Liputan6.com, Jakarta Rabu Wekasan merupakan salah satu tradisi unik yang masih dilestarikan oleh sebagian masyarakat Indonesia, khususnya di Pulau Jawa. Tradisi Rabu Wekasan ini dilaksanakan pada hari Rabu terakhir dibulan Safar dalam kalender Hijriah. Bagi masyarakat yang masih menjalankannya, Rabu Wekasan diyakini sebagai momen penting untuk menolak bala dan memohon perlindungan dari berbagai marabahaya.
Meski namanya mengandung kata "Rabu", pelaksanaan Rabu Wekasan tidak selalu jatuh tepat pada hari Rabu. Hal ini karena penentuan tanggalnya mengikuti kalender Hijriah, sehingga bisa saja jatuh pada hari lain dalam kalender Masehi. Misalnya, Rebo Wekasan tahun 2024 akan jatuh pada hari Rabu, 4 September 2024 atau bertepatan dengan 30 Safar 1446 Hijriah.
Advertisement
Tradisi Rabu Wekasan merupakan perpaduan unik antara budaya lokal dan nilai-nilai Islam. Di balik ritual-ritualnya yang khas, Rebo Wekasan menyimpan makna mendalam sebagai wujud ketaatan kepada Allah SWT sekaligus melestarikan warisan leluhur.
Advertisement
Mari kita telusuri lebih jauh tentang sejarah, makna, dan amalan dalam tradisi Rabu Wekasan, yang telah Liputan6.com rangkum pada Selasa (27/8).
Sejarah dan Asal-Usul Rabu Wekasan
Tradisi Rabu Wekasan memiliki akar sejarah yang panjang, berkaitan erat dengan proses Islamisasi di Nusantara. Para wali dan ulama terdahulu memperkenalkan tradisi ini sebagai sarana dakwah yang mengakomodasi kepercayaan lokal masyarakat Jawa.
Menurut catatan sejarah, tradisi ini mulai berkembang pada masa penyebaran Islam di Indonesia. Masyarakat Jawa kala itu meyakini hari Rabu terakhir di bulan Safar sebagai hari naas yang berasal dari kepercayaan lama kaum Yahudi. Para wali kemudian mengalihkan kepercayaan tersebut menjadi momentum untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Peran Wali Songo sangat penting dalam mengembangkan tradisi Rabu Wekasan. Sebagai contoh, di Desa Suci, Kabupaten Gresik, terdapat kepercayaan bahwa Sunan Giri pernah memberikan petunjuk sumber air saat musim kekeringan. Beliau juga berpesan agar masyarakat mengadakan upacara adat sebagai wujud syukur, yang kemudian berkembang menjadi tradisi Rabu Wekasan.
Makna dan Tujuan Rabu Wekasan
Rabu Wekasan memiliki makna yang mendalam bagi masyarakat yang masih melestarikannya. Tradisi ini bertujuan sebagai sarana tolak bala atau menangkal marabahaya yang dipercaya banyak turun pada bulan Safar. Beberapa ulama, seperti yang dikutip dalam kitab Al-Risalah Al-Badi'ah, menyebutkan bahwa pada bulan Safar, Allah SWT menurunkan lebih dari 500 macam penyakit.
Selain sebagai upaya tolak bala, Rebo Wekasan juga menjadi momentum untuk meningkatkan ketakwaan dan rasa syukur kepada Allah SWT. Melalui berbagai ritual dan amalan yang dilakukan, masyarakat berharap mendapatkan perlindungan dan keberkahan dari Allah SWT.
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an surat Hud ayat 90:
وَاسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ إِنَّ رَبِّي رَحِيمٌ وَوَدُودٌ
Artinya: "Dan mohonlah ampunan kepada Tuhanmu, kemudian bertobatlah kepada-Nya. Sungguh, Tuhanku Maha Penyayang, Maha Pengasih." (QS. Hud: 90)
Ayat ini menjadi salah satu landasan spiritual dalam tradisi Rabu Wekasan, di mana umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak istighfar dan bertobat kepada Allah SWT.
Advertisement
Amalan dan Ritual dalam Rabu Wekasan
Dalam memperingati Rabu Wekasan, terdapat beberapa amalan dan ritual yang biasa dilakukan oleh masyarakat, di antaranya:
Mandi Tolak Bala
Sebagian masyarakat melakukan ritual mandi dengan air yang telah diberi doa-doa khusus. Ritual ini diyakini dapat membersihkan diri dari segala marabahaya.
Salat Sunah
Dilaksanakan salat sunah empat rakaat dengan niat salat mutlak. Dalam setiap rakaatnya dibaca:
- Surat Al-Fatihah 1 kali
- Surat Al-Kautsar 17 kali
- Surat Al-Ikhlas 5 kali
- Surat Al-Falaq 1 kali
- Surat An-Nas 1 kali
Membaca Doa Khusus
Setelah salat, dibaca doa Rabu Wekasan yang cukup panjang. Doa ini berisi permohonan perlindungan dari segala marabahaya dan penyakit.
Memperbanyak Istighfar
Sesuai dengan anjuran dalam Al-Qur'an, masyarakat dianjurkan untuk memperbanyak istighfar pada hari tersebut.
Sedekah dan Silaturahmi
Sebagai wujud rasa syukur, masyarakat juga dianjurkan untuk bersedekah dan memperkuat tali silaturahmi.
Perkembangan Tradisi Rabu Wekasan
Seiring perkembangan zaman, pelaksanaan tradisi Rabu Wekasan mengalami beberapa perubahan. Di beberapa daerah, tradisi ini masih dilaksanakan secara meriah dengan berbagai ritual adat. Namun di daerah lain, perayaannya lebih sederhana dan lebih fokus pada aspek spiritual seperti berdoa dan beribadah.
Meski demikian, esensi dari Rebo Wekasan tetap sama, yaitu sebagai momentum untuk meningkatkan ketakwaan dan memohon perlindungan Allah SWT. Tradisi ini menjadi bukti bagaimana Islam dapat berakulturasi dengan budaya lokal tanpa menghilangkan nilai-nilai fundamental agama.
Rabu Wekasan merupakan tradisi yang kaya akan nilai-nilai spiritual dan kearifan lokal. Meski pelaksanaannya bervariasi di berbagai daerah, inti dari tradisi ini adalah mendekatkan diri kepada Allah SWT dan memohon perlindungan-Nya. Sebagai bagian dari khazanah budaya Indonesia, Rebo Wekasan menjadi cerminan bagaimana agama dan budaya dapat berjalan beriringan dalam kehidupan masyarakat.