Liputan6.com, Jakarta Penyelenggara Olimpiade setiap tahunnya pasti dengan gembira menyediakan ratusan ribu kondom untuk para atlet dan kontingen yang berpartisipasi. Panitia sadar bahwa mereka tidak hanya mempersiapkan medali dan trofi, tetapi juga memastikan bahwa kebutuhan intim para atlet terpenuhi dengan baik. Dalam upaya memastikan kesehatan dan kenyamanan atlet-atlet yang berjuang keras meraih medali terbaik itu, penyelenggara Olimpiade tak ragu untuk memenuhi permintaan mereka akan perlengkapan ini.
Dengan berbagai merek dan varian yang tersedia, para atlet dapat memilih dengan bebas dan merasa yakin bahwa kebutuhan mereka akan terpenuhi. Dalam dunia Olimpiade yang penuh semangat dan persaingan, penyelenggara memahami betapa pentingnya menjaga keseimbangan antara prestasi olahraga dan kebutuhan pribadi atlet-atlet yang berdedikasi.
Baca Juga
Terdekat adalah Olimpiade Paris 2024 yang berlangsung pada 26 Juli sampai Agustus 2024. Panitia Olimpiade Paris 2024 telah mengumumkan bahwa mereka akan membagikan lebih dari 200 ribu kondom kepada para atlet yang berpartisipasi dalam acara tersebut. Sejumlah fakta menarik pun berhasil dikulik di balik keberadaaan kondom di Olimpiade ini termasuk sejarah hingga serba-serbi di dalamnya. Berikut Liputan6.com akan merangkumnya untuk Anda dihimpun dari berbagai sumber, Kamis (18/7/2024).
Advertisement
Â
1. Sejarah Pembagian Kondom di Olimpiade
Kebijakan pembagian kondom di Olimpiade sebenarnya sudah berlangsung sejak lama dengan kampanye yang sama yakni meningkatkan kesadaran akan HIV dan AIDS. Menurut sejarahnya sebagaimana dihimpun Liputan6.com dari berbagai sumber, kondom pertama kali dibagikan kepada para peserta pada Olimpiade Seoul 1988. Sejak saat itu, Komite Olimpiade Internasional telah mendorong kota-kota tuan rumah Olimpiade untuk meluncurkan inisiatif penggunaan kondom di semua pertandingan.
Pada Olimpiade Sydney tahun 2000, penyelenggara bahkan harus memesan 20 ribu kondom tambahan karena jumlah awal sebesar 70 ribu ternyata tidak cukup. Rekor jumlah kondom yang dibagikan kemudian dipecahkan pada Olimpiade Rio 2016, di mana sebanyak 450 ribu kondom atau 42 buah per atlet diberikan kepada para peserta.
Tradisi ini kemudian dipertahankan hingga Olimpiade Tokyo 2020, yang terpaksa harus menghentikan tradisi ini karena adanya pandemi COVID-19.  Pada Olimpiade Musim Panas Tokyo 2020 yang diselenggarakan pada 2021 lantaran pandemi Covid-19 tersebut, panitia membuat kebijakan khusus. Sebanyak 160.000 kondom pada Olimpiade Tokyo 2020 tidak boleh dipakai. Kondom-kondom itu hanya menjadi suvenir Olimpiade Tokyo 2020.
Â
Advertisement
2. Mekanisme Pembagian Kondom di Olimpiade Paris 2024
Dihimpun Liputan6.com dari laman USA Today, pembagian kondom akan kembali ditradisikan di Olimpiade Paris 2024. Panitia Penyelenggara Olimpiade 2024 mengumumkan akan menyediakan lebih dari 200 ribu kondom untuk para kontingen. Kondom-kondom ini akan tersedia di Olympic Village, sebagai bagian dari kampanye kesehatan seksual yang bertujuan untuk mengutamakan keamanan dan kenikmatan.
Mekanisme pembagiannya adalah lebih dari 200.000 ribu untuk kondom pria, 20.000 kondom wanita, dan 10.000 dental dam di Paris Olympic Village. Komplek tersebut akan menjadi rumah bagi sekitar 14.500 atlet yang akan bertanding di pesta olahraga terbesar di dunia. Selain itu penyelenggara Olimpiade Paris 2024 juga akan menyediakan pusat tes kesehatan seksual untuk para atlet, serta memberikan edukasi mengenai kesehatan seksual.
