Liputan6.com, Jakarta Monkeypox (Mpox) atau cacar monyet adalah penyakit infeksi virus yang ditandai dengan gejala seperti bintil bernanah di kulit dan pembengkakan kelenjar getah bening di beberapa area tubuh seperti rahang bawah, leher, dan selangkangan. Penyakit ini bisa menular dari hewan yang terinfeksi, terutama primata dan hewan pengerat, ke manusia, serta antar manusia. Peningkatan signifikan kasus Mpox di beberapa negara, terutama di Afrika, telah membuat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan Mpox sebagai kegawatdaruratan kesehatan global pada bulan Agustus 2024.
Baca Juga
Advertisement
Untuk menanggulangi penyebaran Mpox, WHO merekomendasikan penggunaan tiga jenis vaksin yang awalnya dikembangkan untuk mencegah cacar (smallpox). Vaksin-vaksin ini kini telah diadaptasi untuk pencegahan Mpox dan dinyatakan aman oleh otoritas kesehatan global. Meskipun demikian, masih ada kekhawatiran dan informasi keliru di masyarakat yang menyebut bahwa vaksin Mpox bersifat eksperimental dan mengajak untuk menolak vaksinasi ini.
Namun, klaim tersebut tidaklah benar. Pemerintah dan lembaga kesehatan, termasuk Komisi Nasional Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (Komnas KIPI), telah memastikan bahwa vaksin Mpox aman dan efektif sebagai upaya pencegahan penyebaran virus Mpox (MPXV). Berikut ulasan lebih lanjut tentang vaksin Mpox yang direkomendasikan WHO, dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Kamis (12/9/2024).
3 Vaksin Mpox yang Direkomendasikan WHO
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah merekomendasikan penggunaan vaksin untuk melawan Mpox (cacar monyet). Vaksin ini awalnya dikembangkan untuk penyakit cacar (smallpox) yang sudah berhasil diberantas, dan kini disesuaikan untuk memberikan perlindungan terhadap Mpox. WHO merekomendasikan tiga jenis vaksin untuk pencegahan Mpox, yaitu MVA-BN, LC16, dan ACAM2000. Penggunaan ACAM2000 dianjurkan jika dua vaksin lainnya tidak tersedia.
Namun untuk saat ini vaksinasi Mpox tidak disarankan untuk dilakukan secara massal. WHO merekomendasikan agar hanya orang-orang yang berisiko tinggi, seperti mereka yang pernah melakukan kontak erat dengan penderita Mpox atau yang termasuk dalam kelompok dengan risiko paparan tinggi, yang diprioritaskan untuk menerima vaksin. Selain itu, pelancong yang mungkin berisiko terpapar Mpox, berdasarkan penilaian risiko individu bersama penyedia layanan kesehatan, juga dapat mempertimbangkan untuk divaksinasi.
Bagi orang-orang yang berada di komunitas dengan wabah Mpox yang sedang berlangsung, penting untuk berkonsultasi dengan penyedia layanan kesehatan mengenai opsi vaksin yang tersedia. Vaksin Mpox hanya merupakan salah satu alat dalam upaya melindungi komunitas dari penularan virus. Oleh karena itu, vaksin harus digunakan bersamaan dengan langkah-langkah kesehatan masyarakat dan sosial lainnya.
Vaksin Mpox di Indonesia
Penggunaan vaksin Mpox di Indonesia telah mendapat persetujuan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Namun beredar isu yang menyebutkan bahwa vaksin Mpox yang beredar di Indonesia adalah "vaksin eksperimental”, sehingga muncul penolakan dari masyarakat. Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI, dr. Mohammad Syahril, Sp.P, MPH, dengan tegas menyatakan bahwa klaim tersebut tidak benar.
Vaksin Mpox yang digunakan di Indonesia telah memenuhi standar keamanan dan efektivitas dengan menerima Emergency Use Listing (EUL) dari WHO dan Emergency Use Authorization (EUA) dari BPOM. Ini berarti vaksin Mpox sudah melalui proses evaluasi ketat yang membuktikan bahwa manfaatnya lebih besar daripada risikonya dalam kondisi darurat kesehatan.
