Liputan6.com, Jakarta Ketika membahas masalah pencernaan, banyak orang sering kali menganggap maag dan asam lambung sebagai kondisi yang sama. Namun, walaupun keduanya sama-sama memengaruhi sistem pencernaan dan memiliki gejala yang mirip, maag dan asam lambung (atau refluks gastroesofagus/GERD) adalah dua kondisi yang berbeda.
Baca Juga
Advertisement
Perbedaan asam lambung dan maag perlu diketahui untuk dapat menangani masalah kesehatan pencernaan ini. Meskipun keduanya dapat menyebabkan ketidaknyamanan yang signifikan dan memiliki beberapa gejala yang tumpang tindih, perbedaan asam lambung dan maag terletak pada penyebab dan dampaknya terhadap sistem pencernaan.
Dalam artikel ini, kita akan membahas perbedaan asam lambung dan maag untuk memberikan pemahaman yang lebih jelas dan membantu dalam penanganan yang tepat terhadap kondisi-kondisi ini. Berikut ulasan lebih lanjut tentang perbedaan asam lambung dan maag yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Jumat (9/8/2024).
Definisi Asam Lambung dan Maag
Asam lambung atau refluks gastroesofagus/GERD adalah kondisi di mana asam lambung naik dari perut menuju kerongkongan, sebuah proses yang dikenal sebagai refluks asam. Penyebab utama GERD adalah melemahnya katup di bagian bawah kerongkongan, yang seharusnya mencegah asam lambung kembali naik.
Menurut American College of Gastroenterology, GERD dianggap terjadi jika refluks asam terjadi dua kali atau lebih dalam seminggu. Gejala GERD bisa mirip dengan maag, seperti rasa terbakar di dada dan sensasi seperti ada makanan yang tersangkut di tenggorokan. Gejala lain termasuk batuk kering dan kesulitan menelan. Diagnosis GERD umumnya dilakukan melalui evaluasi gejala dan frekuensinya oleh dokter atau ahli gastroenterologi.
Sedangkan Maag atau dispepsia, adalah gangguan yang terjadi di lambung dan ditandai dengan gejala seperti nyeri atau rasa terbakar di ulu hati, rasa penuh atau tidak nyaman setelah makan, serta cepat kenyang. Menurut National Institutes of Health, maag adalah kondisi yang cukup umum, dengan lebih dari 60 juta orang di Amerika Serikat mengalaminya setidaknya sebulan sekali.
Maag dibagi menjadi dua kategori utama, yaitu dispepsia fungsional dan dispepsia organik. Dispepsia fungsional memiliki gejala berupa nyeri atau ketidaknyamanan setelah makan tidak diikuti dengan adanya perubahan struktur atau kerusakan mukosa lambung pada pemeriksaan endoskopi. Dispepsia organik menimbulkan gejala yang disertai dengan perubahan struktur pada lambung yang dapat dibagi menjadi tiga kondisi utama
Perubahan struktur lambung akibat dispepsia organik yang pertama adalah, luka pada mukosa lambung atau duodenum, biasanya disebabkan oleh penggunaan obat-obatan tertentu atau infeksi bakteri H. pylori. Gejala ulkus gaster meliputi nyeri 1-2 jam setelah makan, nyeri yang dipicu makanan, sering muntah, dan perdarahan. Ulkus duodenum biasanya menimbulkan nyeri 2-4 jam setelah makan, dengan makanan meredakan nyeri, serta manifestasi perdarahan yang sering kali berupa BAB hitam.
Perubahan struktur lambung akibat dispepsia organik yang kedua berupa peradangan pada lapisan pelindung lambung, sering disebabkan oleh pola makan yang tidak sehat. Perubahan struktur lambung akibat dispepsia organik yang terakhir adalah kanker lambung yang biasanya disertai penurunan berat badan progresif, anemia, dan adanya massa di perut.
Advertisement
Perbedaan Penyebab Asam Lambung dan Maag
Maag atau dispepsia, adalah gangguan pencernaan yang mempengaruhi dinding lambung. Meskipun masyarakat sering mengaitkan maag dengan terlambat makan, sebenarnya penyebab maag jauh lebih beragam. Berikut beberapa faktor penyebab maag.
- Stres: Tekanan psikologis dapat memicu produksi asam lambung berlebih yang mengiritasi dinding lambung.
- Konsumsi Alkohol dan Merokok: Kedua kebiasaan ini dapat merusak lapisan pelindung lambung dan memperburuk gejala maag.
- Minuman Tinggi Kafein: Kafein yang terkandung dalam teh dan kopi dapat merangsang produksi asam lambung yang berlebihan.
- Penyakit Autoimun: Kondisi ini dapat menyebabkan peradangan pada lambung.
- Obat-obatan Tertentu: Penggunaan obat seperti aspirin dan ibuprofen dapat menyebabkan iritasi pada mukosa lambung.
- Infeksi Bakteri: Infeksi oleh bakteri H. pylori adalah salah satu penyebab utama maag.
Gejala maag timbul akibat peradangan dan iritasi pada dinding lambung, bukan pada esofagus.
Di lain sisi, Asam lambung atau GERD adalah kondisi di mana asam lambung naik ke kerongkongan (esofagus) dan menyebabkan iritasi, berikut penyebab utamanya.
- Melemahnya Katup Esofagus: Katup ini, yang terletak di bagian bawah kerongkongan, seharusnya mencegah asam lambung naik kembali. Ketika katup ini melemah, asam lambung dapat naik ke esofagus.
- Makan Terlalu Banyak: Konsumsi makanan berlebihan dapat menyebabkan tekanan pada perut, mendorong asam lambung naik ke esofagus.
- Posisi Tidur Setelah Makan: Berbaring setelah makan dapat mempermudah asam lambung mengalir kembali ke esofagus.
- Obat-obatan Tertentu: Beberapa obat yang mempengaruhi jantung dapat menyebabkan efek samping berupa GERD.
- Tekanan Perut Akibat Hernia Hiatal: Hernia hiatal dapat meningkatkan tekanan di area perut dan menyebabkan refluks asam lambung.
Pada GERD, asam lambung yang naik mengiritasi mukosa esofagus, menyebabkan gejala seperti nyeri dada dan kesulitan menelan. Sementara pada maag, iritasi hanya terjadi pada dinding lambung.
Perbedaan Gejala Asam Lambung dan Maag
Maag biasanya ditandai dengan gejala yang berkisar pada ketidaknyamanan di area perut bagian atas. Gejala maag umumnya bersifat lokal di perut dan bisa hilang timbul. Meskipun gejala ini dapat mengganggu, mereka biasanya tidak menyebar ke area tubuh lainnya. Berikut gejala utama maag.
- Perut Kembung di Bagian Atas: Perasaan penuh dan tidak nyaman di bagian atas perut.
- Perut Terasa Penuh Saat Makan: Rasa kenyang yang berlebihan meskipun makanan belum habis.
- Nyeri pada Ulu Hati: Nyeri atau rasa terbakar di area ulu hati yang mungkin bersifat intermiten.
- Buang Angin dan Bersendawa: Gejala ini sering terjadi sebagai respons tubuh terhadap produksi gas berlebih.
- Mual dan Muntah: Rasa mual yang bisa disertai dengan muntah, terutama setelah makan.
Sebaliknya, GERD sering kali menyebabkan gejala yang lebih berat dan dapat memengaruhi berbagai aspek tubuh. Berikut gejala GERD.
Sensasi Terbakar di Dada (Heartburn): Rasa terbakar yang terasa pada dada, sering kali terjadi dua kali atau lebih dalam seminggu.
- Regurgitasi: Makanan atau asam lambung naik kembali ke kerongkongan, memberikan rasa tidak nyaman atau mual.
- Dada Terasa Nyeri: Nyeri di dada yang mungkin mirip dengan gejala serangan jantung.
- Kesulitan Menelan: Sensasi seperti ada sesuatu yang mengganjal di tenggorokan dan kesulitan saat menelan.
Dada Terasa Terbakar Setelah Makan: Terutama setelah makan, dengan kemungkinan memburuk di malam hari.
- Selain gejala utama tersebut, GERD juga dapat menyebabkan,
- Batuk Kronis: Batuk yang tidak kunjung sembuh, sering kali akibat iritasi tenggorokan.
- Tidur Terganggu: Kesulitan tidur karena rasa tidak nyaman di dada dan kerongkongan.
- Radang Tenggorokan: Tenggorokan yang terasa iritasi atau meradang akibat paparan asam.
