Liputan6.com, Jakarta Hubungan yang seimbang dan harmonis merupakan dasar dari kebahagiaan bersama. Namun, mungkin kamu juga sering menjumpai pasangan yang selalu mengambil peran sebagai korban dalam berbagai situasi yang disebut dengan playing victim. Mereka yang cenderung playing victim kerap kali membuat kamu merasa bersalah tanpa alasan yang jelas.
Saat pasangan terus-menerus berperan sebagai korban, mereka cenderung menghindari tanggung jawab dan menyalahkan orang lain. Hal ini bisa menjadi sangat melelahkan dan merusak hubungan dalam jangka panjang. Oleh karena itu, mengenali ciri-ciri pasangan yang selalu playing victim adalah langkah awal untuk mengambil tindakan yang tepat.
Advertisement
Dalam artikel ini, mari mengulas delapan tanda bahwa pasanganmu selalu playing victim. Berikut penjelasan selengkapnya sebagaimana dihimpun Liputan6.com dari berbagai sumber pada Jumat (16/8/2024).
Advertisement
1. Selalu Mengambil Peran Korban dalam Konflik
Pasangan yang selalu playing victim cenderung selalu menempatkan diri mereka sebagai korban dalam setiap konflik. Mereka akan memperlihatkan seolah-olah semua masalah yang terjadi adalah akibat dari tindakanmu, meskipun kenyataannya tidak demikian. Mereka akan sering kali berkata, Kamu selalu menyalahkan aku, atau Aku selalu jadi korban dalam hubungan ini.
Advertisement
2. Menghindari Tanggung Jawab
Indikator yang paling mencolok dari perilaku playing victim adalah ketika pasanganmu terus-menerus menghindari tanggung jawab atas kesalahan atau masalah yang ada. Mereka akan berusaha mencari berbagai alasan untuk menghindar dari tanggung jawab dan mengalihkan kesalahan kepada orang lain.
Sebagai contoh, jika sesuatu tidak berjalan sesuai harapan, mereka akan mengatakan, "Ini semua disebabkan olehmu."
3. Manipulasi Emosional
Pasangan yang selalu playing victim sering kali menggunakan manipulasi emosional untuk mendapatkan simpati dan perhatian. Mereka akan membuatmu merasa bersalah dan berusaha memanipulasi perasaanmu agar kamu merasa bertanggung jawab atas kebahagiaan mereka. Mereka mungkin berkata, Aku tidak tahu harus berbuat apa tanpa kamu, atau Kamu satu-satunya yang bisa membuatku bahagia.
Advertisement
4. Mengulang-ulang Kesalahan Masa Lalu
Pasangan yang kerap berperan sebagai korban cenderung mengingat dan mengulang kesalahan yang telah terjadi sebelumnya. Mereka sering kali mengangkat kembali kesalahan yang pernah kamu lakukan untuk membuatmu merasa bersalah. Ini merupakan strategi mereka untuk tetap berada dalam posisi sebagai korban dan menghindari tanggung jawab atas masalah yang ada saat ini.
5. Tidak Pernah Mengakui Kesalahan
Pasangan yang selalu berperan sebagai korban hampir tidak pernah mengakui kesalahan mereka. Mereka selalu memiliki alasan atau justifikasi untuk setiap tindakan yang diambil. Bahkan ketika mereka jelas-jelas salah, mereka akan mencari cara untuk membenarkan perilaku mereka dan membuatmu merasa bersalah.
Advertisement
6. Menggunakan Bahasa yang Menyudutkan
Bahasa yang digunakan oleh pasangan yang selalu playing victim sering kali bersifat menyudutkan dan membuatmu merasa bersalah. Mereka akan menggunakan kata-kata seperti selalu dan tidak pernah untuk menggambarkan tindakanmu. Misalnya, Kamu selalu membuatku merasa tidak dihargai, atau Kamu tidak pernah peduli dengan perasaanku.
7. Mengisolasi Diri Saat Ada Masalah
Pasangan yang selalu playing victim cenderung mengisolasi diri mereka saat ada masalah. Mereka akan menarik diri dan menolak untuk berkomunikasi denganmu, membuatmu merasa bersalah dan bertanggung jawab atas keadaan mereka. Mereka mungkin berkata, Aku butuh waktu sendiri karena kamu membuatku merasa buruk.
Advertisement
8. Membuat Kamu Merasa Tidak Cukup Baik
Pasangan yang selalu playing victtim cenderung membuatmu merasa bahwa segala sesuatu yang salah dalam hubungan adalah kesalahanmu. Dengan cara ini, mereka memposisikan diri mereka sebagai korban dari tindakan atau keputusanmu, yang bisa merusak harga diri dan kepercayaan diri kamu.
Menghadapi pasangan yang selalu playing victim bisa sangat melelahkan dan merusak hubungan. Penting untuk mengenali tanda-tanda ini dan mengambil tindakan yang tepat. Jangan biarkan dirimu terus-menerus merasa bersalah atau terjebak dalam lingkaran manipulasi emosional.
Jika kamu merasa hubunganmu tidak sehat, pertimbangkan untuk mencari bantuan dari profesional atau berbicara dengan orang-orang terdekatmu. Ingat, hubungan yang sehat adalah hubungan yang saling mendukung dan bertanggung jawab.