Vaksin Mpox yang digunakan di Indonesia saat ini adalah Modified Vaccinia Ankara-Bavarian Nordic (MVA-BN), vaksin turunan cacar (smallpox) generasi ketiga yang bersifat non-replicating. Vaksin MVA-BN ini telah diakui di berbagai negara dan mendapat persetujuan untuk pencegahan cacar sejak 2013 di Kanada dan Uni Eropa, serta untuk pencegahan Mpox sejak 2019 di Amerika Serikat. Dengan pengalaman panjang penggunaan vaksin ini untuk pencegahan penyakit cacar dan Mpox, klaim bahwa vaksin ini masih eksperimental jelas keliru.
Selain itu, Komisi Nasional Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (Komnas KIPI), sebagai lembaga independen di Indonesia, turut memantau keamanan dan efektivitas vaksin Mpox. Pelaksanaan vaksinasi ini diawasi ketat untuk memastikan bahwa vaksin yang digunakan aman dan bermanfaat bagi masyarakat.
Advertisement
Prosedur Pemberian Vaksin Mpox di Indonesia
Pemberian vaksin Mpox di Indonesia mengikuti rekomendasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang hanya ditujukan untuk kelompok berisiko tinggi. Vaksinasi ini bersifat pencegahan dan bertujuan untuk mencegah gejala atau meminimalkan keparahan penyakit akibat infeksi virus Mpox. Menurut Direktur Pengelolaan Imunisasi Kementerian Kesehatan RI, dr. Prima Yosephine, M.K.M, kelompok berisiko tinggi yang menjadi sasaran vaksinasi meliputi beberapa kategori, termasuk,
- Kelompok Lelaki Seks dengan Lelaki (LSL) atau individu dengan pasangan seks multiple.
- Individu yang kontak erat dengan penderita Mpox dalam dua minggu terakhir.
- Petugas laboratorium yang melakukan pemeriksaan spesimen virologi, terutama di daerah yang terdapat kasus Mpox.
- Petugas kesehatan yang menangani kasus Mpox.
Kelompok anak-anak tidak termasuk dalam sasaran vaksinasi Mpox di Indonesia. Fokus vaksinasi saat ini adalah pada individu yang berisiko tinggi terpapar atau yang berpotensi terinfeksi virus Mpox.
Bagi seseorang yang tertular Mpox setelah divaksinasi, vaksin tetap dapat melindungi dari penyakit yang lebih parah dan mengurangi risiko kebutuhan perawatan di rumah sakit. WHO menekankan bahwa vaksin Mpox adalah salah satu alat penting dalam penanggulangan wabah, tetapi harus digunakan bersamaan dengan langkah-langkah kesehatan masyarakat lainnya, seperti surveilans, pelacakan kontak, isolasi, dan perawatan pasien.
Akses dan Distribusi Vaksin Mpox
Ketersediaan vaksin Mpox di Indonesia saat ini masih terbatas. Oleh karena itu, prioritas pemberian vaksin difokuskan pada daerah-daerah yang telah melaporkan adanya kasus Mpox. Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes RI) terus berupaya untuk menyediakan vaksin MVA-BN guna menghadapi wabah ini. Sebagai contoh, vaksinasi di Bali menjadi prioritas karena akan ada pertemuan internasional, yaitu Indonesia Africa Forum pada 1-3 September 2024, di mana peserta dari daerah terjangkit turut hadir. Upaya mitigasi risiko ini dilakukan untuk mencegah penularan Mpox selama acara tersebut.
Penting bagi masyarakat untuk memahami bahwa penularan Mpox dapat dicegah dengan menghindari kontak fisik langsung dengan seseorang yang menderita penyakit tersebut. Vaksinasi adalah upaya pencegahan yang efektif dan diprioritaskan bagi kelompok berisiko. Kemenkes RI mengingatkan bahwa langkah-langkah pencegahan seperti menjaga kebersihan, pelacakan kontak, dan perawatan pasien tetap penting dalam menanggulangi penyebaran virus Mpox (MPXV).
Advertisement