Semua bermuara pada tujuan besar untuk mencegah bahaya HIV dan AIDS. Sejauh ini kebijakan pembagian kondom di event Olimpiade agaknya diterima baik oleh para atlet, kontingen, dan masyarakat luas dengan mempertimbangkan tujuan yang diusung. Meskipun tentunya penting juga untuk mematuhi mekanisme yang telah disepakati.Â
3. Pembagian Kondom di Olimpiade Paris 2024 dapat Pujian
Kebijakan pembagian kondom di Olimpiade Paris 2024 yang melanjutkan tradisi sebelumnya rupanya mendapatkan apreasi dari sejumlah kalangan. Salah satu yang memuji adalah Anne Philpott, pendiri The Pleasure Project, sebuah organisasi internasional yang memperjuangkan Pendidikan seks inklusif. Dalam paparannya, dia memuji keputusan Paris untuk menggabungkan inisiatif pendidikan seks dan kenikmatan.
"Selama ini, dunia kesehatan masyarakat belum benar-benar melaksanakan tugasnya dengan baik dalam mempromosikan seks yang aman," ujar Anne Philpott dikutip dari laman Erie News Now.Â
Dia menjelaskan bahwa mempromosikan penggunaan kondom semata-mata untuk menghindari konsekuensi negatif tidaklah efektif. Sebaliknya, ia berpendapat bahwa cara yang paling produktif untuk mendorong seks yang aman adalah dengan memahami alasan mengapa orang melakukan hubungan seks.
"Banyak orang menganggap kesenangan sebagai hal yang remeh atau hanya sebagai pelengkap belaka. Namun, sekarang kita tahu bahwa jika kita mengintegrasikan pertimbangan kesenangan ke dalam intervensi kesehatan seksual sejak awal epidemi AIDS, kita akan dapat menyelamatkan lebih banyak nyawa," sambungnya.
Advertisement
4. Bakal Beri Fasilitas untuk Kesehatan Mental
Sementara itu, untuk pertama kalinya selama Olimpiade, penyelenggara Olimpiade Paris mengumumkan adanya ruang khusus yang akan diperuntukkan bagi kesehatan mental.
"Kami memiliki peserta yang terkadang masih sangat muda, yang tumbuh dengan pengaruh jejaring sosial dan layar, dan mereka tidak selalu memiliki praktik yang benar. Tidak semua atlet beruntung memiliki manajer komunitas," ungkap Koordinator Pertolongan Pertama, Laurent Dalard.
Dalard juga menambahkan bahwa kampanye kesadaran mengenai cyberbullying akan ditujukan kepada para atlet, mengingat media sosial dapat menjadi sumber tekanan bagi mereka, terutama setelah mengalami kekalahan dalam perlombaan, dengan adanya komentar-komentar yang bersifat seksis, rasis, dan menghina terkait dengan penampilan fisik, berat badan, dan sebagainya.
5. Tingkatkan Keamanan Ekstra di Olimpiade Paris 2024
Selain menjamin keamanan ekstra seputar masalah seksual, Prancis sebagai tuan rumah juga akan menyiapkan keamanan ekstra dalam hajatan Olimpiade Paris 2024. Menurut Darmanin, Prancis menempuh upaya-upaya besar dan mengalokasikan sumber daya keamanan demi menjamin keamanan Olimpiade 2024. Pasalnya Paris akan mengerahkan 45.000 polisi dan petugas keamanan lain, yang antara lain termasuk para penembak jitu dan petugas-petugas khusus yang ditempatkan di kapal-kapal.
Selain itu, Prancis juga akan menutup penerbangan dalam radius 150 km dari kota Paris dengan tujuan untuk mencegah serangan teror yang menggunakan drone. Merea juga meminta bantuan kepada 46 negara untuk menghadirkan 2.000 polisi tambahan guna menjaga keamanan Olimpiade Paris sebagaimana dikutip dari Antara. Bisa jadi Olimpiade Paris 2024 mendatang akan menjadi Olimpiade yang paling dijaga ketat.
Â
Â
Advertisement