Si Kecil Temperamen? Kenali 4 Cara Tepat untuk Mengatasi dan Mencegahnya

Mari mencari tahu bersama bagaimana mengatasi anak yang tantrum dengan tepat.

oleh Miranti diperbarui 06 Agu 2024, 11:48 WIB
Diterbitkan 06 Agu 2024, 11:48 WIB
ibu dan anak
Ilustrasi ibu dan anak/copyright freepik.com/bristekjegor

Liputan6.com, Jakarta Anak-anak berusia 2-3 tahun sering mengalami masa tantrum, Akan tetapi hal tersebut bisa terus berlanjut hingga mereka dewasa. Beberapa anak kehilangan kendali atas emosi mereka dalam beberapa kesempatan, sementara ada juga yang mengalami kesulitan ketika tidak mendapatkan apa yang mereka inginkan.

Menghadapi tantrum yang terjadi pada anak adalah tugas yang sulit karena seringkali mereka sendiri tidak tahu apa yang mereka inginkan dengan jelas. Orangtua harus tetap bersabar dan berpikiran positif saat anak sedang tantrum, serta mengambil langkah-langkah untuk meredakannya.

Artikel ini akan membahas langkah-langkah tepat apa saja untuk orang tua mengatasi anak yang temperamen? Berikut adalah penjelasannya sebagaimana dihimpun Liputan6.com dari berbagai sumber pada Selasa (6/8/2024):

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


1. Bantu anak mengomunikasikan keinginannya

Ibu dan anak
Biasanya, anak-anak yang temperamen sulit untuk mengungkapkan perasaannya. (Foto: Pexels/Jep Gambardella)

Anak yang tantrum adalah anak yang tidak memiliki kontrol yang baik terhadap dirinya sendiri untuk berdamai dengan rasa frustasi dan amarahnya. Jika anak sedang tantrum, Anda dapat membantunya untuk mencari apa yang salah. Apabila diperlukan, Anda dapat memberikan waktu sejenak untuknya tenang secara sendirinya atau mengingatkannya tentang peraturan yang ada.

Terus ingatkan anak untuk berbicara dengan jelas dan tidak berbicara dengan ogah-ogahan maupun secara tidak jelas. Ingatkan mereka untuk tidak berteriak, mengeluh, atau melempar barang dan minta mereka untuk menarik napas panjang. Saat anak sudah tenang, tanyakan pada mereka apa yang membuat mereka marah.

Hal tersebut dapat membantu anak untuk mengutarakan perasaannya melalui kata-kata dan membantunya mencari jalan keluar dari rasa frustasinya. Namun, jangan menekannya untuk mengutarakan perasaannya ketika ia belum tenang. Mungkin mereka membutuhkan waktu untuk dapat membicarakannya dan orangtua harus memberinya waktu sejenak.


2. Dengarkan dan beri respons yang baik

Ibu dan anak
Minta anak untuk berbagi perasaan mereka, keinginan mereka, dan alasan di baliknya. (Foto: Pexels/Yan Krukau)

Ketika anak sudah mampu untuk menyampaikan apa yang ia rasa, maka orangtua harus mendengarkannya dengan baik. Jika sang anak menghadapi kesulitan untuk mencari kata-kata yang tepat untuk menggambarkan perasaannya, kamu dapat membantunya mencari kata-kata. 

Jika ada orang yang mendengarkan dan memahaminya, biasanya anak-anak akan tenang. Namun, jangan lupa untuk ingatkan anak bahwa sikap yang buruk seperti tantrum bukanlah hal yang tepat sekalipun sedang merasakan emosi yang meledak-ledak. Ingatkan padanya bahwa semua bisa dilalui dengan cara yang baik, seperti menyampaikan perasaan secara jelas.

Jelaskan padanya bahwa rasa marah adalah hal yang normal terjadi, tetapi mengutarakan amarah dengan berteriak atau melempar barang adalah hal yang buruk. Coba bantu anak untuk berekspresi dengan cara yang aman sembari mendengarkan ceritanya.


3. Buat dan taati aturan yang ada

Memilih Gaya Parenting
Ilustrasi gaya parenting ibu ayah anak bahatia / Freepik by tirachardz

Bicarakan tentang peraturan yang ada di dalam keluarga dan apa yang kita ekspektasikan tentang mereka. Bicarakan dengan jelas dan tegas tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan, tentu tanpa melibatkan ancaman pada anak.

Anak-anak akan mengerti peraturan yang ada apabila disampaikan dengan jelas dan sederhana. Mereka akan memahami batasan-batasan yang ada dan menyampaikan apa yang mereka inginkan. Salah satu aturan yang dapat ditekankan adalah tidak ada yang berteriak di dalam rumah, gunakan kata-kata yang jelas agar semua orang bisa memahami apa yang diinginkan.


4. Ajarkan keterampilan mengelola emosi

Anak-anak perlu belajar cara mengenali dan mengelola emosi mereka. Bantu mereka mengidentifikasi perasaan yang mereka alami dan ajarkan strategi untuk menenangkan diri saat mereka merasa marah atau frustasi.

Cara menghindarkan anak dari sikap temperamen:

1. Pastikan anak tidur dengan cukup

Tidur sangat penting bagi sikap anak. Hubungan antara kurangnya istirahat dengan sikap anak mungkin tidak selalu jelas. Jika orang dewasa lelah, mereka akan menjadi sosok yang mudah marah atau lemas. Namun, ketika anak-anak tidak tidur dengan cukup, mereka akan memiliki sikap yang ekstrem.

2. Bantu anak melabeli emosi

Bantu anak terbiasa menyatakan perasaannya dan alasan yang menyertainya. Berdiskusi tentang apa yang ia rasakan dapat membantunya menjadi lebih tenang. Diskusi akan lebih berguna daripada beradu argumen. Jangan lupa untuk apresiasi anak ketika ia berani untuk membicarakannya perasaannya dengan baik.

3. Ajak anak untuk bergerak

Aktivitas fisik dapat membantu anak dengan temperamen tinggi. Ajak mereka untuk bermain di luar ruang atau melakukan olahraga yang mereka sukai. Karate, gulat, berlari, main badminton, hingga berenang dapat dilakukan untuk menjaga sikapnya agar tidak tantrum. Aktivitas-aktivitas fisik akan membantunya melepas stres dan juga menghabiskan energinya.

4. Apresiasi anak

Orangtua sering sekali kesulitan menghadapi anaknya yang memiliki emosi tidak stabil. Cobalah untuk memberikan komentar seputar bagaimana ia mengatasi situasi sulit. Coba untuk melihat hal positif walaupun anak sedang mengalami tantrum. Dengan memberikan apresiasi, maka anak-anak akan menggunakan cara tersebut untuk berurusan dengan emosinya.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya