Biografi BJ Habibie, Presiden ke-3 yang Dijuluki Bapak Teknologi Indonesia

BJ Habibie selalu menjadi inspirasi bagi generasi mendatang, yang ingin membangun Indonesia melalui ilmu pengetahuan dan kepemimpinan yang visioner.

oleh Silvia Estefina Subitmele diperbarui 27 Sep 2024, 13:45 WIB
Diterbitkan 27 Sep 2024, 13:45 WIB
BJ Habibie
BJ Habibie (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta Biografi BJ Habibie adalah salah satu kisah yang paling inspiratif dalam sejarah Indonesia. Lahir di Pare-Pare, Sulawesi Selatan, pada 25 Juni 1936, Bacharuddin Jusuf Habibie dikenal sebagai tokoh yang brilian di bidang teknologi dan politik. Sejak masa kecil, BJ Habibie menunjukkan minat besar terhadap ilmu pengetahuan, khususnya di bidang fisika dan teknologi. Ia melanjutkan pendidikan tinggi di Jerman, tempat di mana ia mengembangkan berbagai teori yang berpengaruh di dunia penerbangan.

Dalam biografi BJ Habibie, kita juga mengenal prestasinya di bidang teknologi penerbangan yang membuat namanya diakui di seluruh dunia. Salah satu kontribusi terbesarnya adalah pengembangan teori Crack Propagation yang kini dikenal sebagai Faktor Habibie. Teori ini digunakan untuk menghitung keretakan pada pesawat terbang, sebuah inovasi yang sangat penting dalam meningkatkan keamanan penerbangan. Kontribusi ilmiah ini menjadikan BJ Habibie sebagai salah satu insinyur terbaik di dunia dan dikenal dengan sebutan "Mr. Crack."

Selain karier gemilang di bidang teknologi, biografi BJ Habibie juga mencatat perannya sebagai pemimpin bangsa. Setelah kembali ke Indonesia, ia diangkat sebagai Menteri Riset dan Teknologi selama dua dekade, sebelum akhirnya menjadi Wakil Presiden dan Presiden ketiga Indonesia. Masa kepemimpinannya yang singkat namun penuh tantangan, terutama saat Indonesia sedang berada di tengah krisis ekonomi dan politik, menempatkannya sebagai sosok penting dalam proses transisi menuju era reformasi.

Berikut ini informasi singkat seputar biografi BJ Habibie yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Jumat (27/9/2024).

Biografi BJ Habibie

20150902-Reza Rahadian Rayakan Satu Dekade Berkarier di Dunia Film-Jakarta
Mantan Presiden Indonesia, BJ Habibie usai menghadiri perayaan 10 tahun Reza Rahazian berkarya di dunia film di Plaza Indonesia, Jakarta, Rabu (3/9/2015). Acara tersebut bertajuk 10 Years Personal Journey of Reza Rahadian. (Liputan6.com/Faisal R Syam)

Biografi singkat BJ Habibie yang perlu kamu ketahui:

Nama Lengkap: Bacharuddin Jusuf Habibie

Alias: Habibie | BJ Habibie

Istri: Hasri Ainun Besari

Agama: Islam

Tempat Lahir: Pare-Pare

Tanggal Lahir: Kamis, 25 Juni 1936

Hobi: Membaca

Warga Negara: Indonesia

Prof. DR (HC). Ing. Dr. Sc. Mult. Bacharuddin Jusuf Habibie, atau lebih dikenal sebagai BJ Habibie, adalah seorang putra bangsa yang lahir di Pare-Pare, Sulawesi Selatan, pada 25 Juni 1936. Ia merupakan salah satu tokoh besar Indonesia yang dikenal karena kecerdasannya dan kontribusinya dalam dunia teknologi, khususnya di bidang penerbangan. BJ Habibie menjabat sebagai Presiden ke-3 Republik Indonesia setelah sebelumnya pernah menjabat sebagai Wakil Presiden RI ke-7. Kiprahnya sebagai seorang ilmuwan dan pemimpin tidak hanya diakui di dalam negeri, tetapi juga di kancah internasional.

Sejak masa kecilnya, BJ Habibie sudah menunjukkan kecerdasan yang luar biasa, terutama dalam bidang ilmu pengetahuan, matematika, dan fisika. Ketertarikannya terhadap teknologi, khususnya fisika terapan, membawanya untuk melanjutkan studi di Teknik Mesin Institut Teknologi Bandung (ITB) selama enam bulan, sebelum akhirnya ia memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya di Rhenisch Wesfalische Technische Hochscule, Jerman, pada 1955. Di Jerman, Habibie muda menghabiskan sekitar sepuluh tahun untuk menyelesaikan pendidikan dari jenjang sarjana hingga doktoral. Dedikasi dan kecintaannya terhadap ilmu pengetahuan membuatnya berhasil meraih gelar akademis tertinggi dengan prestasi yang gemilang.

Pada 1962, setelah menikahi teman semasa SMA-nya, Hasri Ainun Besari, BJ Habibie melanjutkan pendidikan doktoralnya di Jerman. Dalam masa itu, kehidupan mereka penuh dengan tantangan. Untuk membiayai pendidikan dan kebutuhan rumah tangganya, Habibie harus bekerja paruh waktu sambil menyelesaikan studinya. Habibie mendalami bidang Desain dan Konstruksi Pesawat Terbang, yang kelak menjadi dasar bagi kiprahnya sebagai salah satu insinyur penerbangan terkemuka dunia. Kesungguhannya membuahkan hasil pada 1965, saat ia berhasil menyelesaikan studi doktoralnya dan memperoleh gelar Doktor Ingenieur (Doktor Teknik) dengan predikat summa cum laude, sebuah pencapaian akademik yang sangat prestisius.

BJ Habibie bukan hanya seorang ilmuwan yang cerdas, tetapi juga seorang pemimpin yang visioner. Gelar akademik dan pengalamannya di dunia internasional membuatnya dipercaya untuk memimpin Indonesia di masa-masa sulit. Kehidupan pribadinya yang penuh dengan semangat pengabdian dan ketekunan memberikan inspirasi bagi banyak orang, baik di dalam maupun luar negeri. Habibie tidak hanya diingat sebagai presiden, tetapi juga sebagai sosok yang berjasa besar dalam dunia ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya dalam industri penerbangan, di mana kontribusinya telah membanggakan nama Indonesia di mata dunia.

Kiprah Politik BJ Habibie

[Bintang] BJ Habibie
BJ Habibie (Galih W. Satria/bintang.com)

Karier politik Bacharuddin Jusuf (BJ) Habibie dimulai ketika ia kembali ke Indonesia pada 1974 atas perintah Presiden Soeharto. Pada saat itu, Habibie telah memiliki reputasi sebagai ilmuwan terkemuka di bidang teknologi penerbangan, dengan pengalaman bekerja di luar negeri. Di bawah pemerintahan Soeharto, BJ Habibie diangkat menjadi Menteri Negara Riset dan Teknologi pada 1978, sebuah posisi yang ia emban selama dua dekade hingga Maret 1998. Selain menjadi menteri, ia juga dipercaya untuk memimpin sejumlah perusahaan BUMN dalam sektor industri strategis selama 10 tahun, yang memperkuat peran pentingnya dalam pembangunan teknologi dan industri di Indonesia.

Kiprah politik Habibie terus berlanjut ketika pada 14 Maret 1998, ia diangkat menjadi Wakil Presiden Republik Indonesia ke-7 mendampingi Soeharto dalam Kabinet Pembangunan VII. Namun, masa jabatannya sebagai wakil presiden terbilang sangat singkat, hanya berlangsung hingga 21 Mei 1998, ketika Soeharto mengundurkan diri dari jabatannya di tengah gelombang besar reformasi. Setelah pengunduran diri Soeharto, Habibie secara otomatis diangkat sebagai Presiden Indonesia ke-3 pada usia 62 tahun. Meskipun masa kepemimpinannya relatif singkat, hanya dari 21 Mei 1998 hingga 20 Oktober 1999, ia mewarisi negara dalam kondisi ekonomi dan sosial yang sedang mengalami krisis besar.

Selama masa pemerintahannya, BJ Habibie menghadapi tantangan besar, termasuk kehilangan wilayah Timor Timur dari pangkuan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pada 30 Agustus 1999, Habibie menginisiasi jajak pendapat di Timor Timur, memberikan rakyat di sana pilihan untuk tetap menjadi bagian dari Indonesia atau merdeka. Keputusan ini memicu kontroversi di kalangan politisi dan pengamat Indonesia, namun Habibie berhasil menyelesaikan masalah ini dengan damai, meskipun hasilnya adalah kemerdekaan bagi Timor Timur. Meskipun begitu, langkah-langkah yang diambil Habibie untuk memulihkan stabilitas Indonesia selama masa pemerintahannya yang singkat sangatlah signifikan, terutama di tengah krisis ekonomi dan disintegrasi bangsa yang parah.

BJ Habibie tetap dikenang sebagai pemimpin yang berjasa dalam menstabilkan ekonomi Indonesia setelah masa kelam kerusuhan Mei 1998. Ia segera membentuk kabinet baru yang fokus pada pemulihan ekonomi, termasuk mengamankan kembali dukungan dana dari Dana Moneter Internasional (IMF) dan komunitas donor internasional. Habibie juga membuat kebijakan yang membuka ruang lebih luas bagi kebebasan berpendapat dan kebebasan politik. Beberapa undang-undang penting yang disahkan selama masa pemerintahannya antara lain UU tentang Otonomi Daerah dan UU Anti Monopoli, yang menjadi fondasi penting bagi reformasi ekonomi dan politik di Indonesia. Setelah masa jabatannya berakhir, meskipun Habibie sempat dipaksa lengser akibat pertanggungjawabannya atas lepasnya Timor Timur tidak diterima, kontribusinya dalam membawa Indonesia keluar dari krisis tetap diakui.

Julukan BJ. Habibie dan Penemuannya

[Fimela] BJ. Habibie
BJ. Habibie (Instagram/b.jhabibie)

BJ Habibie yang dikenal dengan julukan "Bapak Teknologi Indonesia", adalah sosok yang luar biasa dan sangat berjasa dalam perkembangan teknologi di Indonesia. Salah satu pencapaian terbesarnya di bidang teknologi adalah penemuan teori Crack atau Crack Propagation Theory, yang kemudian dikenal dengan rumus Faktor Habibie. Teori ini menjadi sangat penting karena memberikan solusi dalam menghitung keretakan hingga pada level atom pada pesawat terbang. Dengan adanya rumus ini, industri penerbangan dapat menghitung kekuatan dan ketahanan material pesawat secara lebih presisi, yang pada akhirnya mengurangi risiko kecelakaan pesawat akibat kegagalan struktural. Rumus ini juga membawa perubahan besar dalam dunia penerbangan, tidak hanya di Indonesia tetapi juga di tingkat internasional.

BJ Habibie mendapat julukan "Mr. Crack" karena kejeniusannya dalam menciptakan teori yang sangat berpengaruh ini. Berkat kontribusinya yang luar biasa, ia dianugerahi gelar Profesor Kehormatan atau Guru Besar dari Institut Teknologi Bandung (ITB), serta penghargaan tertinggi Ganesha Praja Manggala. Tak hanya pengakuan dari dalam negeri, BJ Habibie juga mendapatkan apresiasi dari berbagai lembaga internasional seperti Gesellschaft Luft und Raumfahrt di Jerman, The Royal Aeronautical Society di London, Inggris, The Academie Nationale de l’Air et de l’Espace di Prancis, The Royal Swedish Academy of Engineering Sciences di Swedia, hingga The US Academy of Engineering di Amerika Serikat. Bahkan, Habibie juga pernah menerima penghargaan bergengsi Edward Warner Award dan Award Von Karman, yang hampir setara dengan Hadiah Nobel dalam bidang teknologi penerbangan.

Sebelum terjun ke dunia politik, BJ Habibie memang lebih dulu dikenal sebagai ahli teknologi pesawat terbang yang brilian. Kariernya dimulai ketika pada 1973 Presiden Soeharto mengutus Ibnu Sutowo untuk membawanya pulang dari Jerman, tempat Habibie bekerja saat itu, agar ia dapat berkontribusi di Indonesia. Setahun setelahnya, BJ Habibie kembali ke Tanah Air dan langsung memulai kariernya di Lembaga Industri Pesawat Terbang Nurtanio (LIPNUR) sebagai pemimpin. Pada tahun 1976, lembaga tersebut berubah menjadi Industri Pesawat Terbang Nurtanio (IPTN), dan kemudian di 2000, setelah restrukturisasi, berubah nama menjadi PT Dirgantara Indonesia. Sebagai Menteri Negara Riset dan Teknologi dari 1978 hingga 1998, BJ Habibie memainkan peran penting dalam mengembangkan industri pesawat terbang di Indonesia.

Di bawah kepemimpinannya, IPTN berhasil mengembangkan beberapa pesawat penting, termasuk CN235, N250, dan N2130. Karya yang paling monumental adalah pesawat N250, dikenal juga dengan nama Gatotkaca yang berhasil terbang pertama kali pada 1995. Gatotkaca merupakan satu-satunya pesawat turboprop buatan Indonesia yang menggunakan teknologi canggih fly by wire, sebuah teknologi yang saat itu tergolong revolusioner di dunia penerbangan. Atas segala kontribusinya yang luar biasa di bidang teknologi dan inovasi, setelah BJ Habibie wafat, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyatakan bahwa BJ Habibie layak mendapatkan gelar sebagai "Bapak Teknologi Indonesia" dan diakui sebagai seorang negarawan revolusioner yang telah meninggalkan jejak sejarah yang mendalam dalam pengembangan industri dan teknologi di Indonesia.

Begitu banyak prestasi yang telah ditorehkannya untuk Indonesia hingga diakui dunia. Dengan memahami biografi BJ Habibie bisa menjadi inspirasi agar memiliki kemauan belajar yang sangat tinggi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya