa Kiswahili, seperti Tanzania, Kenya, Uganda, Rwanda, Burundi, Mozambique, dan Republik Demokrat Kongo. Oleh karena itu, banyak pihak berpendapat bahwa Disney seharusnya tidak memiliki hak eksklusif atas frasa ini karena merupakan bagian dari warisan budaya yang lebih luas. Pihak-pihak yang mendukung kampanye untuk menghentikan penggunaan frasa ini oleh Disney menyoroti pentingnya penghormatan terhadap kekayaan budaya dan bahasa masyarakat asal dari frasa tersebut.
Kontroversi seputar Hakuna Matata mencerminkan dilema yang seringkali timbul ketika budaya pop diambil, dimodifikasi, dan dipatenkan oleh entitas komersial, terutama ketika hal tersebut terkait dengan warisan budaya yang lebih besar. Diskusi ini menggarisbawahi pentingnya menghormati dan melindungi kekayaan budaya dan bahasa dari eksploitasi komersial yang mungkin merugikan atau mengurangi nilai keasliannya.