- Sesak Napas Seperti Asma: Sesak napas yang mirip dengan gejala asma, dapat terjadi jika refluks asam mengiritasi saluran pernapasan.
Jika tidak diobati, gejala GERD dapat berkembang menjadi masalah yang lebih serius, seperti sesak napas atau rasa sakit di sekitar rahang, yang dapat menyerupai gejala serangan jantung. Karena gejala ini bisa mirip dengan kondisi jantung, penting untuk segera memeriksakan diri ke dokter jika Anda mengalami gejala tersebut.
Advertisement
Perbedaan Anatomi Asam Lambung dan Maag
Memahami perbedaan anatomi antara GERD (Gastroesophageal Reflux Disease) dan maag dapat memberikan wawasan yang lebih jelas tentang bagaimana kedua kondisi ini memengaruhi sistem pencernaan kita. Meskipun keduanya melibatkan masalah dengan asam lambung, titik fokus anatomi dari masing-masing kondisi berbeda.
GERD terjadi akibat gangguan pada fungsi sfingter esofagus bawah (LES), yaitu otot cincin yang terletak di bagian bawah kerongkongan. Fungsi utama LES adalah untuk mencegah asam lambung dan isi perut naik kembali ke kerongkongan setelah makanan masuk ke lambung. Jika LES mengalami iritasi, kerusakan, atau melemah, kemampuannya untuk menutup dengan baik berkurang. Akibatnya, asam lambung dan isi perut bisa naik ke kerongkongan, menyebabkan gejala seperti sensasi terbakar di dada (heartburn) dan regurgitasi.
Secara anatomi, masalah dalam GERD terletak pada area sfingter esofagus dan kerongkongan, di mana iritasi akibat paparan asam lambung mengganggu fungsi normal dan menyebabkan ketidaknyamanan. Ini dapat mengakibatkan kerusakan pada mukosa esofagus jika tidak ditangani.
Maag di sisi lain, berkaitan dengan iritasi pada dinding lambung. Dalam kasus dispepsia fungsional, tidak ada kelainan struktural atau kerusakan mukosa lambung yang ditemukan pada pemeriksaan endoskopi. Gejala maag muncul sebagai akibat dari gangguan pada mukosa lambung, yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti stres, infeksi, atau konsumsi zat tertentu, tetapi tanpa adanya perubahan struktural yang terlihat secara jelas.
Secara anatomi, maag fokus pada dinding lambung dan peradangan atau iritasi yang terjadi di sana. Ini berbeda dari GERD yang berhubungan dengan masalah pada LES dan kerongkongan. Dalam kasus maag, iritasi terlokalisasi pada lambung, sementara pada GERD, masalah terjadi di area transisi antara kerongkongan dan lambung.
Perbedaan Pengobatan Asam Lambung dan Maag
Mengatasi masalah pencernaan seperti asam lambung dan maag memerlukan pendekatan pengobatan yang berbeda, mengingat perbedaan dalam penyebab dan mekanisme masing-masing kondisi.
Pengobatan Maag
Pengobatan untuk maag, atau gastritis, disesuaikan dengan penyebab spesifik dari kondisi tersebut, seperti berikut.
1. Terapi Up Regulation
Untuk mengatasi gejala maag ringan atau dispepsia fungsional, terapi lini pertama sering menggunakan antasida, seperti magnesium hidroksida atau aluminium hidroksida, untuk menetralkan asam lambung. Jika antasida tidak memadai, obat yang lebih kuat seperti cimetidine atau ranitidine (H2-receptor antagonists) dapat digunakan.
2. Terapi untuk Ulkus Peptik
Untuk ulkus peptik, pengobatan difokuskan pada pengurangan produksi asam lambung melalui penggunaan penghambat pompa proton (PPI) seperti lansoprazole, omeprazole, dan esomeprazole. Terapi ini bertujuan untuk menyembuhkan mukosa lambung dan mengurangi rasa nyeri.
3. Terapi Eradikasi untuk Infeksi H. pylori
Jika infeksi oleh bakteri H. pylori ditemukan sebagai penyebab maag, terapi eradikasi dengan antibiotik seperti klaritromisin, amoxicillin, dan metronidazole digunakan untuk menghilangkan bakteri penyebab infeksi.
4. Menghentikan Penggunaan Obat-obatan
Jika maag disebabkan oleh konsumsi obat anti-inflamasi non-steroid (NSAID), menghentikan penggunaan obat tersebut adalah langkah penting dalam pengobatan.
Pengobatan Asam Lambung
Pengobatan asam lambung berfokus pada meningkatkan fungsi sfingter esofagus bawah dan mengurangi produksi asam lambung untuk mencegah refluks
1. Penghambat Pompa Proton (PPI)
Terapi utama untuk GERD adalah penggunaan PPI selama sekitar 8 minggu untuk mengurangi produksi asam lambung secara efektif. PPI seperti lansoprazole, omeprazole, dan esomeprazole membantu mengurangi gejala refluks.
2. Antasida
Antasida dapat digunakan untuk menetralkan asam lambung dan memberikan peredaan cepat terhadap gejala heartburn. Namun, antasida harus diberikan dengan jeda waktu sekitar 2 jam setelah PPI, karena dapat mengurangi efektivitas PPI jika dikonsumsi bersamaan.
3. Obat-obatan Prokinetik
Obat ini dapat digunakan untuk mempercepat pengosongan lambung dan meningkatkan motilitas esofagus, membantu mengurangi gejala refluks.
4. Operasi
Jika pengobatan medis tidak efektif, prosedur bedah seperti fundoplikasi (memperbaiki katup esofagus) atau penggunaan perangkat LINX (cincin magnet di sekitar LES) dapat dipertimbangkan untuk mengatasi GERD secara permanen.
5. Perubahan Gaya Hidup
Selain pengobatan medis, perubahan gaya hidup juga penting dalam manajemen GERD. Ini meliputi berhenti merokok, mengurangi berat badan, menghentikan konsumsi alkohol dan kopi, menghindari makan sebelum tidur, dan tidur dengan kepala sedikit ditinggikan.
Cara Mencegah GERD dan Maag
Asam lambung dan maag adalah kondisi pencernaan yang dapat dicegah dengan mengadopsi gaya hidup sehat dan beberapa kebiasaan baik. Berikut adalah beberapa langkah praktis yang dapat membantu mencegah kedua kondisi ini.
1. Makan dengan Tertib, Tidak Terlambat
Menjaga jadwal makan yang konsisten dan tidak terlambat dapat membantu menjaga kesehatan sistem pencernaan. Hindari makan terlalu larut malam, yang dapat menyebabkan peningkatan risiko refluks asam dan iritasi lambung.
2. Menghindari Makan dalam Porsi Besar
Makan dalam porsi besar dapat meningkatkan tekanan pada perut dan memperburuk gejala GERD atau maag. Disarankan untuk makan dalam porsi kecil dan sering sepanjang hari untuk mencegah overload pada sistem pencernaan.
3. Tidak Terburu-buru Saat Makan
Makan dengan cepat dapat menyebabkan Anda menelan udara berlebih, yang berpotensi meningkatkan produksi gas dan memperburuk gejala pencernaan. Luangkan waktu untuk makan perlahan dan kunyah makanan dengan baik.
3. Menghindari Berbaring Setelah Makan
Berbaring setelah makan dapat mempermudah asam lambung naik ke kerongkongan. Sebaiknya tunggu beberapa jam setelah makan sebelum berbaring atau tidur.
4. Menjaga Berat Badan Agar Tetap Stabil
Kelebihan berat badan dapat menambah tekanan pada perut dan meningkatkan risiko GERD serta maag. Menjaga berat badan dalam rentang sehat melalui diet seimbang dan olahraga teratur dapat membantu mencegah masalah pencernaan.
5. Menghindari Kebiasaan Merokok dan Mengonsumsi Alkohol
Merokok dan konsumsi alkohol dapat merusak lapisan pelindung lambung dan melemahkan fungsi sfingter esofagus bawah, yang berpotensi memperburuk GERD dan maag. Hindari kebiasaan ini untuk menjaga kesehatan pencernaan.
6. Menghindari Makanan yang Bisa Mengiritasi Perut
Beberapa makanan dan minuman dapat menyebabkan iritasi pada lambung dan meningkatkan gejala GERD serta maag. Hindari makanan berlemak, pedas, asam, serta minuman berkafein dan beralkohol. Selain itu, batasi penggunaan obat antiinflamasi non-steroid (OAINS) seperti aspirin dan ibuprofen yang dapat merusak mukosa lambung.
Advertisement